Bagi penggemar olahraga bulu tangkis, tentu tidak asing dengan nama Susi Susanti. Bagaimana tidak? Pebulutangkis perempuan kelahiran Tasikmalaya ini merupakan salah satu pemain legendaris dan terbaik yang pernah dimiliki tanah air. Kisah hidupnya yang menginspirasi ini pun diangkat ke layar lebar lewat Susi Susanti: Love All. Supaya mengenal lebih dekat sosok peraih medali emas Olimpiade ini, yuk simak profil Susi Susanti di bawah ini!

Latihan Bulutangkis Ketat Sejak Belia

profil susi susanti

Loading...

Lahir 11 Februari 1971, Lucia Fransisca Susy Susanti atau lebih dikenal dengan nama Susi Susanti telah menyukai olahraga bulu tangkis sejak duduk di bangku SD. Hobinya tersebut pun mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya ketika ia bergabung dengan klub bulu tangkis milik pamannya, PB Tunas Tasikmalaya. Latihannya selama tujuh tahun pun membawanya memenangkan kejuaraan bulu tangkis tingkat junior dan pindah ke Jakarta demi menempa bakatnya lebih serius.

Tinggal di asrama dan menuntut ilmu di sekolah khusus atlet, latihan yang harus dijalani Susi Susanti sangat ketat dan tidak mudah. Setiap minggu, ia harus latihan dari Senin hingga Sabtu sejak pukul 07.00 hingga 11.00 siang dan dilanjutkan lagi pukul 15.00 hingga 19.00 malam. Hal ini pun membuat perempuan yang dijuluki ‘Super Susi’ ini memilih untuk beristirahat di hari Minggu, alih-alih pergi jalan-jalan. Tak hanya jadwal latihan yang padat, Susi pun harus menaati aturan makan, jam tidur hingga berpakaian. Salah satunya, ia tidak diperbolehkan memakai sepatu hak guna mencegah cedera di kakinya.

Sukses Sejak Karir Junior

profil susi susanti

Prestasi Susi Susanti terus berlanjut ketika ia bertransisi ke kompetisi untuk senior. Di usianya yang ke-18, Susi Susanti menjadi salah satu atlit yang menyumbangkan gelar Piala Sudirman untuk Indonesia. Satu momen yang tidak terlupakan dari ajang Piala adalah ketika ia harus menghadapi lawan dari Korea Selatan Lee Young-suk, di babak final. Pada saat itu, Indonesia sudah tertinggal 0-2 dari Korea dan Susi kalah di set pertama dengan skor 10-12. Keadaan semakin buruk ketika di set kedua ia tertinggal 4-10 dari sang lawan dan membuat banyak penonton di Istora pulang karena menganggap pertandingan telah berakhir. Namun, dengan kegigihannya, Susi berakhir membalik keadaan.

“Karena lawan terlalu bernafsu, saya akhirnya bisa membalik keadaan. Pada set kedua akhirnya saya menang 12-10,” ungkapnya kepada Liputan6.com.

Set ketiga yang menjadi babak penentuan pun menjadi ajang pembuktian dari Susi Susanti. Mengetahui sang lawan baru saja menangis karena ditampar, Susi langsung mengambil kesempatan tersebut dengan membantainya 11-0. Kemenangan ini pun menjadi bahan bakar semangat dan membuat Indonesia memenangkan piala Sudirman dengan angka 3-2 dari Korea Selatan.

Setelah Piala Sudirman, Susi Susanti semakin menunjukkan sepak terjangnya lewat prestasi paling membanggakan yang pernah diraihnya yaitu medali emas Olimpiade yang diraihnya di Barcelona pada tahun 1992. Ia menjadi perempuan pertama yang menyumbang medali emas pertama Indonesia setelah berhasil menundukkan musuh bebuyutannya, Bang Soo-hyun, 5-11, 11-5, dan 11-3 di kategori Tunggal Putri. Kemenangan ini juga menjadi momen berkesan untuk Susi secara pribadi karena di ajang yang sama pula, kekasih yang kini menjadi suaminya, Alan Budikusuma menjadi peraih medali emas untuk kategori Tunggal Putra. Hal ini pun membuat keduanya dijuluki sebagai ‘Pengantin Emas Olimpiade’.

Putuskan Gantung Raket Karena Hamil

profil susi susanti

Sepanjang karirnya, prestasi yang berhasil ditorehkan Susi Susanti sungguh luar biasa. Ia memenangkan kejuaraan Indonesia Open sebanyak lima kali (1991,1994,1995,1996,1997), All England sebanyak empat kali (1990,1991,1993,1994), World Championship 1993. Hanya satu pertandingan yang belum dan ingin ia menangkan medali emasnya yaitu Asian Games. Sayangnya, setelah dirinya dinyatakan hamil pada tahun 1998, istri Alan Budikusuma ini pun memutuskan untuk gantung raket.

Setelah pensiun, Susi menyibukkan diri menjadi ibu rumah tangga dan mengembangkan perusahaan apparel bulu tangkis dan sport massage center. Selain itu, Susi dan Alan juga mendirikan Olympic Badminton Hall di Kelapa Gading sebagai gedung pusat pelatihan bulu tangkis. Saat ini, Susi Susanti menjabat menjadi Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI.

Kisah Hidup Diangkat Jadi Film

profil susi susanti

Kisah perjalanan hidup Susi Susanti dari usia beli hingga menjadi atlet kebangsaan Indonesia diangkat ke film layar lebar dengan judul Susi Susanti: Love All. Kata Love All ini pun merujuk pada istilah yang diucapkan wasit ketika pertandingan dimulai dengan skor 0-0. Dalam biopik ini, tokoh legendaris dalam dunia perbulutangkisan Indonesia ini diperankan oleh Laura Basuki.

Sebelum Susi Susanti: Love All terealisasikan, telah ada beberapa pihak yang menawarkan Susi untuk dibuatkan biopik. Namun, karena dirasa kurang pas, kesempatan itu ditolaknya hingga ia bertemu dengan Daniel Mananta yang berhasil meyakinkan dirinya.

“Jadi beberapa tahun lalu, saya ketemu Daniel pada sebuah acara, lalu dia tanya-tanyalah soal pengalaman saya. Kebanyakan justru saya cerita di luar bulu tangkisnya. Kemudian saya cerita tentang pengalaman tim bulu tangkis saat 1998, dan cerita soal kepercayaan religius. Daniel ternyata tertarik untuk mengangkat cerita itu ke film,” ungkapnya kepada Kompas.

Selain sepak terjang, Susi menyampaikan bahwa kisah yang diangkat Daniel adalah jatuh bangun atlet ketika bertanding yang jarang terekspos oleh media. Perilisan Susi Susanti: Love All pun dilakukan pada 24 Oktober berdekatan dengan peringatan Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober mendatang guna membakar kembali semangat nasionalisme bangsa.

Loading...