Dilan 1991 telah tayang di bioskop sejak kamis kemarin. Walaupun menerima antusiasme yang besar dan membuat film ini sukses memecahkan rekor box office di hari pertama penayangannya, Dilan 1991 didemo oleh mahasiswa di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Adapun, alasannya sendiri adalah karena karakter Dilan menggambarkan kekerasan dalam dunia pendidikan. Setelah didemo, Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) pun menghadiri undangan diskusi film yang diadakan di bioskop CGV, Daya Green Square Makassar.
Dalam acara yang turut dihadiri aparat kepolisian, perwakilan Dinas Pariwisata, aktivis mahasiswa AWASI dan unsur masyarakat lainnya ini, LSF pun memaparkan argumentasi mengenai Dilan 1991 yang lolos sensor dengan klasifikasi untuk 13 tahun ke atas. Tak hanya memberikan argumen, anggota LSF juga mempersilahkan para peserta diskusi untuk mengkritisi film Dilan 1991 usai menontonnya bersama. Setelah tidak ada yang memperdebatkan lagi isi konten maka acara diskusi pun segera ditutup.
Unjuk rasa terhadap Dilan 1991 dilakukan sehari sebelum penayangannya di depan Dinas Pendidikan Kota Makassar. Adapun para pendemo mengaku berasal dari Komando Mahasiswa Merah Putih (Kompi) Sulsel.
“Tindakan amoral dan asusila di dunia pendidikan itu meningkat. Intinya, hadirnya film Dilan itu kemudian mengakibatkan tingkat kekerasan di dunia pendidikan meningkat,” ucap Fajar Baharuddin, Ketua Kompi Sulsel sebagaimana dilansir dari Kumparan.
Pada hari perdana penayangannya pun, unjuk rasa kembali dilakukan oleh sekelompok mahasiswa lain yang kali ini menamakan diri Aliansi Mahasiswa Peduli Pendidikan Nasional (AMPPN). Puluhan demonstran pun memaksa untuk masuk ke dalam Cinema XXI di Mal Panakkukang, Makassar. Aksi saling dorong dengan petugas pun tidak terelakkan dan berakhir ricuh.