Humor yang Kebanyakan Garing, Ketegangan yang Lumayan, Ditambah dengan Ending yang Tidak Masuk Akal
4Overall Score

Gw merupakan salah satu penggemar buku-buku Raditya Dika, semua buku mulai dari Kambing Jantan, hingga yang terakhir Koala Kumal telah gw baca semua, bahkan beberapa komik ilustrasi dari pengalaman hidup Radit juga telah dibaca. Dari semua buku-bukunya menghadirkan kekocakan yang sangat dan beberapa bagian inspiratif dengan filosofi-filosofinya, khususnya tentang cinta. Raditya Dika menjadi trendsetter untuk buku-buku yang berdasarkan blog seputar pengalaman pribadi dan tidak ada yang sebaik buku-buku dari Raditya Dika.

Setelah dia ingin memfilmkan Kambing Jantan, gw jadi merasa semangat untuk menontonnya, tapi sayang sekali film Kambing Jantan sangat jauh kualitasnya dari buku. Raditya Dika seperti trying too hard untuk membuat film yang lebih serius dan menyentuh hati, tapi akhirnya menjadi konyol dan aneh. Usahanya untuk memasukan unsur-unsur dari film-film Woody Allen (sutradara favorit dia) pun gagal total.

Pada film Hangout ini dia ingin mencoba suatu genre baru yaitu comedy-thriller. Masih cukup jarang genre seperti ini, kebanyakan comedy satir ditambah dengan thriller. Di Hangout lebih banyak menggunakan komedi-komedi slapstick khas Dika, ditambah dengan komedi-komedi kasar dibumbui komedi seks dan menertawakan diri sendiri dan orang lain. Ada beberapa joke yang cukup smart seperti joke bumi itu bulat yang saat ini sedang ramai dibahas. Ada pula joke yang menertawakan dan merupakan sindiran terhadap para artis yang memerankan dirinya sendiri seperti AADC, FTV, Ganteng-Ganteng Serigala, Inbox, hingga joke Roy Martin dan anak dari Gading dan Gisel yang kebanyakan sungguh lucu.

Loading...

Berkisah 9 public figure yang terdiri dari kalangan artis, youtubers dan stand up comedian yang diundang ke suatu pulau oleh seorang produser yang ingin membuat film “Hangout”. Mereka dijanjikan bayaran yang besar sehingga membuat mereka tertarik, tetapi kejadian-kejadian aneh mulai datang bertubi-tubi. Dimulai dari kematian seseorang yang keracunan makanan. Premis filmnya sendiri mirip dengan mini series ‘And then There Were None’ nya Agatha Christie.

Dari ke 9 pemeran (Raditya Dika, Titi Kamal, Soleh Solihun, Prilly Latuconsina, Mathias Muchus, Bayu Skak, Dinda Kanya Dewi, Surya Saputra dan Gading Martin) yang memerankan dirinya sendiri di kehidupan nyata walau banyak karakter diubah menjadi lebih unik dan berbeda, khususnya Dinda Karya Dewi yang berubah 180 derajat dengan apa yang telah orang-orang kenal sebelumnya.

Segi akting Raditya Dika dengan akting flat tanpa ekspresinya, gayanya yang awkward, joke menertawakan diri sendiri memang menjadi ciri khasnya. Walau menurut gw dengan akting flatnya tersebut sehingga membuat gw tidak dapat menangkap emosi-emosi yang diberikannya, khususnya di film-film komedi cintanya dia sebelumnya. Surya Saputra berperan baik namun kebanyakan terlalu berlebihan, karakternya sendiri tidak konsisten. Soleh Solihun lah yang paling menjadi bintang dengan segala ekspresi dan celotehan yang sungguh kocak seperti halnya yang dia lakukan di stand up comedynya. Bayu Skak juga sungguh lucu dengan segala gaya youtubersnya yg “ndeso”. Aktor dan akrtis lain cenderung standar-standar saja.

Sebenarnya beberapa humornya kocak, namun lebih banyak garingnya. Ketegangannya juga cukup lumayan, walaupun jadinya tertutupi oleh humor-humor yang garing dan berlebihan. Dari awal, pertengahan hingga menjelang akhir juga cukup lumayan, tapi 15 menit terakhirnya sungguh buruk, apalagi motif pembunuhnya yang nonsense, ditambah aplikasi dari startup wannabe tersebut. Akhirnya gw bingung apakah harus bersimpati, menertawakan humor yang diberikan atau geleng-geleng kepala melihat ending tersebut.

Loading...