stylish, bloody, artful action movie with thrillingly choreographed action sequence
9Overall Score
Reader Rating 3 Votes
8.5

Film John Wick yang pertama tidak diprediksi akan meraih pendapatan hingga 80 juta dolar di seluruh dunia, selain karena faktor Keanu Reeves yang telah memudar, banyak rumah produksi yang menolak membeli hak film ini, sampai akhirnya Lionsgate menyelamatkannya. Tidak hanya sukses dalam box office, John Wick juga meraih critical acclaim dengan meraih nilai konsensus 85% di Rotten Tomatoes dan 68% di Meta Critic. Mudah ditebak, sekuelnya pun diproduksi dan hasilnya tidak kalah dengan John Wick pertama, bahkan lebih badass, berdarah dengan lebih banyak orang-orang yang dibunuh (141 berbanding 84) oleh John Wick.

Seperti pada film pertama, John Wick masih berkeinginan pensiun dari dunia hitman, tetapi karena dia diancam dan berhutang budi kepada Santino D’Antonio (Riccardo Scamarcio). Maka mau tidak mau, John Wick harus melakukan misinya untuk membunuh adik perempuan dari D’Antonio yaitu Gianna D’Antonio (Claudia Gerini) sebelum ditahbiskan menjadi salah satu pemimpin dari perkumpulan hitman internasional ini di kota Roma.

Keanu Reeves yang sudah mulai berumur, tidak melunturkan pesona aktingnya dia. Dengan percaya diri dan fisik yang prima Reeves memperlihatkan keahlian beladiri gun-fu, jiu-jitsu dan judo.

Loading...

Penyutradaraan dari Chad Stahelski yang stylish dan artful ditambah busana yang dikenakan oleh John Wick semakin menambah elegan penampilan dari Keanu Reeves. Adegan memilih busana saat melakukan aksinya dengan mengunjungi toko penjahit juga mengingatkan pada film Kingsman: The Secret Service.

John Wick: Chapter 2 penuh dengan adrenalin, testosteron, berbagai tulang yang patah, bagian-bagian tubuh yang terpotong/terkoyak hingga darah yang bermuncratan. Walaupun adegan aksi-aksinya sungguh cepat, tidak membuat memusingkan karena editingnya yang pas dengan koreografi yang jempolan. Camera work dalam beberapa adegan seperti mengingatkan dengan game, saat John Wick dikepung di berbagai penjuru pada catacombs di kota Roma. John Wick dengan presisi yang tinggi menggunakan pistolnya dengan sekali bunuh dan juga dengan kecepatan tinggi mengisi kembali selongsong pelurunya atau berganti senjata dengan cepat mulai dari pistol tangan, senapan serbu, hingga senjata untuk meluncurkan bom.

Cukup banyak adegan-adegan memorable seperti saat John Wick melawan Cassian (Common) di tempat transit World Trade Center. Saat Cassian ada di lantai atas dan John Wick di lantai bawah, mereka saling tembak-tembakan dengan menggunakan pistol kedap suara di tengah keramaian yang tidak mengetahui perilaku mereka. Ada lagi saat adegan pertempuran terakhir, John Wick berada di rumah kaca yang jauh lebih rumit, indah dan penuh dengan berbagai trik dibandingkan dengan rumah kaca di Dufan, Ancol.

Hal yang terbaik ada di John Wick 2 dan membedakan dengan film-film aksi penuh darah ini adalah universe pembunuh bayaran underground yang dibangunnya. Berbagai peraturan yang harus ditaati, pembayaran dengan uang koin emas, boutique hotel yang mewah dengan selera seni yang tinggi sampai dengan berbagai peran tersembunyi yang dijalani para pembunuh bayaran ini mulai dari penjahit, pengemis, pemain biola hingga satpam, seakan-akan seluruh kota New York dari berbagai lapisan masyarakat memiliki “pekerjaan sampingan” yaitu menjadi hitman!

Ending yang menggantung memang sudah diprediksi karena memang John Wick: Chapter 2 merupakan jembatan untuk John Wick: Chapter 3 yang tentu seharusnya akan lebih seru dan lebih besar lagi cakupannya melihat endingnya yang semakin membuat orang penasaran akan lanjutannya.

Final Verdict:

Hal-hal yang membedakan John Wick 2 dengan film aksi lainnya adalah universe yang dibangun, adegan aksi stylish dan artful, badassnya Keanu Reeves, koreografi gun-fu/judo/jiu-jitsu yang elegan hingga extreme bloody violence-nya. Sehingga pastinya memuaskan para penggemar film aksi yang penuh dengan adegan perkelahian dan tembak-tembakan.

Loading...