Terasa lebih manipulatif dan cengeng daripada menginspirasi dan menggungah perasaan
5Overall Score
Reader Rating 0 Votes
0.0

Garin Nugroho telah menjadi salah satu sineas terbaik Indonesia, karya-karyanya sering mendapatkan berbagai penghargaan dari dalam dan luar negeri. Sebut saja Opera Jawa yang mendapatkan Piala FFI untuk naskah adaptasi terbaik, Guru Bangsa Tjokroaminoto yang mendapatkan Piala Maya untuk sutradara terbaik. Dia juga telah memenangkan berbagai penghargaan film festival di Tokyo, Berlin, Pyongyang dan Asia Pasifik. Karyanya kebanyakan sebuah kritik sosial bagaimana sosok seorang kaya menindas rakyat kecil, namun terkadang film-film dia terlalu berat dan penuh dengan filosofis. Pada Moon Cake Story ini yang juga disponsori oleh Mayapada Group terasa lebih ringan dalam bertutur.

Morgan Oey berperan sebagai David seorang pengusaha muda yang sukses yang dari keluarga kaya dan terpandang. Dia mengidap penyakit Alzheimer yang melumpuhkan ingatannya, salah satunya diakibatkan karena kematian istrinya yang membuat dia masih belum bisa menerimanya. Pada suatu ketika, dia bertemu dengan Asih, seorang ibu muda joki 3 in 1 (Bunga Citra Lestari) bersama anaknya di tengah jalan. Hal ini mengingatkan dia dengan perjuangan ibunya yang dulu masih tergolong miskin. Dia juga teringat kue bulan buatan ibunya yang sangat enak. Sehingga dia ingin membantu Asih dan ingin berusaha mengenal Asih lebih jauh lagi.

700

Loading...

Berlatar di kehidupan kampung dan dengan kontras dibelakangnya ada gedung-gedung pencakar langit yang megah. Apalagi jika melihat dari busana dan tempat tinggal David dan keluarganya yang begitu mewah membuat perbedaan strata sosial yang mencolok. Hal ini dimanfaatkan oleh Garin Nugroho untuk membuat sebuah drama antara si kaya dan si miskin. Keluarga dari David tentu tidak setuju atas pertemanan David dan Asih yang semakin dalam membuat David bisa setiap hari mengunjungi Asih di kampung.

CfdD7r7UkAAnhiW

Berbagai karakter yang menjadi problematika kehidupan kemiskinan diperlihatkan seperti Sekar, adik dari Asih (Melati Zein) yang berkerja sebagai PSK tetapi ironisnya sanggup membelikan meja untuk anak dari Asih yang dia idam-idamkan sejak dulu, badut panggilan (Kang Saswi) yang menyukai Sekar, seorang pemuda yang bercita-cita menjadi stand up comedian hingga Pak RT (Jaja Miharja) yang jenaka. Sayangnya berbagai karakter tersebut tidak digali dengan baik, kebanyakan konflik yang dihadapi mereka seperti manipulatif dan terlalu cengeng. Sehingga tidak mempunyai landasan yang kuat bagaimana penonton bisa bersimpati terhadap berbagai karakter mereka. Apalagi akting dari Kang Saswi sebagai badut kurang dapat memperlihatkan rasa cintanya kepada Sekar.

David yang menderita Alzheimer pun karakternya tidak konsisten, kadang seperti orang yang sehat kadang pula sering lupa karena penyakitnya. Apalagi penjelasan tentang Alzheimernya kurang mendalam. Konflik dengan keluarganya juga terasa dangkal dan tidak kuat.

Untungnya visual yang ditampilkan Garin Nugroho cukup lumayan dalam menampilkan kampung kecil di bantaran kereta api hingga perbedaan yang mencolok antara gedung dan kampung. Tambah lagi kekuatan akting dari Morgan Oey, Bunga Citra Lestari, Melati Zein dan Dedy Sutomo yang bijaksana dalam memerankan supir dari David. Terlebih lagi Morgan dan BCL dapat menampilkan chemistry yang cukup kuat, walaupun naskahnya sendiri kurang menunjang penampilan mereka.

Final Verdict:

Dengan premis yang sebenarnya oke, visual yang cukup lumayan dan akting beberapa aktor dan aktrisnya yang bagus, harusnya film ini bisa berbicara banyak. Sayangnya, para akhirnya menjadi film yang manipulatif, terlalu cengeng, banyaknya penokohan karakter yang lemah dan terlalu banyaknya lapisan cerita.

 

Loading...