Proyek Ant-Man sudah didengungkan sejak tahun 80 an tetapi baru benar-benar dibuat sejak April 2006 saat Marvel Studios memperkerjakan Edgar Wright yang populer dengan The Three Flavours Cornetto trilogy (Shaun of the Dead, Hot Fuzz, The World’s End). Karena perbedaan visi, Edgar Wright akhirnya diganti oleh Peyton Reed (Yes Man, The Break-Up, Bring It On). Ant-Man akhirnya rilis pada bulan Juli 2015 dan cukup banyak orang skeptis karena karakter Ant-Man tidak seterkenal Captain America, Thor, Hulk, Iron Man, Spider-Man dan berbagai superhero Marvel lainnya, ternyata Ant-Man dengan sukses mendapatkan $519.3 juta dollar di seluruh dunia sehingga dibuatnyalah sekuelnya Ant-Man and the Wasp yang telah tayang di bioskop-bioskop Indonesia sejak 4 Juli 2018.

Dua tahun sejak kejadian Captain America Civil War, Scott Lang / Ant-Man (Paul Rudd) telah menjadi tahanan rumah karena perbuatannya di Jerman saat dia bersama-sama Tim Captain America melawan Tim Iron Man. Saat menjadi tahanan rumah, Scott mendapatkan pesan dari Janet van Dyne (Michelle Pfeiffer) di dunia Quantum Realm. Janet van Dyne merupakan istri dari Hank Pym (Michael Douglas) dan ibu dari Hope van Dyne / Wasp (Evangeline Lilly). Ternyata selama puluhan tahun Janet telah terperangkap dalam dunia Quantum Realm yang dikiranya oleh Hank dan Hope telah meninggal dunia. Maka Scott, Hank dan Hope berusaha menyelamatkan Janet.

Loading...

Cerita di atas merupakan plot utama dari Ant-Man and the Wasp, terdapat pula sub-plot lainnya seperti Scott yang harus main kucing-kucingan dengan FBI karena dia harus tetap berada di rumah sementara dia sedang ada misi untuk menyelamatkan Janet, cerita mengenai sosok antagonis Ava Starr / Ghost (Hannah John-Kamen) yang ingin menyembuhkan kondisi tubuhnya, cerita Sonny Burch (Walton Goggins) sang mafia dengan para anak buahnya yang konyol nan kocak sampai dengan cerita usaha X-Con Security yang diketuai oleh sahabat dari Scott, Luis (Michael Pena) dan para anak buahnya Dave (Tip “T.I. Harris), Kurt (David Dastmalchian) dan Scott sendiri. Tentunya menjadi beban tersendiri bagi para penulis naskah keroyokan yang terdiri dari Chris McKenna, Erik Sommers, Paul Rudd, Andrew Barrer dan Gabriel Ferrari. Tapi mereka semua bisa meramunya menjadi satu kesatuan yang berkesinambungan dan ceritanyapun saling melengkapi satu dengan lainnya. Penampilan Michelle Pfeiffer sebagai Janet walaupun hanya sebentar, masih memancarkan pesona akting memikat dari aktris gaek berusia 60 tahun ini.

Karakter-karakternya terutama antagonisnya menarik namun tidak didukung pendalaman yang lebih. Agak jarang seorang antagonis tidak menginginkan menguasai dunia, tetapi menginkan dirinya kembali menjadi manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan super. Karakter Scott seperti film pertamanya masih terus menghibur dan menimbulkan tawa berkat penampilan komedi Paul Rudd yang telah melanglang buana dalam film-film komedinya dahulu (I Love You Man, Anchorman, Wanderlust, dll). Tapi yang paling mencuri perhatian adalah Luis yang diperankan oleh Michael Pena, adegan terkocak saat Michael Pena menceritakan kejadian pertama kali dia bertemu Scott, storytelling-nya sungguh unik, segar dan mengalir cepat nan lancat. Jangan lupakan juga penampilan Randall Park sebagai agen FBI yang seringkali mengocok perut penontonnya saat Randall sidak langsung ke rumah Scott.

Keluarga menjadi tema terpenting dari Ant-Man dan begitu juga film keduanya, bagaimana Scott yang begitu mencintai anaknya dengan terus mencoba menghiburnya walaupun Scott masih menjadi tahanan rumah dan bagaimana Hank dan Hope terus berusaha mencari Janet sampai titik darah penghabisan.

Adegan-adegan aksinya cenderung lebih besar dan menghibur daripada film pertamanya, apalagi 30 menit terakhir yang dikoreografikan dengan baik saat adegan kejar-kejaran antar mobil super mungil dan mobil normal dan adegan kocak lainnya saat Ant-Man menjadi super raksasa di dalam air.

Ant-Man and the Wasp seperti sebuah pencuci mulut atau dessert jika dibandingkan dengan film MCU terakhir yaitu Avengers: Infinity War yang seperti sebuah sajian makanan utama yang sungguh penuh dengan berbagai superhero-nya, tema yang cukup berat, gelap dan kelam dengan ending yang mengguncangkan itu. Sehingga seperti film pertamanya Ant-Man and the Wasp sangat ringan dan bertujuan hanya untuk menghibur saja. Cukup memberikan rasa lebih nyaman setelah kita menonton Avengers: Infinity War dan Black Panther yang cukup berat itu. Selain sisi penyajian yang terlalu ringan, adegan-adegan aksi walau menghibur, kocak dan menyenangkan, tidak ada sesuatu yang spesial yang menjadikannya memorable. Karakter antagonisnya walau menarik dan cukup menimbulkan simpati dari penonton, tidak diperdalam lebih lanjut, penyelesaiannya pun terlalu cepat dan simpel.

Jika ada yang bingung mengapa Ant-Man tidak ada di Infinity War, setelah film selesai seperti kebiasaan film-film MCU yang lain, jangan beranjak terlebih dahulu karena ada 2 adegan setelah kredit yang sangat penting di pertengahan dan pada akhir dari kredit.

Final Verdict:

Terlalu ringan bahkan untuk ukuran film MCU sekalipun. Menyaksikan Ant-Man and the Wasp memang hanya untuk mendapatkan hiburan saja. Tapi sisi kehangatan keluarga, berbagai karakternya yang menarik dan aksi yang menghibur nan kocak menjadikan Ant-Man and the Wasp sekali lagi sebuah film MCU yang pastinya akan banyak mendulang banyak dollar.

Loading...

Review Ant-Man and The Wasp - Ringan, Menyenangkan dan Menghibur!
7Overall Score
Reader Rating 1 Vote
7.8