Cerita pendek karya sastrawan senior Seno Gumira Ajidarma yang diterbitkan pada tahun 1995 dengan  judul Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi akhirnya diadaptasi ke layar lebar oleh rumah produksi Himaya Studio bekerjasama dengan JDer Syndicate dengan sutradara John De Rantau yang juga menulis naskah bersama Seno Gumira Ajidarma.

Film yang dibintangi mantan Putri Indonesia, Elvira Devinamira, Matias Muchus, David John Schaap, Yayu Unru, Anne J. Cotto, Totos Rasiti, beserta pemain pendukung lainnya ini direncanakan tayang untuk menghibur sekaligus mengajak penontonnya berpikir kritis mulai tanggal 18 Juli 2019 di seluruh bioskop Indonesia.

film Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi

Loading...

Sinopsis

Warga di sebuah kampung di Jakarta heboh manakala ibu-ibu melakukan demonstrasi ke Pak RT Muchus (Mathias Muchus) dikarenakan keresahan mereka akan permasalahan rumah tangga yang diakibatkan oleh kehadiran Sophie (Elvira Devinamira), mahasiswi yang kos di rumah Pak RT. Kebingungan menghadapi massa demo, Pak RT pun berusaha mendengarkan keluhan warga. Namun rupanya pokok permasalahannya lebih membingungkan lagi.

Ibu-ibu warga RT tersebut mengeluh tidak pernah disentuh, digauli, atau dinafkahi secara batin oleh para suami mereka dikarenakan kehadiran Sophie. Mereka berprasangka bahwa ketika Sophie menyanyi di kamar mandi sambil mandi dengan suaranya yang serak-serak basah membuat suami-suami mereka, yang mengintip dan berkumpul di belakang tembok kamar mandi, kerap berimajinasi liar sehingga bersikap dingin di atas tempat tidur di rumah. Pak RT yang pusing pun berusaha menengahi dan mencari solusi.

Sophie yang tengah dekat dengan Senja (David John Schaap) sebenarnya tidak tahu menahu dan kaget mendengar cerita demonstrasi tersebut. Sophie pun menerima nasehat dari Pak RT untuk tidak lagi menyanyi di kamar mandi dengan harapan lingkungan RT tersebut menjadi tenteram.

film Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi

Ulasan

Sutradara John De Rantau sudah banyak makan asam garam di dunia perfilman Indonesia. Film Denias: Senandung Di Atas Awan dan Wage adalah dua dari beberapa film karyanya yang banyak mendapat sambutan luas berkat kualitas penceritaan dan penyutradaraan yang baik. Dengan naskah tulisannya bersama Seno Gumira Ajidarma, John berusaha mengadaptasi cerita pendek karya Seno yang satir dan penuh metafora ini untuk mengangkat persoalan dominasi mayoritas, prasangka dan imajinasi di dalam kehidupan sosial bermasyarakat dewasa ini.

Masih segar dalam ingatan peristiwa keji saat seorang pria dihakimi massa hanya karena salah tuduh mencuri peralatan amplifier masjid. Peristiwa tersebut diduga bermula dari prasangka para pelaku pengeroyokan yang berimajinasi negatif terhadap korban. Dan film ini berusaha memodifikasi dan memperbaharui cerita pendek yang diterbitkan tahun 1995 dan merupakan karya tulis yang menyindir dominasi penguasa orde baru yang kerap memberangus, melarang dan membungkam berbagai hal di masyarakat, dari mulai karya dan pertunjukan seni, karya sastra, film, lagu, media massa dan lain sebagainya.

Hasilnya film ini cukup baik dalam menerjemahkan metafora dan alegori tersebut. Walaupun begitu beberapa bagian film ini terasa sangat ‘teatrikal’ dibanding filmis. Treatment teater panggung sangat kental digunakan dalam film ini. Resikonya adalah penonton awam yang tidak terbiasa akan merasa film berkutat di situ-situ saja, di lokasi kampung yang sesak dan padat serta membahas persoalan yang terasa sederhana tapi repetitif.

film Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi

Untuk menghindari faktor tersebut, plot cerita berusaha dialihkan ke hubungan Sophie dengan Senja. Namun sub plot yang tipis, terasa tidak bermakna, cheesy dan dimainkan tidak mengesankan oleh kedua aktornya membuat sub plot tersebut terasa hambar dan tidak mendukung plot utama.

Kedua pemain tersebut menjadi salah satu kelemahan dalam film ini, Elvira Devinamira di film keduanya setelah peran supporting yang minim dalam film Raditya Dika, Single, nampak masih harus belajar lebih banyak lagi. Pun begitu dengan David John Schaap yang tidak ada perkembangan setelah penampilan mudah terlupakannya dalam film Pancaran Sinar Petromaks Gaya Mahasiswa. Sangat disayangkan memang, mengingat pemain lain yang memerankan warga RT tampil sangat baik dan gemilang dalam adegan demonstrasi yang sulit dari segi pembagian dialognya.

Anne J. Cotto, Anna Tarigan, Maryam Supraba, Emmy Lemu dan pemeran ibu-ibu lainnya mampu mengimbangi  performa Mathias Muchus yang luar biasa ekspresif dalam film ini. Sementara itu para pemeran bapak-bapak seperti Yayu Unru, Totos Rasiti, Ricky H. Malau, Yan Widjaya, dan lain-lain tidak diberikan banyak kesempatan untuk memberikan akting yang berkesan selain sebagai suami yang mesum dan dingin pada istri di rumah.

film Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi

Dari sisi teknis, film ini memiliki pergerakan kamera yang menarik di beberapa bagian terutama long take di awal film. Sisi sinematografi menjadi yang paling menonjol dalam teknis film ini bersama dengan musik latar yang menggunakan lagu-lagu dari band indie ternama, The Upstairs. Divisi lainnya seperti tata suara, editing, desain produksi, art, makeup dan wardrobe berperan sesuai dengan porsinya masing-masing. Catatan untuk wardrobe yang terlihat beberapa kali karakter Sophie memakai baju yang sama di hari yang berbeda.

Kekurangan lain dalam film Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi ini adalah kualitas penulisan komedinya. Film yang bergenre komedi dewasa ini sebenarnya berpotensi menjadi film yang lucu melihat premis dan para aktor pendukungnya cukup komikal. Hanya saja sangat disayangkan berbagai lelucon dan punchline komedinya kerap gagal memancing tawa. Kualitas komedi yang menampilkan situasi saat istri ‘meminta jatah’ suami tidak terlihat lucu malah mengesalkan, karena kesal akan kebodohan para suami dan kesan seakan para istri tidak punya harga diri. Memang komedi itu subjektif hanya saja secara umum memang film ini cenderung gagal menggali sisi komedi. Bisa dihitung dengan jari momen-momen yang membuat saya tertawa dalam film ini.

Untuk film dewasa yang digadang-gadang dalam trailer dan promosi filmnya teryata tidak terlalu vulgar. Memang objektifikasi tubuh perempuan, dalam hal ini Sophie, kerap muncul terutama saat ia mandi. Tapi ini merupakan bagian penting dari cerita dan tidak terlalu bermasalah. Saat adegan penggambaran ‘keintiman suami istri’ di kamar para suami istri pun lebih ditekankan pada sisi komedinya dibandingkan sisi erotis. Jadi bisa dibilang masih cukup aman untuk ditonton anak usia 15 tahun ke atas, seperti yang diinginkan oleh sang sutradara.

film Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi

Kesimpulan Akhir

Berambisi mengadaptasi salah satu cerita pendek yang penuh metafora dengan latar belakang kehidupan masyarakat urban di ibukota, film bergenre komedi dewasa berjudul Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi ini memberi banyak adegan bagi penonton untuk memaknai filmnya. Hanya saja, hasil akhirnya terasa kurang maksimal dengan plot yang sederhana dan berkutat di situ-situ saja, subplot yang lemah, serta kualitas penulisan komedi yang kurang menggigit.

Ada pesan bagus dan bermakna yang ingin disampaikan, penampilan gemilang para aktor yang malang melintang di dunia seni peran serta kualitas produksi yang apik dalam film. Semoga saja film ini dapat memikat penonton dan merangsang para penonton untuk berpikir kritis dan memaknai film ini seperti yang dikehendaki para pembuat film.

Note: scroll / gulir ke bawah untuk melihat rating penilaian film

Loading...

Review Film Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi (2019) - Komedi Dewasa Langka Yang Mengajak Berpikir Kritis
5.5Overall Score
Reader Rating 2 Votes
9.4