Saat mendengar bahwa Will Smith dan sutradara Ang Lee bekerjasama dalam sebuah film bergenre action dengan bumbu sci-fi adalah sebuah berita yang membuat pemerhati film penasaran akan hasil akhir dari film yang diberi judul Gemini Man ini.

Diproduksi oleh Skydance Media dengan Jerry Bruckheimer Films dan didistribusikan oleh Universal Pictures, film Gemini Man akan ditayangkan midnight tanggal 5 oktober 2019 dan tayang reguler 9 Oktober 2019 di bioskop Indonesia dan ditayangkan dalam berbagi variasi presentasi, yaitu 2D biasa, IMAX 2D dan 3D plus dengan fitur spesial teknologi High Frame Rate (HFR) mencapai 60 fps (frame per second).

film Gemini Man

Loading...

Sinopsis

Henry Brogan (Will Smith) adalah pembunuh bayaran dengan keahlian menembak yang memutuskan untuk pensiun setelah berkarier lama dan merasakan penurunan performa. Keinginan untuk menikmati masa pensiun ternyata tidak terwujud manakala Henry mendapat informasi bahwa sasaran pembunuhan terakhirnya adalah sebuah upaya menutup-nutupi konspirasi di dalam lembaga pemerintah.

Henry pun menjadi sasaran dari Clay Verris (Clive Owen), pimpinan misi terakhir Henry, demi menutup mulut Henry dan mencegah bocornya konspirasi di lembaga yang ia pimpin. Dibantu agen pengawas, Danny Zakarweski (Mary Elizabeth Winstead) serta sahabatnya, Baron (Benedict Wong), Henry pun berusaha menyelamatkan diri dari kejaran pembunuh bayaran misterius utusan Verris yang ternyata tidak hanya memiliki kemampuan sama hebatnya dengan Henry, tetapi juga memiliki wajah yang sama.

film Gemini Man

Ulasan

Ang Lee dikenal sebagai sutradara senior yang tidak pernah membuat film “biasa”, baik itu dari sisi tema cerita, gaya bercerita sampai ke teknologi. Fakta itu terlihat dari filmografinya dalam dua dekade terakhir. Film-film seperti Crouching Tiger Hidden Dragon, Hulk, Brokeback Mountain, Lust Caution, Life of Pi atau Taking Woodstock serta Billy Lynn’s Long Halfime Walk. Semua memiliki keunikan tersendiri yang menandakan keberanian Lee mengambil resiko mencoba dan bereksperimen dengan sesuatu yang baru dan berbeda.

Kini dalam film Gemini Man, Lee mencoba bermain-main dengan kecanggihan teknologi motion capture dan pengambilan gambar dengan menggunakan kamera berteknologi High Frame Rate 120 fps (frame per second). Screening yang penulis hadiri dalam press screening event kemarin adalah dengan presentasi gambar 3D HFR 60 fps.

Hasilnya adalah secara presentasi visual film Gemini Man mampu memberikan pengalaman sinematik yang unik, penulis sendiri merasa kagum dengan teknologi HFR yang digunakan dalam film ini. Film terlihat tajam tanpa grain dan terasa seperti menonton di TV 4K. Soal apakah semua penonton akan menikmati presentasi ini adalah subyektif dan tergantung preferensi masing-masing penonton. Satu hal yang jelas, teknologi 3D HFR ini adalah sebuah kemajuan dalam industri perfilman dunia.

film Gemini Man

Secara konten cerita, film ini sebenarnya bisa dikatakan merupakan perpaduan film-film macam Bourne series, Mission Impossible, atau Minority Report, dimana seorang agen diburu oleh organisasi atau lembaga tempatnya mengabdi akibat konspirasi. Memang terasa standar dan template, bahkan penambahan unsur teknologi serasa mengambil tema dari The Island atau Looper dari sisi looks, dimana manusia versi tua diburu dirinya yang lebih muda tidak membuat film terasa fresh.

Untungnya film ini memiliki adegan aksi yang luar biasa. Terutama saat adegan pertama kali “kedua Will Smith” bertemu dan berkejar-kejaran di Cartagena, Kolombia. Ang Lee dengan timnya mampu membuat adegan kejar-kejaran motor yang sangat breathtaking, diikuti dengan tembak-menembak dan kucing-kucingan yang tidak kalah kerennya.

Sayangnya secara plot film ini memiliki alur yang bermasalah, terutama di babak kedua film sebelum memasuki klimaks. Tepatnya setelah Henry menyadari siapa pemburunya lalu keduanya mengalami dilema dan menjadi galau mengenai apa yang harus dilakukan dan saat mulai mempertanyakan eksistensi dirinya. Unsur drama yang muncul tidak terasa mengikat dan pertemuan kedua dan ketiga kali dari ‘kedua Will Smith’ jadi terasa kurang intens dan tidak seru lagi.

film Gemini Man

Naskah yang ditulis oleh David Benioff (Troy, 25th Hour, serial Game of Thrones), Billy Ray (Captain Phillips, Overlord) dan Darren Lemke (Goosebumps, Turbo) tidak mampu menjaga intensitas film selama 117 menit durasinya. Babak pertama dan babak kedua yang seru tidak diimbangi dengan babak ketiga yang memikat, klimaksnya kurang ‘nendang’ untuk film bergenre action sci-fi dengan tema yang lumayan besar ini.

Intensitas plot yang tidak seimbang untungnya tidak berpengaruh banyak pada kualitas teknis film yang terbilang sangat baik. Meskipun unsur sci-fi-nya tidak menggunakan adegan di dalam lab dan menekankan unsur sainsnya dalam dialog terasa seperti taktik untuk meminimalisir budget film, tetapi tidak mengurangi kualitas teknis penggarapan film yang maksimal dari sisi adegan aksi dan motion capture Will Smith muda yang diperankan oleh Smith sendiri.

Alih-alih menggunakan teknologi Deaging, yaitu mengubah wajah Will Smith menjadi lebih muda, Lee memakai teknologi Motion Capture (mocap) yang kualitasnya semakin meningkat dari saat motion capture mulai makin dikenal luas oleh publik oleh kehadiran karakter Gollum pada Lord of The Rings: The Two Towers.

film Gemini Man

Will Smith (Men In Black, Ali) bekerja dua kali lebih keras dalam film ini, selain memerankan Henry, ia juga memerankan versi Henry yang lebih muda dengan memakai kostum mocap dan melakukan banyak adegan aksi. Henry yang kalem, pandai dan jago tembak berhasil diperankan dengan baik dan Smith memvariasikannya dengan karakter Henry muda yang terlihat masih hijau, galau dan seperti masih mencari jati diri.

Dukungan pemain pendukung datang dari Mary Elizabeth Winstead (Scott Pilgrim vs The World, The Thing), Clive Owen (The Informer, Children of Men) dan yang paling mencur perhatian, Benedict Wong (Doctor Strange, The Martian) sebagai Baron yang kocak dan sedikit eksentrik. Owen sendiri serasa mengulangi penampilannya dalam film The Informer yang belum lama rilis di Indonesia akibat tipe peran yang sama, sementara Winstead menampilkan adegan aksi yang menawan dalam performa yang cukup baik sebagai sidekick di keseluruhan durasi film.

Kesimpulan Akhir

Gemini Man merupakan film action sci-fi yang keren dan apik dari sisi visual serta memiliki awal film yang menarik hingga ke pertengahannya. Sayangnya film ini mengabaikan potensinya dalam memberikan kisah yang memikat dan seimbang dari sisi intensitas film berkat plot yang kurang tergarap dengan baik. Teknologi 3D plus dengan presentasi visual High Frame Rate 120 fps (untuk di Indonesia hanya 60fps) sebagai pembedanya memberikan sentuhan dan pengalaman sinematik yang unik dan rasanya harus dicoba oleh pecinta sinema di Indonesia.

Note: Scroll/gulir ke bawah untuk melihat rating penilaian film.

Loading...

Review Film Gemini Man (2019) - Action Sci-Fi Keren Yang Kurang Memaksimalkan Potensinya
6.5Overall Score
Reader Rating 7 Votes
6.6