Garin Nugroho (Daun Di Atas Bantal, Opera Jawa) bukanlah nama sembarang di jagat perfilman tanah air. Kehadirannya meramaikan sinema Indonesia sejak medio tahun 1980-an memperkaya ragam film Indonesia dengan karya-karyanya yang memiliki ciri khas tersendiri. Estetik, surreal, penuh cita rasa seni tinggi, unik, aneh  dan  sulit dipahami adalah beberapa kata yang cukup bisa mendeskripsikan hampir keseluruhan karirnya di dunia film.

Di tahun 2019 ini, beliau menggebrak bioskop di seluruh nusantara melalui film Kucumbu Tumbuh Indahku (Memories of My Body). Film yang terinspirasi dari kehidupan Rianto, seorang seniman penari tradisional Lengger Lanang yang sudah membawa tari tradisional asal Banyumas go international ini akan menyapa para penonton setia film Indonesia mulai 18 April 2019 di bioskop.

Film produksi Fourcolours Films ini sejatinya sudah ditayangkan di berbagai festival film internasional di dalam dan luar negeri sejak tahun 2018 lalu dan memperoleh penghargaan Cultural Diversity Award under the patronage of UNESCO di ajang Asian Pacific Screen Awards berkat kontribusinya mengangkat budaya dan kehidupan sosial dalam film ini. Festival bergengsi lain yang disambangi juga antara lain Venice Film Festival dan International Film Festival Rotterdam.

Loading...

Juno dewasa bernarasi sambil menari

Sinopsis

Masa kecil Juno (Raditya Evandra) hidup bersama bibinya adalah masa kecil di pedesaan pedalaman Jawa Tengah. Juno yang ditelantarkan oleh ayahnya dititipkan untuk tinggal dan membantu Bulik (Endah Laras). Bakat seni Juno mulai muncul manakala ia bergabung dengan sebuah sanggar tari Lengger Lanang, sebuah jenis tari tradisional yang perlahan demi perlahan membentuk sisi feminin di dalam diri Juno.

Kehidupan remaja hingga dewasa Juno (Muhammad Khan) pun tak lepas dari menari lengger. Seiring dengan sisi femininnya yang makin menyeruak, Juno tidak bisa menghindari tempaan hidup dan realita yang pahit ketika apa adanya Juno harus bersinggungan dengan norma sosial, politik dan budaya yang sudah mengakar di masyarakat. Semua orang yang pernah hadir dalam hidup Juno, seperti bibi penjual ayam, guru tari, paman penjahit, petinju amatir dan seorang Warok mendampingi dan mendukung Juno menghadapi berbagai kesulitan dalam hidupnya.

Juno dan Sang Warok

Ulasan

Kucumbu Tubuh Indahku adalah karya mutakhir Garin Nugroho yang sekali lagi membuktikan kualitasnya sebagai sutradara yang sarat pengalaman. Film ini berani dan lugas dalam bertutur. Menggunakan narasi langsung dari Juno dewasa (Rianto) sebagai penghantar cerita di tiap fase dalam hidupnya, plot berjalan runut dan terstruktur jelas. Transformasi sisi feminin Juno digambarkan dengan eskalasi yang baik dari berbagai fase dan pengalaman hidup Juno bersama orang-orang terdekatnya.

Dimulai dari hubungannya dengan Bulik (Endah Laras), Guru Lengger (Sudjiwo Tejo), Guru Tari (Windarti), Petinju (Randy Pangalila), Warok (Whani Darmawan) sampai ke Bupati (Rifnu Wikana). Film ini mengkonstruksikan proses penempaan hidup Juno dari kejadian-kejadian penting dan traumatis dalam hidupnya. Dari kehidupan Juno ini, penonton disuguhkan penggambaran kondisi norma sosial dan budaya di negeri ini perihal sifat feminin yang tidak seharusnya ada dalam diri seorang pria, tetapi ironisnya merupakan bagian penting yang dilestarikan dalam bentuk tradisi seni tari. Soal eksploitasi erotisme di belakang layar pertunjukan budaya, intrik politik, dan lain sebagainya juga mewarnai dan memperkaya film yang tidak sepenuhnya bercerita secara harfiah ini.

Walau struktur cerita tidak rumit, namun film ini berpotensi sedikit membingungkan dengan simbolisme dan analogi yang disisipkan dalam durasi 105 menitnya. Hal ini dapat menjadi kekurangan akibat resiko kurangnya konektivitas penonton terhadap beberapa bagian dalam film. Dialog yang hampir seluruhnya menggunakan bahasa jawa dengan subtitle bahasa Indonesia ini menambah kesan tradisional dan membumi, sehingga film Kucumbu Tubuh Indahku memberikan pengalaman sinematis yang unik dan jarang didapatkan di dalam film Indonesia kebanyakan.

Sang Bupati yang galau menjelang pilkada

Dari sisi teknis produksi, gaya sinematis yang statis ala film independen kembali menjadi andalan. Dialog tidak banyak dimunculkan, hanya gambar yang lebih sering bercerita. Gambar-gambar sinematografi karya Teoh Gay Hian sangat cantik dengan tone warna cerah yang berubah gelap saat Juno mengalami peristiwa traumatis. Didukung oleh editing, penata suara, desain produksi serta make up dan wardrobe yang mumpuni, film juga unggul dari soundtrack ciamik gubahan Mondo Gascaro.

Departemen akting merupakan keunggulan lain yang tidak terbantahkan dalam film ini. Muhammad Khan berakting fenomenal memerankan Juno remaja hingga dewasa. Sama sekali tidak mudah memerankan Juno yang mengalami banyak periode kelam dalam hidupnya tetapi tetap tegar. Kekuatan mentalnya tergambarkan dengan baik lewat gestur, mimik dan ekspresinya di beberapa adegan. Khan menjadi salah satu penantang kuat untuk mendapatkan nominasi aktor terbaik FFI tahun depan. Pemain lain yang menonjol adalah Randy Pangalila yang sering kita lihat di layar kaca. Peran petinju yang ia mainkan sangat menonjol dan tidak mudah dilupakan meski dalam durasi singkat.

Sang Petinju dan Juno

Kesimpulan Akhir

Sebagai salah satu maestro dalam dunia perfilman Indonesia, Garin Nugroho sukses menghantarkan salah satu film yang penting dan relevan dewasa ini dengan mengangkat isu seksualitas, kesadaran gender dan norma sosial lewat film Kucumbu Tubuh Indahku ini. Meskipun memiliki resiko kehilangan konektivitas penonton dalam memahami makna simbolis dan metafora di dalam beberapa adegan, tidak dipungkiri perjalanan hidup Juno yang diperankan dengan luar biasa oleh Muhammad Khan, sukses memberikan perspektif lain dalam memahami perjalanan hidup Juno untuk mengenal dan mencintai hati, jiwa dan raganya.

Loading...

Review Film Kucumbu Tubuh Indahku (2019) - Kisah Metamorfosis Sempurna Seorang Penari Lengger
8Overall Score
Reader Rating 0 Votes
0.0