Kesuksesan film pertamanya yang mencatatkan angka 1.236.000 penonton dan menempatkannya di urutan ke-12 film terlaris 2018, membuat MVP Pictures tak perlu berpikir 2 kali untuk segera melanjutkan kisah petualangan Dinda dan kawan-kawan. Kisah Kuntilanak (2018) yang dirombak total dari apa yang pernah kita saksikan pada trilogi Kuntilanak (2006-2008), terbukti cukup diterima oleh para moviegoers karena menghadirkan cerita yang benar-benar baru.

Meskipun pada akhirnya diketahui bahwa Kuntilanak versi baru ini bukanlah reboot ataupun remake, melainkan masih di dalam satu universe dengan versi 2006, dengan Klan Mangkujiwo menjadi benang merahnya. Ya, pada press release yang diadakan tepat setelah screening film berakhir, Rizal Mantovani mengatakan bahwa Kuntilanak ini masih ada di dalam universe yang sama dengan versi pendahulunya.

review film kuntilanak 2

Loading...

Dirilis tepat satu hari sebelum lebaran yaitu di tanggal 4 Juni 2019, Kuntilanak 2 menjadi 1 dari 5 film Indonesia yang siap menghibur momen libur lebaran tahun ini. Lantas, apakah filmnya worth untuk disaksikan? Mari kita masuk ke pembahasannya.

Sinopsis

review film kuntilanak 2

Melanjutkan kisah film pertamanya, Dinda (Sandrinna Skornicki) yang telah berhasil melepaskan diri dari teror makhluk jahat Kuntilanak, mulai kembali bisa melanjutkan hidup dengan tenang. Namun ketenangan itu tak berlangsung lama sejak seorang wanita bernama Karmila (Karina Suwandi), datang menemui Tante Donna (Nena Rosier) dan mengaku sebagai ibu kandung Dinda.

Dinda yang tak sengaja mendengar pembicaraan tersebut, kemudian bersikeras untuk bisa diizinkan menemui wanita tersebut. Tante Donna yang masih meyakini ada sesuatu yang tidak beres, kemudian mengizinkan Dinda untuk menemui wanita tersebut sambil dirinya berusaha mencari tahu asal-usul wanita misterius tersebut.

review film kuntilanak 2

Dinda pun akhirnya berangkat bersama adik-adik angkatnya yaitu Kresna (Andryan Bima), Miko (Ali Fikry), Panji (Adlu Fahrezy), dan Ambar (Ciara Nadine Brosnan), ditemani oleh anak tante Donna, Julia (Susan Sameh) dan kekasihnya Edwin (Maxime Bouttier). Mereka pun kemudian mengikuti petunjuk sesuai peta yang diberikan Karmila, dimana mengharuskan mereka melewati hutan yang cukup angker.

Sebuah rumah kayu di tengah hutan pada akhirnya menjadi penanda kediaman Karmila. Dinda pun akhirnya berhasil menemui Karmila dan disambut layaknya anak yang kembali pulang ke rumah orangtuanya.

review film kuntilanak 2

Namun berbagai kejanggalan kemudian terjadi di rumah tersebut yang menimpa adik-adik angkat Dinda juga Julia dan Edwin. Merasa ada yang tidak beres, Dinda pun kemudian tersadar bahwa dirinya harus berhadapan kembali dengan teror yang menimpanya di masa lalu.

Ya, Kuntilanak yang dulu menghantui Dinda dan adik-adiknya kini muncul kembali dengan sosok yang lebih menyeramkan, lebih kuat, dan manipulatif. Dinda dan adik-adiknya pun harus kembali berjuang bersama, melawan teror yang coba menganggu mereka.

Sekuel yang Lebih Menakutkan dengan Sisipan Rasa Empati

Dibanding film pertamanya di tahun 2018 silam, sekuelnya kali ini jauh lebih menakutkan sekaligus menegangkan. Hal tersebut dikarenakan Rizal Mantovani berhasil mengembalikan cita rasa Kuntilanak versi 2006 yang creepy, alih-alih mempertahankan unsur horor komedi yang begitu kental dalam versi 2018 lalu.

Sebagai film yang character centered nya anak-anak, unsur horor komedi memang masih muncul lewat celetukan konyol khas anak-anak dan beberapa sisipan komedi cringe­-nya. Hanya saja kali ini porsinya dikurangi sehingga membuat film ini jauh lebih terlihat serius dan dewasa. Hal tersebut memang nampaknya harus dilakukan demi mendukung perubahan sosok karakter Kuntilanak yang kali ini cukup berbeda dengan film pertamanya.

Ya, sosok Kuntilanak yang di film pertamanya hanya sekadar menjelaskan posisinya dalam pengkultusan klan Mangkujiwo, kini jauh lebih berisi bahkan memiliki sisi emosional yang mengundang rasa empati. Sosok Kuntilanak kali ini tak hanya sekadar mengganggu lewat penampakan, namun juga memiliki kemampuan manipulatif yang cukup berbahaya.

Hadirnya Karina Suwandi sebagai sosok dibalik teror Kuntilanak, jelas membawa angin segar dalam franchise film ini. Bahkan performa apiknya dalam film horor yang juga mencapai sejuta penonton di tahun lalu yaitu Sebelum Iblis Menjemput, berhasil diulang dalam film ini. Karina tak hanya berhasil menyajikan sesosok wanita misterius, namun juga berhasil memberikan kita alasan untuk berempati pada sebuah mahkluk peneror yang sejatinya tak layak mendapatkan rasa empati.

Sajian Horor Klise yang Masih Termaafkan

Dengan kisah yang jauh lebih berisi dari film pertamanya, Kuntilanak 2 jelas mengalami perbaikan yang cukup berarti dari sisi penceritaan. Meskipun nampak semakin kental dalam mengambil referensi film IT di beberapa sisinya, nyatanya Kuntilanak tetap berhasil mempertahankan unsur kearifan lokalnya berkat kentalnya budaya Jawa dan mitos-mitos yang melengkapi jalinan kisahnya.

Hanya saja, sub genre cabin in the woods yang menggantikan sub genre petualangan anak-anak di film pertamanya membuat film ini tak ubahnya film-film horor Indonesia pada umumnya. Intinya teror tetap terjadi di sekitaran rumah, meskipun latarnya kemudian diganti dengan rumah kayu dalam hutan terlarang. Padahal petualangan anak-anak di film pertamanya cukup segar dan berhasil membedakannya dari film horor lain yang diluncurkan di tahun 2017 hingga 2018 silam.

Sementara sisi scoring dan sound effect juga berhasil mengembalikan aura menakutkan Kuntilanak, yang di film pertamanya di tahun 2018 lalu sempat tampil mengecewakan karena digarap layaknya scoring pada sinetron. Dengan meningkatnya kualitas scoring, maka baik adegan yang menggambarkan teror sang hantu wanita hingga adegan yang menggambarkan dunia lain tempat Kuntilanak bernaung, cukup berhasil membuat bulu kuduk meremang.

Deretan jumpscare pun jauh lebih baik dari film pertamanya. Bahkan ada satu jumpscare yang tak terprediksi, hingga mampu membuat penonton terkaget-kaget. Namun sayang, meskipun tak banyak, namun adegan-adegan klise film horor yang sejatinya sudah cukup out of date masih nampak dipertahankan sehingga cukup mengganggu. Semakin membosankan karena adegan kesurupan nampak masih menjadi adegan wajib dalam franchise ini.

Dialog yang terlalu menjelaskan hal apa yang diperbuat semisal “aku akan mengambil tangki ini untuk membakar rumah” pun masih kerap disajikan di sepanjang film. Padahal semestinya hal-hal mengganggu seperti itu tak perlu dimunculkan karena cukup mengurangi dramatisasi sebuah adegan. Karena tak selamanya sebuah adegan harus dijelaskan secara verbal.

Namun yang pasti, sajian klise khas film horor tersebut masih cukup termaafkan berkat membaiknya berbagai sisi franchise ini mulai dari desain produksi hingga alur cerita yang lebih berisi.

Penutup

Sebagai lanjutan film yang masuk dalam jajaran elit film diatas 1 juta penonton di tahun 2018 silam, Kuntilanak 2 jelas memiliki beban cukup berat. Apalagi tanggal rilisnya bersamaan dengan 4 film Indonesia lainnya yang juga berpotensi mendatangkan banyak penonton. Si Doel 2, Single 2, Ghost Writer serta Hit & Run, menjadi film-film yang bersiap menghadang laju Kuntilanak 2 mendapatkan prestasi layaknya film pertamanya.

Namun dengan cerita yang jauh lebih segar serta mempertahankan unsur pemeran utama anak-anak sebagai ciri khasnya, tentu saja membuat Kuntilanak 2 juga berpotensi meraup jumlah penonton yang tak kalah baik dengan film pertamanya. Apalagi terdapat peningkatan cukup signifikan dari sisi sinematografi, scoring hingga karakter iblis yang lebih berisi. Maka Kuntilanak 2 sudah tentu menjadi sekuel yang tak boleh dilewatkan begitu saja.

 

review film kuntilanak 2

Berbagai sajian horor klise pun nyatanya masih cukup termaafkan berkat deretan konflik dan sisi emosional yang juga mampu tampil lebih baik dari film pertamanya. Hanya saja, dialog yang cenderung datar di beberapa karakter serta masih tak begitu pentingnya karakter dewasa yang dimainkan Susan Sameh dan Maxime Bouttier (layaknya karakter Aurelie Moeremans dan Fero Walandouw di film pertama), menjadi penambah sisi negatif dari film ini.

Jadi, Kuntilanak 2 ini masih cukup worth untuk dijadikan tontonan libur lebaran tahun ini. Menghibur, seru dan menegangkan, meskipun masih meninggalkan banyak adegan klise dan pengulangan dari film pertamanya.

Loading...

Review Film Kuntilanak 2 (2019) - Teror Hantu Wanita dalam Petualangan Mencekam di Tengah Hutan
7Overall Score
Reader Rating 16 Votes
6.1