Sepertinya tidak ada orang Indonesia yang tidak mengenal nama Joko Anwar di era digital dan di tengah maraknya media sosial beberapa tahun belakangan ini. Apalagi selepas film horornya Pengabdi Setan (2017) yang menjadi box office dengan meraih lebih dari 4 juta penonton berkat kualitas film yang baik serta jatuh bangun marketing-nya yang memanfaatkan betapa aktifnya Joko Anwar di media sosial, terutama twitter.

Gaya marketing yang kurang lebih serupa pun ditempuh film bergenre horor thriller terbarunya yang berjudul  Perempuan Tanah Jahanam produksi Base Entertainment dan Rapi Films bekerjasama dengan rumah produksi asal Amerika Serikat, Ivanhoe Pictures dan Korea Selatan, CJ Entertainment. Dibintangi Tara Basro, Marissa Anita, Asmara Abigail, Ario Bayu dan Christine Hakim, film Perempuan Tanah Jahanam akan rilis mulai tanggal 17 Oktober 2019 di seluruh bioskop Indonesia.

film Perempuan Tanah Jahanam

Loading...

Sinopsis

Saat bekerja jadi pengutip uang di gerbang tol, Maya (Tara Basro) mengalami teror psikopat aneh yang memburunya dan mengungkit-ngungkit masa lalu keluarganya. Kejadian itu membulatkan tekad Maya untuk membuka usaha berjualan baju di pasar dengan sahabatnya, Dini (Marissa Anita). Sayangnya setelah beberapa bulan memulai usaha, uang modal mereka nyaris habis dan usaha mereka terancam bangkrut.

Berbekal petunjuk yang ditinggalkan sang psikopat, Maya pun memiliki ide untuk mencari harta warisan peninggalan keluarganya di desa tempat kelahirannya. Dini yang setia kawan pun turut menemani. Berdua mereka tiba di desa terpencil yang ternyata memiliki rahasia kelam dan kelak akan membahayakan nyawa Maya dan Dini.

Ulasan

Sebagai salah satu sutradara yang penulis ikuti sepak terjangnya di dunia film Indonesia, penulis menilai Joko Anwar (Janji Joni, Kala) adalah sineas selalu memberikan ‘rasa’ dalam filmnya yang bervariasi dari sisi genre, tema dan teknis produksi. Pasca kesuksesannya secara komersil dalam film Pengabdi Setan (2017), sutradara kelahiran Medan itu seakan kebanjiran proyek, termasuk di antaranya menjadi sutradara film Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot (2019) sekaligus menjadi nakhoda yang memimpin keseluruhan Jagat Sinema Bumi Langit dari sisi kreatif.

film Perempuan Tanah Jahanam

Berbagai proyek besar dan komersil yang ia pegang, (termasuk isu akan diproduksinya sekuel Pengabdi Setan – red) tidak serta-merta membuat Joko melupakan akar-nya sebagai sutradara yang passionate dan memiliki ide-ide liar di otaknya, salah satunya yang sudah tertuang dalam naskah sejak tahun 2009 adalah naskah film Impetigore yang memiliki judul bahasa Indonesia, Perempuan Tanah Jahanam.

Judul yang cukup provokatif dan memancing rasa penasaran ini ternyata memiliki makna yang sangat berkaitan dengan tema film. Ditambah lagi dengan sub-judul “Siapa Sebenarnya Keluargamu?” menyiratkan akan adanya misteri yang berlapis-lapis di dalam film berdurasi 106 menit ini.

Hebatnya, naskah film Perempuan Tanah Jahanam yang juga ditulis Joko mampu menjaga lapisan misteri itu terbuka satu per satu seiring durasi film berjalan. Penonton dibiarkan duduk menikmati film dengan plot bergerak penuh kejutan, karakterisasi yang simpatik dan mudah disukai, dialog-dialog lincah dan vulgar yang memancing tawa, serta plot twist dan klimaks film yang ‘sakit’. Catat! Benar-benar sakit. Entah apa yang ada di pikiran Joko saat menulis naskah film ini.

film Perempuan Tanah Jahanam

Memadukan horor dan thriller dengan latar belakang modern yang berbenturan dengan unsur tradisional warga desa yang memiliki wayang sebagai tradisi keseniannya ini sangat menarik. Momen saat karakter Dini yang ceplas-ceplos harus berhadapan dengan warga desa yang bertutur dan berperilaku halus menjadi benturan budaya yang terasa unik di dalam film.

Tidak hanya menjual horor dan ketegangan saja, Joko juga mempertunjukkan beberapa kritik sosial yang provokatif dan menyentil dalam film ini. Contohnya soal seberapa jauh manusia berbuat demi survive dan lepas dari kutukan, soal fanatisme buta pada pemimpin, serta isu eksistensialisme tentang makna manusia harus  hadir di dunia yang tidak sempurna dan kacau ini. Isu-isu ini bisa didapat jika memaknai film secara tersirat dan lebih dalam.

Didukung dengan tim produksi yang apik, Joko Anwar mempersembahkan presentasi audio visual yang tidak kalah mengagumkannya dengan kualitas naskah. Sinematografi karya Ical Tanjung (Pengabdi Setan 2017, Serigala Terakhir) menjadi salah satu highlight-nya. Visual film yang dominan low light ditangkap cerdik dengan pendar cahaya alternatif yang presisi menambah rasa ngeri. Permainan warna juga dilakukan dengan cahaya merah yang sesekali muncul pada momen-momen thrilling. Pergerakan kamera saat adegan kejar-kejaran di tengah malam dan di tengah hutan pun patut diacungi jempol. Secara visual, film terasa mencekam, tapi juga indah di saat yang bersamaan.

film Perempuan Tanah Jahanam

Sisi audio pun tidak mau kalah, kepiawaian sound recordist Anhar Moha (Pengabdi Setan 2017, Suzzanna: Beranak Dalam Kubur) sangat terasa dalam menangkap suasana lingkungan sekitar dan menyelaraskannya dengan dialog pemain yang menurut Joko, selalu diusahakan diambil langsung dan meminimalisir dubbing. Kerjasama tim sound, termasuk Mohammad Ikhsan (Satu Suro, Wedding Agreement) dan Richard Hocks (Headshot, Buffalo Boys) sangat solid dalam memberikan ambience horor yang membantu menambah kengerian di dalam film.

Sementara sisi penata musik menjadi favorit saya dalam keseluruhan film. Tata musik karya musisi-musisi langganan Joko Anwar seperti Aghi Narottama, Bemby Gusti dan Tony Merle dipadukan dengan composer yang tampaknya masih baru terjun ke dunia film, Mian Tiara. 

Frans Paat (Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak, Kafir) selaku production designer juga bersinar lewat tata artistiknya yang memberikan kesan natural yang terlihat dalam setiap adegan. Dalam sebuah sesi interview, Joko menyampaikan keresahannya pada film horor Indonesia yang kerap melupakan detail soal set. Bagi Joko, seorang Frans Paat adalah solusi baginya berkat taste dan kedetailan Frans dalam menciptakan set yang alami dan believable sesuai kebutuhan adegan.

film Perempuan Tanah Jahanam

Editing yang ditangani Dinda Amanda (Gundala, Catatan Harian Si Boy) juga sangat baik memadukan gambar dan memberikan transisi. Setelah sebelumnya sedikit mengecewakan saat menangani Gundala, kali ini Dinda terbilang sukses dan semakin menunjukkan tajinya dalam menyunting film Perempuan Tanah Jahanam.

Kerjasama apik juga dikerahkan oleh tim tata rias pimpinan Darwyn Tse (Gundala, Pengabdi Setan) dan penata busana yang merupakan (lagi-lagi) langganan Joko, Isabelle Patrice (Janji Joni, Kala). Seluruh kru yang bekerja sangat patut diapresiasi tinggi dan diberikan acungan jempol berkat kerja kerasnya dalam film Perempuan Tanah Jahanam ini.

Sisi akting menjadi sebuah pembuktian bagi sang legenda, Christine Hakim (Ranjang Pengantin, Kartini), yang untuk pertama kalinya bermain dalam film bergenre horor, dan beliau memerankan karakter Nyi Misni yang misterius dan menyimpan banyak rahasia dengan sangat baik.

film Perempuan Tanah Jahanam

Tara Basro (Pengabdi Setan 2017, A Copy of My Mind) dengan karakternya yang rapuh dan penuh pertanyaan di kepala mampu memimpin keseluruhan film, dibantu dengan keluwesan akting Marissa Anita (Selamat Pagi Malam, A Mother’s Love) yang menjadi penyeimbang lewat karakternya yang cuek dan ‘nyablak’. Pun begitu dengan Asmara Abigail (Move On Aja, Pengabdi Setan 2017) yang mampu memerankan karakter yang sulit ditebak arah tindakannya.

Secara keseluruhan pemeran pendukung dalam film ini pun sangat baik dalam berperan, Ario Bayu (Pintu Terlarang, Kala) di film kesekiannya bersama Joko memberikan sosok Ki Saptadi yang berwibawa. Begitu juga dengan Kiki Narendra (Suzzanna: Beranak Dalam Kubur, Gundala), Zidni Hakim (Gundala), Faradina Mufti (Love For Sale), Aghniny Haque (Wedding Agreement, Wiro Sableng) dan Abdurrahman Arif (Night Bus, Keluarga Cemara) serta para pendukung lainnya yang kebanyakan merupakan warga desa tempat lokasi syuting film ini.

Di luar banyaknya keunggulan dalam film ini, ada secuplik kekurangan dalam film dari sisi penuturan cerita di babak ketiga, yaitu dari sisi pengungkapan twist yang seakan menjelaskan terlalu detail. Patut dipahami memang karena twist yang ada dalam film ini sedemikian berlapis-lapis dan agaknya menimbulkan kekhawatiran para penonton awam akan sulit memahami twist-nya. Sebuah langkah jitu bagi penulis, walaupun penulis sendiri merasa terlalu dicekoki. Kekurangan minor lainnya adalah efek spesial CGI yang kurang rapih di suatu bagian. Untungnya adegannya hanya sekali muncul dalam satu adegan dan sama sekali tidak mengganggu keseluruhan film.

film Perempuan Tanah Jahanam

Kesimpulan Akhir

Film Perempuan Tanah Jahanam merupakan mimpi buruk yang sukses diterjemahkan oleh Joko Anwar ke dalam sajian sinema berkualitas tinggi lewat naskah yang apik dan brilian. Menegangkan, menakutkan dan mengerikan namun juga seru dan menyenangkan pada saat bersamaan. Film bergenre horror thriller ini memberikan sensasi yang luar biasa setelah film usai. Perempuan Tanah Jahanam adalah pencapaian sinematik nyaris sempurna yang layak diapresiasi oleh seluruh penonton film Indonesia.

Note: Gulir / scroll ke bawah untuk melihat rating penilaian film

Loading...

Review Film Perempuan Tanah Jahanam (2019) - Film Horor Tidak Pernah Semenegangkan Dan Semenyenangkan Ini
9Overall Score
Reader Rating 2 Votes
8.8