Ungkapan seru dan menyenangkan yang menjadi judul review ini berangkat dari ekspresi saya seusai menyaksikan film zombie bergenre drama thriller dengan sentuhan sci-fi ini. Kegemaran terhadap film-film zombie dari maestro zombie George A. Romero seperti Night Of The Living Dead, Dawn of The Dead dan sekuel-sekuelnya agaknya sedikit berpengaruh terhadap penilaian saya akan film ini.

Film berjudul Zeta: When The Dead Awaken dari rumah produksi Swan Studio karya penulis sekaligus sutradara Amanda Iswan dan dibintangi oleh Jeff Smith, Cut Mini, Dimas Aditya, Edo Borne, Natasha Gott, Willem Bevers, Revaldo dan Joshua Pandelaki menyajikan sebuah film zombie yang seru, menegangkan dan penuh darah saat tayang di bioskop Indonesia mulai tanggal 1 Agustus 2019.

film Zeta: When The Dead Awaken

Loading...

Sinopsis

Deon (Jeff Smith) adalah murid SMA anak dari sepasang orang tua yang tengah mengalami masalah di dalam pernikahan mereka. Ibu Deon, Isma (Cut Mini), adalah penderita alzheimer yang dirawat di rumah sedangkan ayahnya Dr. Richard Ross (Willem Bevers) peneliti yang kerap disibukkan dengan pekerjaan hingga sering menelantarkan keluarganya.

Hari itu Deon malas menjaga ibunya, tetapi sebuah kejadian wabah penyakit yang menjakiti beberapa orang di sekolah dan seisi penduduk kota membuat Deon merasa harus melindungi ibunya. Di apartemen, Deon dan Isma pun bersinggungan dengan Reza (Dimas Aditya) yang susah payah menghampiri abangnya Reyhan (Edo Borne) di tower gedung apartemen lain. Dengan menjanjikan radio untuk menghubungi militer yang ternyata sedang bekerjasama mencari serum penyembuh dengan bantuan Dr. Richard. Deon dan Isma pun bersedia membantu Reza untuk menemui Reyhan tanpa mengetahui bahaya apa yang menanti mereka.

film Zeta: When The Dead Awaken

Ulasan

Setidaknya ada tiga film zombie Indonesia yang rilis di era kebangkitan film Indonesia sejak tahun 2000-an. Film pendek berjudul dari The Rescue omnibus Takut: Faces Of Fear, Kampung Zombie dan Reuni Z meramaikan khasanah genre film ‘mayat hidup’ ini dengan masing-masing genre horor dan komedi yang mereka bawa. Bahkan film horor terlaris tahun 2017, Pengabdi Setan, memiliki unsur mayat hidup di dalamnya.  Kini dibuat dengan niat mengawinkan genre drama thriller dan science fiction, sutradara sekaligus penulis naskah Amanda Iswan menghadirkan Zeta: When The Dead Awaken sebagai film debutnya.

Mandy, panggilan Amanda, benar-benar mengerahkan dan mengaplikasikan seluruh ilmu yang ia dapat selama bersekolah film dalam film ini. Film Zeta sangat baik dari sisi teknis apabila mengingat film yang kabarnya tertunda selama dua tahun dan juga budget minim yang kemungkinan tersedia dari production house Swan Studio yang juga baru pertama kali memproduksi film.

Sinematografi besutan Amalia TS membuka film dengan aerial view dunia distopia dengan cantik dan mencekam, tidak hanya itu pergerakan kamera dalam adegan-adegan kucing-kucingan antara zombie vs karakter manusia dalam film ini sangat baik. Sinematografi film ini sangat membantu menciptakan atmosfer ala film zombie klasik yang berpotensi membuat penonton gregetan saat harus bersembunyi dan berlari dari kejaran zombie serta bertarung melawan zombie.

film Zeta: When The Dead Awaken

Dari sisi artistik, lokasi set yang 70% berada di dalam gedung apartemen juga sangat efektif. Penggunaan lift, tangga darurat, koridor, lobby dan kamar apartemen memberikan kesan desperate seakan karakter protagonis terjebak dan tidak ada jalan keluar. Make up dan spesial efek para zombie yang jumlahnya puluhan hingga ratusan juga menjadi yang sangat patut dipuji. Zombie yang terlihat di layar pun dilatih oleh beberapa sanggar teater untuk mendapatkan karakter mayat hidup yang believeable dan tidak sembarangan berakting.

Musik latar, koreografi tarung, editing serta penata busana menjadi bagian yang tidak kalah penting. Film ini sangat unggul dari sisi teknis dengan catatan kecil patut diberikan kepada penata suara. Suara yang dihasilkan dari film ini terasa tidak keluar secara maksimal, sehingga beberapa bagian dialog terdengar tidak jelas seperti suara orang menggerutu saja. Tetapi ini hanya kekurangan minor saja karena film masih bisa dinikmati dengan baik.

Kekurangan besar memang hanya terletak pada naskah. Film ini terasa terpisah antara dua bagian, yaitu film drama thriller survival yang melibatkan para karakter utama yang terjebak di apartemen dan sci-fi action yang melibatkan ilmuwan, militer dan para tentara militan yang ternyata tahu banyak mengenai virus yang membuat manusia menjadi zombie. Sisi thriller survival terasa jauh lebih unggul berkat unsur humanis dan dimensi para karakternya yang dikendalikan oleh Jeff Smith, Cut Mini, Dimas Aditya dan Edo Borne.

film Zeta: When The Dead Awaken

Para karakter tersebut punya dimensi yang agaknya membuat film jauh lebih menarik daripada sisi sci-fi action yang terasa kaku dan terlalu serius dalam bercerita. Benang merah yang coba mengaitkan kedua bagian film tidak dituliskan secara logis akibat keanehan Dr. Richard Ross yang seperti tidak memikirkan keluarganya di sepanjang tiga perempat awal film.

Sisi akting yang menjadi bagian penting untuk membuat penonton bersimpati pada karakter di dalam film. Meski dibuka dengan adegan dan akting yang klise di sekolah, Jeff Smith (Alas Pati, The Underdogs) tanpa diduga tampil baik dan konsisten sepanjang film. Chemistry-nya dengan Cut Mini terasa sangat baik, meskipun penulisan karakternya agak sedikit aneh untuk seorang anak yang kerap marah menghadapi ibu yang sakit alzheimer.

Ibu Isma penderita alzheimer ini diperankan dengan baik juga oleh Cut Mini (Ikut Aku Ke Neraka, Orang Kaya Baru). Di film ‘horor’ pertamanya ini Cut Mini memainkan perannya dengan baik, akting kikuk dan plin-plannya serta ketakutannya saat menghadapi zombie terlihat natural dan bikin gemas. Beberapa momen lucu dihasilkan oleh Cut Mini dalam film ini. Dimas Aditya (Pengabdi Setan, The Night Comes For Us) dan Edo Borne (Romeo & Juliet, Heartbreak.Com) juga memberikan penampilan penuh aksi yang menawan. film Zeta: When The Dead Awaken

Kesimpulan Akhir

Datang dari sebuah rumah produksi baru, film bergenre drama thriller dengan sentuhan sci-fi dan horor bertemakan zombie, film Zeta: When The Dead Awaken mampu memberikan suguhan film zombie dengan rasa atmosfer distopia yang kental, intensitas yang konsisten dan aksi kucing-kucingan, kejar-kejaran serta pertarungan dengan zombie yang terkoreografi apik dan penuh darah. Sangat seru dan menyenangkan untuk disaksikan beramai-ramai dan terasa segar mengingat semakin banyaknya film horor supernatural yang merambah bioskop Indonesia di tahun 2019 ini.

Meskipun dua plot utamanya timpang dan terasa terpisah satu sama lain, namun gaya dan teknik penyutradaraan Amanda Iswan patut diperhitungkan di masa yang akan datang. Seorang sutradara muda berbakat dan potensial hadir kembali di jagad sinema Indonesia.

Note: Scroll / gulir ke bawah untuk melihat rating penilaian film.

Loading...

Review Film Zeta: When The Dead Awaken (2019) - Film Thriller Zombie Indonesia Yang Seru Dan Menyenangkan
7Overall Score
Reader Rating 15 Votes
5.9