Spider-Man: Far From Home merupakan direct sequel dari film Spider-Man Homecoming dan juga merupakan film terakhir dari Marvel Cinematic Universe Phase 3.

Sinopsis:

Di Meksiko, Nick Fury (Samuel L. Jackson) dan Maria Hill (Cobie Smulders) menginvestigasi angin topan yang tidak natural dan mendapati kalau ada sesosok villain terbaru yaitu Earth Elemental yang mampu mengendalikan unsur-unsur pada bumi dan terdapat pula superhero baru bernama Quentin Beck (Jake Gyllenhaal) yang seperti gabungan kekuatan Iron Man, Thor dan Doctor Strange sedang bertarung dengan sengit.

Loading...

Sementara itu Peter Parker (Tom Holland) bersama teman-temannya karya wisata ke kota-kota di Eropa. Saat di Venice terjadi amukan Water Elemental yang akan menghancurkan kota air itu. Quentin Beck datang kembali untuk mengalahkan musuh itu dibantu oleh Peter Parker yang tidak mengenakan kostum Spider-Man nya dan dengan bantuan dari S.H.I.E.L.D. Sejak kejadian di Venice itu, Quentin Beck dipanggil Mysterio.

Peter Parker yang tadinya tidak mau membantu Nick Fury dan S.H.I.E.L.D terpaksa untuk melakukannya saat dia berada di Praha untuk melawan Fire Elemental.

Review:

Jon Watts kembali didapuk lagi menukangi Spider-Man: Far From Home setelah sukses sebelumnya membesut Spider-Man Homecoming yang mendapatkan total pendapatan 880 juta dollar AS di seluruh dunia. Dia kembali membuat film Spider-Man yang kental dengan gaya film komedi romantis remaja. Plot utamanya menarik dan lucu yaitu tentang usaha Peter Parker yang bergaya canggung / kikuk itu dalam mendekati Michelle “MJ” Jones yang cukup sulit untuk didekati karena terkesan jutek dan wanita tangguh. Plot ini berjalan dengan bagus, dikarenakan naskahnya juga yang terasa dekat dan membumi dengan apa yang dialami banyak remaja yaitu takut mengutarakan rasa cinta. Kemudian lagi akting dari Tom Holland sebagai Peter Parker / Spider-Man dan juga Zendaya sebagai Michelle “MJ” Jones yang membuat chemistry mereka berdua terasa manis dibalut keduanya yang masih kaku dan sama-sama salah tingkah saat berinteraksi. Scoring musik dari Michael Giacchino turut membangun suasana dengan semangat film remaja. Scoring darinya pun turut membuat feel berbagai kota-kota di Eropa menjadi semakin indah dan memanjakan mata penonton yang sudah bagus berkat sinematografi dari Matthew J. Lloyd.

Namun jika sebagai film superhero Spider-Man: Far From Home terasa sedikit di bawah film pertamanya. Penggunaan CGI yang terlalu masif, adegan-adegan aksi yang hanya lumayan, pace yang kurang stabil dan back story dari karakter villain-nya yang seharusnya dapat lebih baik lagi. Walau begitu seperti khas film Marvel lainnya, Spider-Man: Far From Home terasa sangat menyenangkan dan menghibur bagi penontonnya.

Spider-Man: Far From Home seperti sebuah film homage kepada Tony Stark / Iron Man. Dari awal film diceritakan kalau masyarakat dunia, tidak terkecuali murid-murid sekolah dari Peter Parker turut merasakan kesedihan atas meninggalnya Tony Stark / Iron Man. Selain itu terdapat satu adegan yang benar-benar dikhususkan untuk mengingat kembali Iron Man lengkap dengan lagu khas Led Zeppelin-nya itu.

Cerita mengenai Iron Man juga turut mewarnai jalan cerita dari Spider-Man: Far From Home, Iron Man yang begitu dekat hubungannya dengan Peter Parker / Spider-Man ini mendapuknya sebagai penerusnya. Namun Peter Parker merasa tidak pantas untuk menjadi penerusnya, belum lagi Nick Fury yang sering memarahi dan terkesan menyepelekannya. Karakter dari Spider-Man ini kurang lebih mirip dengan film pertamanya disaat dia meragukan kualitas dirinya itu. Ditambah lagi musuh yang jauh lebih kuat dari film pertamanya. Akting dari Tom Holland makin matang dalam kekalutan hatinya dan juga kegigihannya dalam melawan villain tidak hanya menyelamatkan dunia, tapi untuk menyelamatkan Michelle “MJ” Jones dan sahabat-sahabatnya.

Pertanyaan mengenai mengapa teman-teman Peter Parker juga masih seumur dengan dia di akhir film Avengers: Endgame terjawab di sini, teman-teman dekat dari Peter Parker seperti Michelle “MJ” Jones, Ned, Betty dan Flash juga ternyata terkena efek dari snap dari Thanos. Hanya Brad saja yang tidak terkena efeknya dan sekarang sudah lebih tua 5 tahun dari mereka. Brad pun sekarang menjadi berwajah tampan dan bertubuh atletis dan menjadi rival dari Peter Parker dalam mendapatkan cinta, Michelle “MJ” Jones.

Trump kembali menjadi sumber sasaran kritik dari berbagai film, tidak terkecuali dalam Spider-Man: Far From Home bagaimana sindiran terhadap fake news dan orang-orang yang masih percaya mentah-mentah terhadap semua berita di luar sana tanpa menyaringnya terlebih dahulu atau mencari tahu kebenarannya.

Kesimpulan Akhir:

Bagus sebagai film komedi romantis remaja, namun hanya lumayan saja sebagai film superhero. Walau begitu, Spider-Man: Far From Home seperti film Marvel Cinematic Universe lainnya, tentu masih sangat menyenangkan, menghibur dan lucu!

Note: Ada 2 credit scene pada film Spider-Man: Far From Home. Keduanya benar-benar mengejutkan dan salah satunya membuat penonton bersorak-sorai!

Loading...

Review Spider-Man: Far From Home (2019) - Kisah Peter Parker Bersama Teman-Temannya Keliling Eropa
7.5Overall Score
Reader Rating 0 Votes
0.0