Sembilan orang diundang oleh produser film misterius untuk shooting film berjudul “Target”. Namun ternyata mereka dijebak oleh seseorang yang mengaku sebagai Game Master dan memberitahukan dalam 24 jam mereka harus mengikuti permainan-permainan mematikan dan harus saling membunuh.

Plotnya mengingatkan kita dengan film-film lainnya. Permainan-permainan / jebakan-jebakan yang dihadapi mengingatkan yang terdapat pada film Saw, berikut dengan sosok Game Master tersebut mirip dengan tokoh Jigsaw. Kemudian mereka harus saling membunuh, mengingatkan akan film Hunger Games maupun Battle Royale.

Loading...

Raditya Dika yang untuk kesekian kalinya berperan sebagai sutradara sekaligus pemain sekali lagi menggunakan unsur “Whodunit (Who did it?)” dari Alfred Hitchcock seperti yang dia lakukan pada filmnya Hangout (2016). Tidak seperti Hangout yang terkesan dibuat-buat dan komedinya garing. Target cukup berhasil membangun ketengangan berkat sisi produksi yang baik dan permainan-permainan mematikan yang menarik dan cukup seru, tapi sekali lagi hampir kebanyakan film-film Raditya Dika kurang memiliki humor yang mampu memancing tawa lepas dari penontonnya.

Para aktor dan aktrisnya berperan sebagai diri mereka sendiri Raditya Dika yang masih dengan akting standar tanda ekspresi, Cinta Laura Kiehl dengan aksen bule-nya yang kental, Samuel Rizal dengan gaya ngocol khas Adit di film Eiffel I’m In Love, Willy Dozan aktor laga yang sudah pensiun tapi sekarang berakting cukup unik dengan gaya kemayunya, komika Abdur Arsyad, komika Hifdzi Khoir, YouTubers Ria Ricis, pesulap Romy Rafael dan aktris Anggika Bolsterli. Karena semuanya berperan sebagai diri sendiri sehingga akting mereka cukup lepas dan sangat banyak meta-joke tentang kehidupan mereka sebelumnya, sebut saja seperti sindiran terhadap Ria Ricis tentang squishy-nya, logat dari Cinta Laura sampai dengan Romy Rafael yang ahli dalam menghipnotis orang lain. Willy Dozan cukup mengejutkan berakting ngondek, walau perannya itu sangat stereotip, Willy Dozan juga mampu memberikan crowd-pleaser atas aksi laga yang ditampilkan dan akan mengingatkan penonton akan perannya di serial tv Deru Debu dan film-film Hongkong-nya terdahulu saat dia muda. Komika Abdur Arsyad dan komika Hifdzi Khoir menyegarkan suasana berkat lawakan-lawakannya dan sekali lagi menutupi akting maupun lawakan dari komika Raditya Dika yang memang tidak ada peningkatan. Beda sekali saat Raditya Dika yang sungguh menghibur saat dia melakukan stand up comedy atau serial tv-nya Malam Minggu Miko.

Sebuah film mengenai permainan harusnya ada peraturan yang khusus maupun logika dalam melakukan permainan itu. Tapi, ada beberapa peraturan yang tidak konsisten maupun dilanggar, kemudian ada logika, khususnya pada bagian ending yang kurang mampu dirangkai dengan baik. Endingnya sendiri, jika sering menonton film-film sejenis seperti ini, tentu tidak akan membuat penonton terkejut karenanya. Kemudian sekali lagi, Raditya Dika dengan akting datarnya, tidak mampu membuat suasana ketegangan yang kuat maupun chemistry-nya dengan Cinta Laura menjadi memikat.

Final Verdict:

Raditya Dika mampu meramu unsur-unsur film Saw, Hunger Games dan film-film Hitchcock menjadi film Target yang menegangkan dan menghibur berkat sisi produksi yang baik dan permainan-permainan mematikan yang memikat.

Loading...

Review Target (2018) - Ramuan Raditya Dika dalam Meracik Film Saw, Hunger Games dan Alfred Hitchcock
7Overall Score
Reader Rating 9 Votes
5.3