Menampilkan visualisasi dan adegan aksi yang memukau, imajinatif dan visioner dari Luc Besson
7Overall Score
Reader Rating 6 Votes
8.2

Komik fiksi ilmiah berjudul Valerian diterbitkan pertama kali di majalah Pilote pada tahun 1967 yang dibuat oleh 2 orang Perancis, Pierre Christin dan Jean-Claude Mézières. The Fifth Element, Independence Day dan yang paling terkenal yaitu Star Wars mengambil beberapa inspirasi dari komik Valerian ini. Luc Besson yang juga menyutradarai The Fifth Element, merupakan fans dari komik ini sudah dari sekian lama dan 20 tahun lalu dia ingin membuat film Valerian yang sayangnya waktu itu teknologinya belum cakap untuk dapat menampilkan kemegahan dari universe yang dibangun di komiknya. Akhirnya tahun 2012 proyek ini resmi digulirkan dan pada awal Januari 2016 pertama kali syuting dimulai dan pada tahun ini Valerian and the City of a Thousand Planets dirilis termasuk di Indonesia yang akan tayang midnight show di bioskosp XXI pada tanggal 29 Juli 2017.

Baca juga: 10 Film Sci-Fi yang Wajib Ditonton!

Di abad ke 28, Alpha merupakan stasiun luar angkasa dimana jutaan makhluk hidup, termasuk manusia dari planet-planet berbeda hidup dalam kedamaian dan saling bertukar pengetahuan dan budaya. Valerian (Dane DeHaan) dan Laureline (Cara Delevingne) yang merupakan agen rahasia dari kaum manusia memiliki tugas khusus untuk mendapatkan binatang langka yang dinamakan “converter” dari pasar gelap. Mereka juga memiliki tugas khusus untuk melindungi Commander Filitt (Clive Owen) dari segala bahaya.

Loading...

 

Sutradara Luc Besson yang lebih kita kenal akan film-filmnya seperti The Fifth Element, Leon The Professional dan juga sebagai penulis naskah dari franchise film Taken ini berhasil meyakinkan studio-studio untuk membiayai proyek ambisius dengan biaya mahal mencapai 197 juta euro ini sehingga menjadikannya film Eropa dengan biaya termahal sepanjang sejarah. Keseriusan dan ambisi Luc Besson terlihat jelas dari bangunan universe yang dengan megah dan memukau ditampilkan. Luc Besson dibantu dengan sinematografi, production design, costume design seakan-akan membuat film Valerian tidak ubahnya dengan gabungan antara Star Wars, Avatar dan tentu saja filmnya dahulu yang sangat menghibur The Fifth Element. Bisa saja Luc Besson terinspirasi secara tidak langsung maupun langsung dari film-film tersebut. Berbagai dunia yang dibentuk dan sosok Igon Siruss yang mirip dengan Jabba the Hutt mengingatkan dengan Star Wars. Para penduduk di planet Mül yang lenyap mengingatkan penonton dengan sosok Na’vi di film Avatar-nya James Cameron, berbagai pesawat, beberapa tokohnya, tone warnanya juga mengingatkan dengan film The Fifth Element. Luc Besson menampilkan film ini memang seperti seharga 197 juta euro.

3 5

Pemilihan Dane DeHaan sebagai tokoh utama menimbulkan banyak pertanyaan. DeHaan tidak memiliki kharisma sebesar Harrison Ford dalam film Star Wars, dia juga tidak memiliki penampilan jenaka dan menyenangkan dari Bruce Wills di film The Fifth Element. DeHaan juga tidak cocok menampilkan sisi bad boy-nya dalam usaha mendapatkan Laureline, dia lebih tampak seperti seorang jerk. Penampilan fisiknya juga lebih mirip anak remaja, padahal dia sudah berumur 32 tahun! Berbagai punch-line gombalannya tidak mengena begitupun ekspresinya lebih sering tersenyum mengejek dan bermata sayu. Jika dibandingkan, akting Cara Delevingne jauh lebih baik, seperti bumi dan langit. Cara Delevingne menampilkan sosok Laureline yang percaya diri, kuat dan layaknya sosok seorang jagoan wanita. Dia juga tidak takluk dengan rayuan murahan dari Valerian, walau sesekali memperlihatkan kasih sayangnya ke Valerian. Jika diibatatkan dari perkataan The Shingouz (sejenis alien yang berbentuk burung) “you’re (Laureline / Cara Delevingne) splendid” dan diibaratkan dari perkataan Bubble / Rihanna “she’s (Laureline / Cara Delevingne) a ten”.  Walau begitu dynamic duo ini cukup menyenangkan dan seru dalam segala sekuen aksinya, tapi sama sekali tidak nampak chemistry romansanya.

8 4

Film ini juga didukung oleh Clive Owen sebagai Commander Filitt yang sayangnya aktingnya biasa saja dan tidak ada sesuatu yang mengena. Penampilannya terus meredup dari film ke film seiring gagalnya dia mendapatkan peran James Bond. Ethan Hawke cukup lumayan memberikan kesegaran dan momen lucu sebagai Jolly the Pimp (germo). Rihanna turut menampilkan pertunjukan tari erotis yang menghibur dan cukup menggairahkan berkat kemampuan tarinya dan efek spesial kostum yang berubah-ubah secara cepat itu. Tapi sayang perannya sebagai wujud aslinya dan momen dramatisnya kurang menyentuh hati. Kris Wu yang merupakan salah satu anggota boyband EXO seperti tempelan saja disini, perannya tidak terlalu tampak, aktingnya juga sangat datar.

6 7

Valerian sebenarnya memiliki kritik sosial tentang xenophobia, pembersihan etnis dan perdagangan manusia yang sayangnya tidak dibangun dan didalami lebih lanjut, hanya seperti tempelan cerita saja. Diperburuk dengan lapisan cerita dan karakter yang terlalu banyak sehingga tidak dapat dieksplorasi lebih jauh lagi. Begitu pula dialog-dialognya yang seperti ditulis oleh seorang remaja, sehingga sepertinya film ini ditunjukkan lebih untuk para remaja. Satu hal lagi yang mengecewakan adalah scoring dari Alexandre Desplat yang kali ini terasa sangat biasa, tidak tampak dia adalah seorang composer langganan Oscar yang mendapatkan penghargaan di film The Grand Budapest Hotel Walau begitu visualisasi yang super futuristik, visioner, megah dan imajinatif itu berkat jalinan universe yang dibuat berikut juga dengan berbagai alien nan uniknya itu membuat satu lagi film fiksi ilmiah dengan tampilan visual paling memukau dalam beberapa tahun terakhir ini dan akan menimbulkan kepuasan tersendiri jika menyaksikannya di bioskop khususnya jika dapat menyaksikannya di format IMAX atau 3D. Tentunya bisa saja film ini mendapatkan cult status seperti halnya The Fifth Element.

1 2

Final Verdict:

Visualisasi yang futuristik, visioner nan megah berkat visual effect, production design, costume design dan sinematografi yang jempolan ini tidak didukung oleh naskah yang baik karena cerita dan karakter yang terlalu banyak sehingga tidak mendalam, dialog-dialognya pun buruk. Dane DeHaan jelas sekali miscast, tapi Cara Delevingne memberikan penampilan terbaiknya sejauh ini. Walau begitu karena visual dan sekuen aksinya menimbulkan kepuasan tersendiri, apalagi jika bisa menyaksikannya di layar besar seperti IMAX dengan format 3D.

Photo: EuropaCorp

Loading...