Nama sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) sempat menjadi pembicaraan kala tampil di acara Kick Andy dan sang pendiri Julianto Eka Putra memperoleh penghargaan Kick Andy Hero 2018 berkat jasanya mendirikan sekolah gratis yang dikhususkan bagi anak-anak kurang mampu untuk tingkat SMA.

Memakai bendera rumah produksinya sendiri yang dimotori oleh anak-anak lulusan sekolah SPI, Butterfly Pictures, film Anak Garuda yang disutradarai oleh Faozan Rizal bersama co-sutradara Verdi Solaiman dari naskah tulisan Alim Sudio serta dibintangi oleh Tissa Biani, Rania Putrisari, Violla Georgie, Ajil Ditto, Rebecca Klopper, Kiki Narendra, Rizky Mocil dan lainnya akan tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai tanggal 16 Januari 2020.

film Anak Garuda

Loading...

Sinopsis

Kegagalan dalam presentasi kewirausahaan membuat anak-anak SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) kecewa dan patah arang. Yohana (Violla Georgie), Sheren (Rania Putrisari), Robet (Ajil Ditto), Sayyida (Tissa Biani), Wayan (Geraldy Krechoff), Olfa (Clairine Clay) dan Dilla (Rebecca Klopper) pun memutuskan menelpon Koh Jul (Kiki Narendra) yang bukannya kesal malah mensyukuri bahwa anak didiknya mendapatkan pelajaran baru selain siap untuk menang dan siap kalah.

Berlanjut ke beberapa tahun kemudian saat mereka telah lulus dan masing-masing bekerja di SPI, nyatanya proses belajar tak berhenti. Konflik pun muncul di antara individu-individu anak garuda, Robet yang tertekan dengan deadline video trailer pertunjukan seni, Sayyida yang dikejar target pengiriman pesanan produk makanan, Sheren yang sibuk latihan menari, Olfa sang HRD yang dipusingkan dengan Dani (Toran Waibro) yang memiliki trauma dan mengalami bullying serta kehadiran volunteer ganteng Rocky (Krisjiana Baharuddin) yang memperumit keadaan.

Ketiadaan Koh Jul yang menyerahkan tampuk pimpinan sementara kepada Yohana pun menjadi sumber masalah yang memecah kekompakan mereka. Sebuah ujian keberanian, keteguhan dan kepemimpinan yang mempertaruhkan persahabatan para anak garuda dan cita-cita yang mereka perjuangkan.

film Anak Garuda

Ulasan

Mendengar nama sutradara Faozan Rizal yang pernah menyutradarai film box office berkualitas baik Habibie & Ainun serta yang baru saja rilis Abracadabra menjadikan film Anak Garuda menjadi sebuah sajian film yang menjanjikan. Apalagi mendengar nama Alim Sudio (Ananta, Twivortiare) sebagai penulis naskahnya.

Hadir melalui sebuah rumah produksi yang terbilang baru dan sebelumnya hanya pernah satu kali memproduksi bersama film pertamanya yang berpusat pada karakter Sheren dengan judul Say I Love You, Butterfly Pictures dengan percaya diri merilis kisah lanjutannya yang menceritakan pengalaman tujuh mantan siswa SPI yang telah lulus dan melanjutkan pengabdian di SPI.

Ketujuh personel yang menjadi ujung tombak film diberikan konflik merata di masing-masing karakternya oleh penulis naskah Alim Sudio berdasarkan kisah nyata dari para Anak Garuda yang menjadi narasumber film ini. Usaha keras Alim untuk membagi rata kisah masing-masing individu sekaligus sedikit mengenalkan tentang sekolah Selamat Pagi Indonesia terlihat jelas dalam film yang memiliki durasi 129 menit ini. Sayangnya, konflik yang muncul terasa repetitif dengan pembedaan lokasi di Indonesia dan Eropa.

film Anak Garuda

Film Anak Garuda yang berlokasi syuting di Indonesia, Prancis dan Swiss ini memang terkesan memiliki dua segmen film di dalamnya dan keduanya memiliki konflik yang sama yaitu soal pekerjaan dan hubungan interpersonal di dalam kelompok. Pembeda yang paling jelas adalah faktor penyebabnya jika yang di Indonesia ada keterlibatan orang luar sementara di eropa merupakan kelanjutan dari konflik yang terjadi di Indonesia.

Konflik yang terjadi di segmen pertama film sebenarnya terbangung cukup baik sekaligus mengenalkan kita pada sekolah SPI yang memiliki berbagai program wirausaha yang dijalankan oleh pihak sekolah dengan bantuan para siswa sebagai karyawannya. Malangnya, karakterisasi dari para anak garuda terasa tidak terlalu kelihatan berbeda dan kurang memiliki keunikan. Praktis hanya Sayyida dengan hijab dan sikap kerasnya serta Yohana yang menjadi sentral utama cerita menjadi dua karakter yang paling menonjol dalam film. Sisanya terkesan sebagai pelengkap, meskipun sudah diberikan porsi konflik masing-masing.

film Anak Garuda

Konflik soal kepemimpinan Yohana, konflik Sayyida dengan Olfa yang mengganggu produksi makanan, romansa Sheren dengan Robet yang mengganggu pekerjaan, serta Dilla dengan mantan pacarnya Wayan adalah konflik yang dibagi adil di dalam film. Akibat dari banyaknya konflik yang muncul serta pembagian dua lokasi film, film pun jadi terasa panjang dan melelahkan. Untungnya saat di Eropa terbantu dengan sinematografi yang apik serta kehadiran Roy Surya (Rizky Mocil) sebagai pemancing tawa yang sangat menghibur dan cukup mampu mendistraksi konflik yang repetitif.

Di luar karakter anak garuda, karakter Koh Jul yang menjadi penengah pun terasa kurang signifikan akibat dari kemunculannya yang sepotong-sepotong dan sekalinya muncul selalu memiliki petuah-petuah yang meskipun terdengar bagus dan bermanfaat, namun disampaikan dengan preachy. Sementara karakter dua siswa lucu Ridwan (Fatih Unru) dan Rommy (Iqbal Sulaiman) cukup bekerja dengan baik dalam sisi komedi.

Secara teknis, Faozan Rizal tidak mengalami masalah yang cukup berarti. Dibantu Verdi Solaiman sebagai co-director serta tim produksi yang solid film memiliki keunggulan dari sinematografi Amalia T.S. (Galih & Ratna, Zeta), penata artistik Vida Sylvia (Abracadabra, Fiksi) serta penata musik Bembi Gusti (Perempuan Tanah Jahanam, Gundala), Aghi Narottama (Perempuan Tanah Jahanam, Gundala) dan Tony Merle (A Copy of My Mind, Pengabdi Setan).

film Anak Garuda

Sementara itu departemen akting yang semuanya menggantikan pemeran karakter dari film Say I Love You berperan cukup memuaskan. Kredit lebih pada Violla Georgie pemeran Yohana, meskipun terbilang pendatang baru Violla mampu memberikan penampilan apik yang membuat penulis bersimpati pada Yohana yang menanggung beban berat sebagai pengganti Koh Jul. Sayyida milik Tissa Biani (The Returning, 3 Nafas Likas) pun jadi karakter menonjol berkat karakternya yang meledak-ledak.

Ajil Ditto (Nightmare Side) juga tidak kalah bersinar meskipun karakternya terasa memiliki konflik yang tidak menarik diceritakan. Sementara Clairine Clay (Generasi Micin, Yowis Ben 2), Rebecca Klopper (Senior, Habibie & Ainun 3), Geraldy Krechoff (The Sacred Riana), Krisjiana Baharuddin dan yang paling senior Rania Putrisari (Surat Cinta Untuk Kartini, Orang Kaya Baru) kurang mampu memberikan kesan dalam penampilannya.

Di luar dari para anak garuda, Kiki Narendra (Perempuan Tanah Jahanam, Imperfect) dan Faradina Mufti (Perempuan Tanah Jahanam) cukup mampu menunjukkan akting baik dalam penampilan singkatnya, sementara Rizky Mocil (Pariban: Idola Dari Tanah Jawa, Menculik Miyabi) kembali menunjukkan performa komedi yang enerjik dan segar.

film Anak Garuda

Kesimpulan Akhir

Film Anak Garuda memiliki misi dan pesan bagus dalam menceritakan anak muda Indonesia yang selalu kompak dalam menyelesaikan konflik dalam hidup mereka. Sayangnya konflik yang repetitif serta memaksa membagi rata porsi karakter dan pesan yang disampaikan terlalu preachy menjadi kendala bagi film tampil gemilang. Untungnya film memiliki paruh awal yang baik, komedi yang segar dari Rizky Mocil serta kualitas teknis yang mumpuni dan menjadikan film Anak Garuda cukup layak menjadi tontonan yang berpotensi menginspirasi anak-anak dan generasi muda Indonesia.

Note: Scroll/gulir ke bawah untuk melihat rating penilaian film.

Loading...

Review Film Anak Garuda (2020) – Kisah Anak Muda Yang Inspiratif Meski Konfliknya Terasa Repetitif
6Overall Score
Reader Rating 1 Vote
7.9