Saat bicara tentang korupsi atau penggelapan uang, kita mungkin akan berpikir bahwa bidang pemerintahan dan birokrasi menjadi lahan paling subur bagi tindak kejahatan tersebut. Namun, pernahkah terlintas di benak kita, bahwa di antara berbagai sektor publik yang memiliki potensi besar bagi terjadinya korupsi, dunia pendidikan termasuk salah satunya?

Film Bad Education berusaha menyoroti tentang isu ini berdasarkan kisah nyata tentang penggelapan uang terbesar dalam sejarah sistem pendidikan di Amerika Serikat. Basis inspirasi drama komedi ini berasal dari kasus korupsi yang terjadi pada 2002 di Roslyn School District, sebuah sekolah negeri elit di Long Island.

Loading...

Bad Education pertama kali dirilis di Festival Film Toronto pada 9 September 2019. Meski begitu, HBO Films yang memegang hak distribusi atas film ini baru saja menayangkan secara luas film berdurasi 108 menit ini pada 25 April 2020 lalu.

Cory Finley menjadi sutradara film ini, dengan naskah garapan Mike Makowsky. Menariknya, Makowsky sendiri pada 2004 merupakan salah satu siswa sekolah menengah di Roslyn School District.

Bad Education menyajikan duet akting Hugh Jackman dan Allison Janney, sebagai dua mastermind di balik kasus korupsi yang terjadi. Film ini juga menampilkan Geraldine Viswanathan, Alex Wolff, Rafael Casal, Stephen Spinella, Annaleigh Ashford dan Ray Romano.

 

Sinopsis

Di puncak karirnya, Frank Tassone berhasil menjadi kepala superintendent atau komite pengawas di SMA negeri distrik Roslyn yang elit. Dengan kompetensi dan karismanya, Frank menjadi sosok yang disegani oleh kolega, siswa, hingga masyarakat distrik. Ia bahkan berhasil membawa Roslyn menjadi salah satu SMA terbaik di Long Island, membuat para alumni SMA itu lebih mudah diterima di perguruan tinggi terbaik Amerika Serikat. Namun, hidup Frank yang sempurna mulai terancam ketika seorang jurnalis siswa di Roslyn mengendus ketidakberesan pada sistem sekolahnya.

 

Review

Bad Education menjadi salah satu film yang langsung saya tonton tanpa membaca sinopsisnya terlebih dahulu. Ekspektasi awal saya mengenai plot film ini secara umum hanya berbasis dari poster dan judul film, serta tentunya rekam jejak Hugh Jackman yang telah teruji.

Maka, saat menyaksikan seperempat awal film, saya mengernyitkan dahi karena menemukan inkonsistensi di antara judul film dan karakter Frank Tassone yang baru diperkenalkan. Saya mengasumsikan bahwa “Bad Education” yang dimaksud pada judul berusaha merujuk atau setidaknya punya kaitan tertentu dengan sang tokoh utama.

Sekilas, Frank memenuhi kualifikasi untuk merepresentasikan sosok guru paling teladan dan ideal yang bisa kita bayangkan. Setelan jasnya yang elegan dan rapi membuat ia selalu tampil necis dan perlente. Senyum lebar juga nyaris tak pernah absen dari wajahnya kala berinteraksi dengan para kolega dan murid di SMA Roslyn.

Di awal film, ia maju ke depan panggung dalam sebuah ruangan penuh ratusan orangtua siswa yang berdiri dan mengelu-elukan pencapaian Frank sebagai kepala superintendent. Wajah sumringah Frank disorot oleh lampu, sementara gegap gempita tepuk tangan menjadi latar suara adegan itu.

Di salah satu adegan, Frank nampak dengan begitu inspiratif memotivasi seorang anak yang mengalami kesulitan belajar dengan menjadikan pengalamannya sebagai contoh. Tidak mungkin orang semacam ini bisa menjadi teladan yang buruk dalam hal mendidik, bukan?

Nyatanya, selain mengajar, Frank juga punya bakat lain dalam menutupi kebohongan. Bersama dengan rekan superintendent-nya, Pam Gluckin, ia setidaknya menggelapkan hampir $11,2 juta uang pajak untuk kepentingan pribadi.

Cara Frank meraih kesuksesan dengan mengandalkan karisma serupa dengan tokoh utama dalam film Catch Me If You Can (2002) yang menariknya juga bernama “Frank”. Sebagaimana kesuksesan performa DiCaprio dalam karya Spielberg itu, Bad Education pun kian menambah gemilang reputasi akting Hugh Jackman.

Frank jelas menggambarkan sosok yang kompleks dan multi-lapis. Lewat Frank, Jackman menampilkan sisi manipulatif yang juga bisa kita temukan dalam karakternya di The Greatest Showman (2017).

Sementara itu, sutradara Cory Finley mengintepretasikan naskah Makowsky dengan gaya satire yang ringan. Cara Frank memasang persona dalam menutupi kejahatannya adalah bentuk dark comedy yang diaplikasikan dengan cerdik. Interaksi Frank dan partner-in-crime-nya, Pam, juga menampilkan dinamika yang menarik.

Kelugasan Bad Education menjadikan film ini terasa seperti biografi dokumenter, yang justru jadi berkali lipat lebih menggugah karena tambahan dramatisasi dengan porsi yang tepat di dalamnya.

Film Bad Education mungkin hanyalah refleksi ulang atas sebuah peristiwa yang terjadi nyaris dua dekade lalu di Amerika Serikat. Tetapi, isu yang diangkat adalah isu universal yang hingga kapanpun akan terus relevan jika tak pernah ada yang cukup peduli untuk memperbaiki sistem pendidikan.

Film ini tak berusaha untuk mengantagonisasi guru dalam sistem pendidikan yang korup. Sebaliknya, kita justru didorong untuk merenungkan kembali tentang apa sebenarnya yang dibutuhkan bagi tercapainya sistem pendidikan ideal.

Dalam salah satu konfrontasi dengan orang tua murid, Frank mengungkap dalih yang meski tak bisa dibenarkan, patut kita perhatikan. Ia menyesali bagaimana orangtua hanya peduli pada pencapaian akademik dibanding esensi dari belajar itu sendiri. Lewat sejumlah pertanyaan sederhana, Frank juga meminta kita mengingat kembali apakah selama ini kita sudah memberi apresiasi yang cukup bagi para guru.

Hingga sekarang, saya masih terkesan dengan cara Bad Education memungkas sepak terjang Frank. Epilog film ini seakan berusaha menyampaikan bahwa pada dasarnya, Frank bukanlah guru yang buruk. Ia hanyalah seorang pria biasa yang tak berdaya dalam mengendalikan ilusinya tentang privilese.

 

Kesimpulan

Bad Education adalah drama komedi kejahatan yang berhasil mengemas sebuah skandal besar dalam dunia pendidikan Amerika lewat gaya yang ringan dan menghibur. Mengusung gaya satire serta dark comedy, film ini secara cerdik dan lugas menuturkan tentang sepak terjang Frank Tassone dalam kasus penggelapan dana bernilai jutaan dolar. Jackman menghidupkan karakter Frank yang andal dalam menciptakan persona berlapis. Secara umum, Bad Education mampu menggugah penonton untuk merenungkan kembali problema kronis yang jarang tereksplorasi dalam sistem pendidikan secara universal.

 

Note: Gulir/scroll ke bawah untuk melihat rating penilaian film.

Loading...

Review Film Bad Education (2019) – Kisah Nyata Penggelapan Uang Terbesar dalam Dunia Pendidikan Amerika
8Overall Score
Reader Rating 1 Vote
10.0