Rumah produksi Skylar Pictures hadir kembali setelah sekian lama tidak memproduksi film. Salah satu rumah produksi yang sangat berambisi untuk menampilkan film berkualitas dengan berbagai genre ini meluncurkan film Darah Daging yang bergenre action drama dan disutradarai oleh sutradara muda debutan, Sarjono Sutrisno.

Menggunakan bakat-bakat akting dari aktor-aktor yang sudah makan asam garam macam Ario Bayu, Tanta Ginting, Karina Suwandi, Donny Alamsyah, Ray Sahetapy dan Estelle Linden, kemudian memadukannya dengan para aktor muda dalam sosok Rangga Nattra, Arnold Leonard dan Diandra Sabrina, film Darah Daging hadir di bioskop Indonesia tanggal 5 Desember 2019.

film Darah Daging

Loading...

Sinopsis

Seorang wartawati, Hanna (Estelle Linden) berhadapan dengan Salim (Donny Alamsyah), narapidana perampok bank yang tengah menghitung hari-hari terakhir dalam hidupnya di dalam penjara. Hanna membutuhkan cerita langsung dari mulut Salim mengenai kejahatan yang ia lakukan hingga menjebloskannya ke dalam penjara beberapa tahun lalu.

Salim bercerita tentang sebuah perampokan bank terjadi di tengah kota melibatkan 3 orang kakak beradik Arya (Ario Bayu), Rahmat (Rangga Nattra) dan Fikri (Arnold Leonard).  Salim dan sepupunya Borne (Tanta Ginting) ikut membantu menyiapkan senjata. Kedua kongsi ini memiliki motivasi dan urgensi yang senada hingga memutuskan untuk merampok bank. Tetapi, mendadak rasa saling tidak percaya menghinggapi mereka dan mengacaukan jalannya perampokan.

film Darah Daging

Ulasan

Memulai film dengan gaya wawancara lalu memakai flashback untuk menceritakan plot utama film kemudian di dalam flashback tersebut kembali menggunakan flashback untuk menggambarkan latar belakang dan motivasi dari tiap-tiap karakter ini memang berpotensi memusingkan, apalagi ditambah dengan gaya shaky cam di adegan perampokan bank dan kejar-kejaran yang memakan lebih dari separuh durasi film.

Akan tetapi, naskah yang ditulis Beby Hasibuan (Valentine, Surat Kecil Untuk Tuhan) bersama sang sutradara Sarjono Sutrisno ( Mereka Yang Tak Terlihat) terasa mulus dalam menceritakan plot yang terhitung tricky ini. Motivasi tiap karakternya hampir semua jelas kecuali Borne yang tidak pernah terjelaskan karakternya dan bagaimana bisa memperoleh senjata yang terhitung sulit diperoleh. Selain itu pilihan kemana salah satu karakter melarikan diri juga menjadi pertanyaan besar buat penulis. Namun, secara umum naskah cukup baik bercerita meskipun perubahan genre yang terhitung drastis di perempat akhir film akan sedikit mengejutkan penonton.

Secara teknis, karya perdana sutradara Sarjono Sutrisno cukup baik dalam memadukan action dan drama. Catatan untuk adegan aksi, intensitasnya sudah baik, situasi perampokan bank berlangsung menegangkan dan seru. Hanya saja terdapat keputusan yang aneh dalam perampokan bank saat karakter Borne sibuk merusak ATM dibandingkan masuk ke dalam brankas saja. Logika perencanaan yang terasa berantakan dan konklusi di akhir film pun sedikit tidak masuk di akal menurut Penulis.

film Darah Daging

Tidak hanya itu dalam situasi baku tembak beberapa kali terjadi aksi-reaksi yang tidak alami, seperti contohnya kedua kubu yang saling baku tembak sering muncul bersamaan saat menembak alias tidak bergantian. Dapat dipahami kalo berada di posisi perampok amatir, namun dari sisi penegak hukum agak aneh, karena pasti ada prosedur tertentu dalam situasi baku tembak. Ketidakalamian dalam situasi baku tembak yang terjadi beberapa kali dan (lagi-lagi) gaya shaky cam-nya membuat adegan aksi dalam film memusingkan.

Penjelasan Stro (panggilan akrab Sarjono Sutrisno) yang  menyatakan pilihan penggunaan kamera handheld dalam adegan aksi adalah karena ingin menciptakan rasa pada penonton, rasa seakan penonton terlibat di dalam adegan tersebut.. Alasan yang masuk akal memang, karena gaya tersebut juga pernah dipakai di dalam film-film Hollywood seperti Cloverfield atau Chronicle, hanya saja kedua film itu juga memusingkan bagi penulis, tidak semulus franchise The Raid yang sukses memadukan shaky dan steady cam dalam adegan aksinya.

film Darah Daging

Walau begitu secara umum kualitas penyutradaraan perdana beliau bisa dibilang di atas rata-rata,  penulis cukup menikmati film yang memiliki klimaks emosional ini. Tata artistik, efek visual dan musik adalah yang paling patut dipuji dari keseluruhan film berdurasi 83 menit ini. Pilihan artistik dan desain produksinya terasa cantik di layar, efek visual, terutama di beberapa adegan baku tembak cukup mulus dan tata musik sangat baik menjaga mood di dua genre action dan drama. Saat adegan aksi intensitasnya terjaga, menegangkan, sementara saat adegan drama musiknya terasa dramatis seakan memancing air mata penonton.

Sisi akting juga menjadi bagian yang menonjol. Dua aktor muda debutan, Rangga Nattra dan Arnold Leonard sangat baik berperan dalam film ini. Tetapi Donny Alamsyah (The Raid: Redemption, Cinta Di Saku Celana) menjadi yang paling menonjol, terutama dalam momen emosionalnya saat diwawancara. Untuk Tanta Ginting (Hit N Run, Ratu Ilmu Hitam) terkendala karakternya yang minim dimensi, walaupun sukses bikin sebal sepanjang film. Sementara Ario Bayu (Perempuan Tanah Jahanam, Ratu Ilmu Hitam) terjebak di sebuah peran yang sebenarnya bisa dominan, namun sayangnya tidak memiliki backstory kuat seperti kedua adiknya.

film Darah Daging

Di luar para karakter laki-laki, para karakter perempuan dalam film ini secara umum bermain sangat baik dalam fungsinya memperkuat adegan drama. Estelle Linden (Valentine, Mereka Yang Tak Terlihat) dengan screentime paling banyak memiliki interaksi menarik dan intens saat mewawancarai Salim. Sementara Karina Suwandi (Kuntilanak 2, Mahasiwi Baru) tampil powerful dan kuat meski dalam durasi tampil yang minim, begitu pula pendatang baru Diandra Sabrina yang paling singkat penampilannya, namun memegang momen krusial yang dramatis dan emosional.

Kesimpulan Akhir

Film Darah Daging terasa cukup imbang dalam memadukan kadar aksi seru dan drama yang emosional dalam filmnya. Walaupun tidak sempurna dari sisi pilihan tata kamera dan koreografi saat adegan aksinya, serta akhir film yang kurang logis, film ini sukses mengangkat tema tentang ikatan persaudaraan yang kuat meski mengalami banyak konflik dan masalah pelik. Film perdana karya Sarjono Sutrisno yang terlihat dan terkesan macho ini tanpa diduga sangat menyentuh dan terasa hangat saat menyampaikan pesannya di akhir film.

Note: Gulir / scroll ke bawah untuk melihat rating penilaian film

Loading...

Review Film Darah Daging (2019) – Action Dengan Tata Kamera Memusingkan Dan Drama Yang Emosional
6.5Overall Score
Reader Rating 3 Votes
5.5