Isabelle Huppert adalah salah satu artis dari benua Eropa yang menjadi primadona di Hollywood beberapa tahun belakangan berkat akting fenomenal yang membawanya meraih piala aktris terbaik Golden Globe Awards 2017 dalam film ElleDisandingkan dengan artis muda berbakat Chloe Grace-Moretz (Kick Ass, Let Me In), Huppert bermain dalam sebuah film drama thriller berjudul Greta buah karya Neil Jordan, sutradara kawakan yang pernah menggarap film-film klasik di era modern, The Crying Game dan  Interview With The Vampire.

Film Greta ini diproduksi oleh Sidney Kimmel Entertainment bekerja sama dengan produser andalan Quentin Tarantino bernama Lawrence Bender. Di dalam kredit judul yang muncul di layar juga nampak perusahaan produksi dan distributor film dari Korea, Showbox yang nampaknya agak berpengaruh pada tone dan karakter di dalam film yang akan dirilis di Indonesia mulai 10 April 2019 ini.

Loading...

Sinopsis

Frances McCullen (Chloe Grace-Moretz), seorang gadis muda yang sedang meniti hidup baru di New York dengan bekerja sebagai pelayan restoran dan hidup bersama di apartemen temannya Erica (Maika Monroe). Kehidupan baru yang dijalani Frances lepas dari ayahnya Chris McCullen (Colm Feore) yang Frances anggap sebagai penyebab kematian ibu Frances setahun yang lalu.

Suatu malam, Frances menemukan sebuah tas wanita di dalam subway dan memutuskan untuk mengembalikan tas langsung ke alamat pemilik tas. Greta (Isabelle Huppert), sang pemilik tas pun bersyukur atas kembalinya tas miliknya dan menjamu Frances di rumahnya. Lambat laun hubungan Frances dan Greta semakin dekat layaknya seorang teman lama, bahkan kondisi Greta yang kesepian karena anaknya Nicola kuliah di Prancis semakin membuat Frances simpati. Greta pun menganggap Frances sebagai pengganti anaknya, demikian pula Frances menganggap Greta layaknya ibu tanpa tahu rahasia kelam yang disimpan Greta di dalam hidupnya.

Ulasan

Premis film Greta memang bukan sesuatu yang baru di Hollywood. Bahkan mungkin bisa dikatakan sebagai premis usang dan basi. Hal yang bisa mempengaruhi pendapatan dan ulasan yang berbeda dengan film lain berpremis mirip adalah kualitas penggarapan naskah, akting serta teknis produksi film secara keseluruhan. Kali ini gaya yang digunakan adalah gaya thriller klasik yang sekilas cocok dengan premis film. Premis klasik dengan gaya thriller klasik juga.

Neil Jordan cukup baik mengarahkan film  yang naskahnya juga ia tulis bersama Ray Wright. Awal film yang memperkenalkan karakter Frances beserta kisah masa lalu keluarganya serta karakter Erica cukup dibangun dengan jelas dalam durasi singkat walau terasa kurang menarik dan membosankan. Ketika film mulai memperkenalkan karakter Greta film baru mulai terasa menarik. Greta yang agak eksentrik dengan aksen eropa dan kondisinya yang kesepian dan gagap teknologi agaknya mengingatkan Frances pada sosok ibunya.

Ketegangan film yang mulai meningkat menginjak paruh kedua film juga digarap dengan baik. Adegan kuntit menguntit cukup mengganggu secara psikologis dengan Erica yang dikuntit sebagai bagian yang paling seru dan sedikit lucu bagi yang paham, karena Maika Monroe adalah pemeran utama dalam film It Follows.

Klimaks film saat kemunculan detektif swasta (Stephen Rea) menjadi perpaduan thriller klasik dengan thriller modern ala film-film crime drama khas Korea Selatan lewat elemen musik klasik mengalun dan karakter antagonis yang quirky. Walaupun ada beberapa keputusan bodoh dan selipan adegan imaginary yang tidak perlu cukup mengganggu sepertiga akhir film nampaknya tidak akan menghentikan sorakan penonton membela sang protagonis saat bertarung melawan sang antagonis. Setidaknya membuktikan bahwa penonton peduli dengan karakter dalam film ini.

Secara akting, Isabelle Huppert dan Chloe Grace-Moretz cukup baik dalam film ini. Hanya saja terlihat sedikit kecanggungan pada akting Huppert. Maika Monroe justru menjadi pencuri perhatian sebagai sahabat yang care dan santai. Karakternya menjadi tipikal sidekick yang asyik dan menyenangkan. Sementara dua aktor senior Stephen Rea dan Colm Feore tidak diberikan waktu banyak untuk menunjukkan kualitasnya.

Dari sisi teknis tidak ada yang menonjol, semua berperan baik dalam porsinya. Sinematografi cukup jelas menunjukkan kehidupan urban warga New York yang tinggal di apartemen lengkap dengan egonya yang tidak peduli dengan keadaan sekitar. Sementara tata suara dan musik latar cukup baik menjaga mood film yang bergerak dari film drama ke arah thriller sejak paruh kedua. Agak sedikit aneh dari pemilihan lagu soundtrack, tapi saya rasa bukan masalah yang berarti.

Kesimpulan Akhir

Film Greta adalah film yang cocok bagi yang merindukan film thriller bergaya klasik dengan cerita dan misteri yang tidak rumit. Walau kadar ketegangan yang ditawarkan tidak meledak-ledak dan tidak terlalu berdarah-darah, namun bisa cukup mengganggu secara psikologis lewat banyaknya adegan stalking yang menegangkan.

 

Loading...

Review Film Greta (2019) - Film Drama Thriller Dengan Premis Dan Gaya Klasik
6.5Overall Score
Reader Rating 4 Votes
8.1