Genre horor nampaknya membuat penasaran beberapa artis yang awalnya anti untuk bermain dalam genre tersebut. Sebut saja Prisia Nasution yang kemarin baru bermain dalam film horor dan thriller psikologis Lorong lalu yang baru masih tayang Perempuan Tanah Jahanam yang menghadirkan aktris legendaris Christine Hakim.

Melalui film Lampor: Keranda Terbang, Adina Wirasti berusaha mencoba mengasah skill aktingnya dalam genre horor berbalut  drama misteri yang disutradarai oleh Guntur Soeharjanto yang juga baru pertama kali menyutradarai film horor. Film yang diangkat dari legenda urban Lampor di wilayah Temanggung, Jawa Tengah ini akan ditayangkan untuk menyambut Halloween pada tanggal 31 Oktober 2019

film Lampor: Keranda Terbang

Loading...

Sinopsis

Suami istri Edwin (Dion Wiyoko) dan Netta (Adina Wirasti) tengah mengalami kesulitan keuangan akibat bisnis Edwin yang merugi. Karena memikirkan kelangsungan hidup kedua anaknya, Netta pun menerima usul Edwin untuk pulang ke kampung Netta di Temanggung demi meminjam uang Ayahnya Jamal (Mathias Muchus), yang merupakan orang terpandang di desanya. Padahal Netta sangat enggan pulang ke Temanggung karena masa lalunya yang mengerikan dan berhubungan dengan legenda hantu lampor yang selalu berkeliling ke desanya di malam hari dengan membawa keranda terbang untuk mencari korban.

Malang, setibanya di Temanggung, ayah Netta meninggal dunia dan kedatangan Netta malah menimbulkan cibiran bahwa Netta mengincar warisan peninggalan ayahnya. Mitha (Steffi Zamora), adik angkat Netta mencurigai ibu tirinya, Asti (Nova Eliza) bersama asistennya Bimo (Dian Sidik) sebagai dalang dari meninggalnya sang ayah. Di tengah kekisruhan itu, ancaman lampor dengan keranda terbangnya muncul kembali dan meneror warga desa, termasuk Netta dan anak-anaknya.

Ulasan

Sebuah harapan terbersit mendengar nama Adinia Wirasti (Ada Apa Dengan Cinta, Kapan Kawin?) bermain dalam film bergenre horor, apalagi Lampor: Keranda Terbang ini diangkat dari legenda urban di wilayah Temanggung yang merupakan daerah asal dari sang sutradara Guntur Soeharjanto (Belok Kanan Barcelona, Tampan Tailor) sendiri. Harapan tersebut muncul bukan tanpa alasan, mengingat Asti (panggilan akrab Adinia Wirasti – red) termasuk picky untuk urusan skrip yang ia terima, oleh karena itu saya agak menaikkan ekspektasi untuk film ini.

film Lampor: Keranda Terbang

Benar saja, film Lampor: Keranda Terbang ini ternyata bukan film horor produksi Indonesia kebanyakan, apalagi naskahnya ditulis oleh Alim Sudio (Makmum, Twivortiare) dan diproduksi oleh Starvision Plus yang tahun ini sukses menghadirkan Ghost Writer dan Dua Garis Biru. Film ini bukan horor biasa karena ternyata di luar dugaan lebih menitikberatkan pada konflik keluarga Netta yang banyak memakan durasi.

Keputusan ini sebenarnya cukup baik dari sisi akting di mana para aktor dalam film ini punya banyak kesempatan untuk menunjukkan kualitas aktingnya, dan Adinia Wirasti bersama Dion Wiyoko (Susi Susanti: Love All, Terbang Menembus Langit) sebagai peran utama benar-benar memanfaatkan film ini. Kedua aktor yang juga pernah beradu akting sebagai suami istri dalam film Cek Toko Sebelah ini berakting menawan, meski secara pengkarakteran Netta di awal film terasa lemah dan tidak berkembang akibat latar belakang trauma yang ia miliki.

Karakter lain yang menarik adalah Annisa Hertami (Nyai, Pesantren Impian) sebagai Nining dan Rendra Bagus Pamungkas (Wage, Gundala) sebagai Yoyo yang berfungsi efektif karakter pendukung. Sementara Nova Eliza terjebak pada peran sama dan stereotip yang pernah ia perankan dalam film Kafir dan Lorong, sedangkan Steffi Zamora (Uka-Uka The Movie, Alas Pati: Hutan Mati) belum mampu menawarkan hal yang berbeda dari film-film sebelumnya.

film Lampor: Keranda Terbang

Secara penulisan naskah film Lampor: Keranda Terbang memang menceritakan perihal legenda Lampor, namun latar belakang legendanya kurang terjelaskan secara detail. Naskah yang fokus pada konflik keluarga Netta menjadikan karakter Lampor-nya sendiri seakan terpinggirkan. Makhluk tersebut suka muncul tiba-tiba mengagetkan warga, padahal warga desa harusnya sudah tahu dan terbiasa, tapi entah kenapa selalu ada saja warga yang keluar malam, malah saat menyalakan obor selalu dalam kondisi malam hari, kenapa tidak dari sore sebelum Lampor datang.

Untuk teknis produksi film ini tidak memiliki masalah berarti, pengalaman Guntur dalam menggarap berbagai film yang kebanyakan bergenre drama dipertontonkan di sini. Sinematografinya cantik, editingnya mulus, secara artistik dengan mayoritas menggunakan real set terasa otentik desa di Temanggung yang memiliki sentuhan modern.

film Lampor: Keranda Terbang

Tampilan CGI hantu atau makhluk Lampor dalam film ini patut diberikan kredit karena di luar dari keputusan hantu atau makhluk yang berbentuk animasi CGI, kemunculan makhluk berbentuk malaikat pencabut nyawa ini cukup membuat tidak nyaman. Kondisi kemunculan di malam hari pun cukup membantu memudahkan dan membuat tampilan animasinya mulus sekaligus lebih seram.

Kesimpulan Akhir

Lampor: Keranda Terbang memiliki potensi besar dengan mengangkat legenda urban yang mengerikan dan mengaitkannya dalam sebuah naskah drama keluarga yang penuh misteri. Memiliki porsi horor dan drama yang kelewat berimbang, membuat film ini agak nanggung untuk menjadi sebuah film horor. Ada banyak momen seram tapi tidak sedikit juga momen dramatis, sementara misterinya tidak terbangun dan terungkap dengan mulus. Walaupun begitu akhir film cukup memuaskan dan memberikan pergerakan karakter yang baik bagi Netta milik Adinia Wirasti. Patut ditonton bagi penggemar film horor yang penasaran bagaimana Adinia Wirasti berakting dalam film horor.

Note: Scroll / gulir ke bawah untuk melihat rating penilaian film

Loading...

Review Film Lampor: Keranda Terbang (2019) – Film Horor Yang Lebih Terasa Drama Keluarga Daripada Horor
6.5Overall Score
Reader Rating 5 Votes
7.7