Perburuan adalah satu dari dua buku karya Pramoedya Ananta Toer yang diangkat ke media film di tahun 2019 ini. Sebuah perjudian dan resiko besar diambil Falcon Pictures dengan menggaet Richard Oh sebagai sutradara film ini, mengingat gaya sang sutradara yang terkenal dengan film-film arthouse-nya.

Merekrut talenta muda pada nama-nama seperti Adipati Dolken, Ayushita, Khiva Iskak, Michael Kho, Ernest Samudra dan Rizky Mocil yang bersanding dengan aktor senior macam Egy Fedly dan Otig Pakis, film Perburuan tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai tanggal 15 Agustus 2019.

film Perburuan

Loading...

Sinopsis

Hardo (Adipati Dolken) adalah tentara PETA, kesatuan militer sukarela buatan Jepang di Indonesia, yang berpangkat Shodanco (setara letnan). Hardo bertunangan dengan Ningsih (Ayushita) seorang guru di sekolah rakyat. Menjelang masa kemerdekaan, Hardo dengan sahabatnya Dipo (Ernest Samudra) dan Karmin (Khiva Iskak) serta tentara PETA lain merencanakan pemberontakan terhadap Jepang. Mereka pun bergerak sesuai instruksi Shodanco Soeprijadi yang memimpin pemberontakan di Blitar.

Sayangnya, salah satu dari mereka membelot dan mengacaukan rencana pemberontakan yang menyebabkan para pemberontak yang dipimpin Hardo harus melarikan diri dan bersembunyi di dalam hutan. Tawaran rekonsiliasi tentara Jepang pun datang, namun Hardo bersikeras untuk tinggal diam di dalam gua, menunggu instruksi dan tetap teguh berupaya melawan tanpa bekerjasama dengan Jepang. Sayangnya teman-teman Hardo tidak berpikiran sama. Mereka meninggalkan Hardo bersembunyi sendirian, berjuang lewat keteguhan hati dan berkorban demi kebebasan dan  harga diri.

film Perburuan

Ulasan

Buku karya Pramoedya Ananta Toer tidak selalu secara eksplisit mengutarakan pesannya. Lewat latar belakang perang atau roman, Pram kerap memasukkan pesan-pesan tersirat yang ingin ia sampaikan dalam buku-buku karyanya. Termasuk dalam perburuan ini. Walaupun kisahnya mengalir lempeng dan terkesan tanpa metafora. Tapi dalam penuturan dialognya yang agak puitis dan cenderung kaku sangat menyenangkan rasanya untuk memahami literasi tersembunyi dalam film ini.

Alur film ternyata tidak serumit yang dibayangkan saat mendengar Richard Oh sebagai figur yang dipercaya untuk menyutradarai dan menulis naskah film Perburuan.Film mengalir perlahan demi perlahan lewat pilihan adegan yang terkesan dipercepat temponya setelah Hardo tinggal sendirian di gua. Dengan guliran montase yang beriringan dengan kondisi orang tua Hardo, flashback masa pacaran dengan Ningsih dan pencarian yang dipimpin Shidokan (Michael Kho), film tiba-tiba menginjak 6 bulan masa persembunyian Hardo. Tidak pernah terjelaskan motivasi Hardo kembali muncul kembali setelah 6 bulan padahal situasi masih terhitung berbahaya baginya.

film Perburuan

Kehancuran keluarga Hardo yang dimulai dari meninggalnya sang ibu dan ayah yang dilucuti jabatannya sebagai wedana (setara camat) hingga membuatnya depresi dan menjadi penjudi adalah pengorbanan yang harus Hardo lalui selain pertunangannya bersama Ningsih yang terbengkalai seiring menghilangnya Hardo. Penggambaran kesendirian Hardo di dalam gua dengan sebuah adegan bergaya teatrikal dengan monolog seharusnya cukup membantu memberikan empati bagi penonton akan apa yang Hardo rasakan. Hanya saja kurang terasa kelam dan susahnya sehingga penonton bisa tidak peduli pada nasibnya.

Naskah yang ditulis Richard Oh bersama Husein M. Atmodjo (22 Menit, Sekte) tampak tidak ambil pusing dengan motivasi dan empati penonton. Mereka praktis hanya menulis naskah dengan menunjukkan apa yang Hardo dan orang-orang disekitarnya lalui saat Hardo menghilang saja.

Perburuan yang dilakukan Shidokan dengan anak buahnya tidak terlalu mencekam tapi cukup terasa mengganggu para karakter di dalamnya. Urgensi makin makin terasa manakala isu kemerdekaan makin terdengar santer. Perburuan pun makin intens menaikkan tempo film. Sayangnya ujung film serba dimudahkan dengan kebetulan yang antiklimaks.

film Perburuan

Gaya Richard Oh (Terpana, Melancholy is A Movement) dalam mengarahkan film ini masih menggunakan gaya arthouse dengan angle dan pilihan gambar yang minimalis tetapi dikontraskan dengan tata musik orkestra yang mengalun sepanjang film. Gaya musik dominan march a la John Williams di film Star Wars dan film-film Steven Spielberg lekat di ingatan kala mendengar gubahan musik maestro Purwacaraka dalam film ini.

Sinematografinya cantik dengan latar belakang set dan artistik yang mumpuni. Dari sisi kostum saja terlihat kurang lusuh dan make up serta penambahan jenggot dan kumis Adipati yang terasa artifisial. Editing dan blocking pemain tidak ada masalah yang berarti. Secara produksi memang film Perburuan tidak termasuk ke dalam skala besar seperti saudaranya, film Bumi Manusia. Film ini cenderung menempatkan diri dalam kategori film-film seni atau arthouse baik dari gaya maupun bujet produksi

Sisi akting tidak ada yang istimewa, Adipati Dolken (Posesif, Jenderal Soedirman) yang memegang tampuk peran utama memang tampil baik, tapi seperti ada potensi yang tertahan dalam pembawaan karakternya. Mungkin hanya Otig Pakis (Filosofi Kopi, Pocong 2) sebagai ayah Hardo yang mampu memberikan penampilan maksimal dan menawan dengan pengalamannya berkecimpung di dunia seni teater. Pemain lainnya yang agak menonjol antara lain Khiva Iskak (Terjebak Nostalgia, Bangkit), Michael Kho (Kenapa Harus Bule?) dan Egy Fedly (Headshot, Marlina: The Murderer in The four Acts) yang banyak menampilkan range emosi lebih luas dalam film.

film Perburuan

Kesimpulan Akhir

Sebuah sajian yang sayang untuk dilewatkan, terutama bagi para penggemar buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer. Menceritakan kisah tersirat tentang keteguhan hati, pengorbanan dan kesetiaan melalui tata produksi apik, kualitas akting ciamik serta naskah dengan dialog dan monolog yang puitis tapi tidak kacangan. Film Perburuan menjelma menjadi film yang mengutamakan seni walau kisahnya sederhana tanpa kejutan berarti. Plotnya memang terasa melompat di pertengahan dan jarak yang jauh dari nilai komersil akan membuat film kehilangan kesempatan meraih penonton. Tapi setidaknya film ini akan menambah khasanah film arthouse Indonesia yang layak dikenang.

Loading...

Review Film Perburuan (2019) - Kisah Tentang Keteguhan Hati Dan Pengorbanan Demi Kemerdekaan
7Overall Score
Reader Rating 1 Vote
6.5