Sutradara Monty Tiwa adalah salah satu sineas film Indonesia yang sudah malang melintang di industri perfilman Indonesia. Walaupun lebih banyak mengarahkan film komedi dan drama, tetapi ia pernah menyutradarai sebuah film horor yang cukup diapresiasi oleh penonton dengan judul Keramat (2009) dan menulis skenario film horor yang penuh kontroversi, Pocong 2 (2006).

Di momen setelah konferensi pers film komedinya , Mau Jadi Apa?, saya pernah iseng bertanya pada Monty, “kenapa tidak pernah menyutradarai film horor lagi?”. Beliau menjawab bahwa, “Sudah beberapa kali produser menawarkan kepada saya untuk menyutradarai film horor lagi. Namun saya belum menemukan naskah yang tepat dan sebuah beban untuk bisa melampaui kesuksesan film Keramat”.

Pernyataan beliau tersebut membuat film horor terbarunya bersama rumah produksi Starvision Plus berjudul Pocong The Origin yang dibintangi Nadya Arina, Samuel Rizal, Della Dartyan, Tyo Pakusadewo dan Surya Saputra ini menjadi sajian horor yang menjanjikan dari sisi kengerian serta kualitasnya.

Loading...

Film Pocong The Origin

Sinopsis

Sebuah lembaga permasyarakatan melakukan eksekusi mati terhadap Ananta (Surya Saputra), terpidana mati kasus pembunuhan berantai. Eksekusi yang dilakukan ternyata tidak berjalan mulus karena ilmu hitam banaspati yang dimilik oleh Ananta tidak serta-merta membunuhnya. Konon katanya, hanya Sasthi (Nadya Arina), anak kandung Ananta lah yang menjadi sosok yang bisa membunuh Ananta. Sasthi pun datang ke lapas dan melakukan apa yang harus ia lakukan.

Di luar dugaan ternyata ada syarat lain yang bisa membuat Ananta terus mati dan tidak bangkit lagi, yaitu Ananta harus dimakamkan di tempat kelahirannya di Cimacan. Demi memenuhi persyaratan tersebut Sasthi pun mengantar jenazah ayahnya yang sudah dipocong ke Cimacan bersama Yama (Samuel Rizal), sopir lapas.

Pelbagai kejadian aneh dan seram mengiringi perjalanan Sasthi dan Yama karena banyak penolakan dari makhluk-makhluk halus di sepanjang perjalanan mereka. Ditambah lagi dengan kehadiran Jayanthi (Della Dartyan), seorang wartawan yang memiliki dendam pribadi dan mempercayai ilmu hitam yang  dimiliki oleh Ananta. Jayanthi ingin memastikan Ananta sudah mati dan dikuburkan. Sementara di desa Cimacan, lurah yang diminta mempersiapkan liang lahat untuk Ananta mengalami depresi dan membuat warga desa menolak pemakaman Ananta di desa mereka, walaupun sudah diberikan pengertian oleh tetua desa, Ki Endang (Tyo Pakusadewo), selaku kakak dari Ananta.

Film Pocong The Origin

Ulasan

Genre horor merupakan genre yang paling populer di Indonesia selain drama percintaan. Tidak heran di setiap minggunya selalu ada film horor Indonesia yang rilis di sepanjang tahun 2019 ini. Repetitif dan bosan kerap menjadi ulasan buruk bagi banyak film horor Indonesia beberapa tahun belakangan. Kali ini terlihat usaha Monty Tiwa dalam memberikan pengalaman baru film horor yang dipadukan dengan gaya road movie yang menjadikan Pocong The Origin ini film yang unik dan segar dibanding film horor lain yang banyak menggunakan set rumah/villa tua atau hutan belantara.

Berdurasi 90 menit, film ini banyak menampilkan atmosfer horor yang  cukup menonjol. Adegan perjalanan di malam harinya sangat mencekam. Penonton mendapatkan bayangan sendiri bagaimana rasanya di dalam mobil pengangkut jenazah yang mogok di tengah jalan yang gelap dan sepi. Atmosfer seperti itu yang menjadi keunggulan utama film ini. Sementara unsur jumpscare sangatlah minim. Banyaknya memanfaatkan suara-suara tangisan dan penampakan manusia yang setelah mendekat ternyata hantu juga menjadi highlight di sini.

Film Pocong The Origin

Sayangnya film memiliki masalah serius dalam sisi naskah di awal dan akhir cerita. Dibuka dengan adegan eksekusi yang kelam, film berjalan menjadi terlalu bawel hingga 10 menit ke depan untuk menyiapkan plot perjalanan ke Cimacan. Sementara atmosfer penjara kurang mendukung suasana horor akibat banyaknya gambar yang padat sehingga efek keseramannya tidak terasa. Sementara di bagian akhir sangat menyederhanakan konklusi, tentang bagaimana mengalahkan iblis banaspati yang dijelaskan lewat flashback, pocong yang meneror, keputusan yang  diambil tokoh utamanya, dan lain-lain. Sayang sekali akhir film menjadi antiklimaks dan membuat film jadi terasa terburu-buru.

Dari sisi akting, Samuel Rizal sebagai sopir lapas dengan aksen jawa yang medok serta respon dan tingkahnya yang lucu berperan sangat baik di film ini. Pun begitu Yeyen dalam penampilan singkatnya sebagai istri lurah. Sementara Nadya Arina terlihat murung sepanjang film, membuat karakternya terasa statis. Sedangkan Dellla Dartyan dan Tyo Pakusadewo seakan tidak menyatu dengan tone keseluruhan film.  Bagi saya keduanya tidak meyakinkan dalam berperan sebagai wartawan dan dukun/ahli spiritual. Entah karena pengarahan atau faktor lain saya tidak tahu.

Film Pocong The Origin

Meskipun cukup berhasil mengawinkan gaya road movie dengan genre horor namun saya merasa kecewa dengan hasil akhir film ini. Andaikan saja awal dan akhir film digarap lebih baik lagi mungkin saya akan lebih mengapresiasi film ini. Pengarahan Monty Tiwa dari sisi naskah yang ia tulis bareng Erik Tiwa dan pengarahan akting menjadi kelemahan utama film. Sementara dari sisi teknis sama sekali tidak ada masalah yang berarti. Sinematografi dan desain produksi mampu memberikan atmosfer horor yang baik, tata suara dan musik juga mampu membangun mood horor yang kelam dan depresif.

Kesimpulan Akhir

Film ini menjadi film horor yang unik dan segar berkat gaya road movie yang diusungnya. Tetapi unik saja belum cukup, film yang baik juga didukung oleh naskah dan kualitas akting yang mumpuni. Tertolong oleh atmosfer horor serta teror hantunya yang tidak murahan, film Pocong The Origin menjadi film horor yang cukup baik terlepas dari awal film yang bertele-tele serta akhir yang antiklimaks dan terburu-buru.

Loading...

Review Film Pocong The Origin (2019) - Horor Bergaya Road Movie Yang Unik Tapi Antiklimaks
6Overall Score
Reader Rating 6 Votes
7.1