Di balik ketenaran kisah horor The Haunting of Hill House dan We Have Always Lived in the Castle, terdapat pemikiran brilian dari Shirley Jackson. Ia adalah penulis fiksi horor dan misteri asal Amerika Serikat yang menginspirasi banyak penulis kontemporer ternama seperti Stephen King dan Neil Gaiman.

Namun, sepanjang karirnya, Shirley tak pernah sempat menikmati pengakuan dan apresiasi yang sudah selayaknya ia dapatkan. Nama penulis berbakat ini justru kian bersinar dan mendapat sorot atensi setelah ia tiada, termasuk lewat kesuksesan seri The Haunting of Hill House di Netflix baru-baru ini.

Maka, tak heran apabila kisah hidup Shirley Jackson pada akhirnya menjadi bahan adaptasi film. Dengan berpijak pada novel karya Susan Scarf Merrell yang bersentral pada sosok Shirley Jackson, sebuah film berjudul Shirley dirilis secara on demand pada 5 Juni lalu.

Loading...

 

Shirley adalah drama semi-biopik yang memberi kilasan penting tentang seorang penulis brilian yang kisah hidupnya sendiri selama ini tak banyak disorot. Film ini memenangkan penghargaan U.S. Dramatic Special Jury Award for Auteur Filmmaking dalam Festival Film Sundance pada 25 Januari lalu.

Josephine Decker mengarahkan film berdurasi 107 menit ini, berdasarkan naskah yang ditulis oleh Sarah Gubbins. Sementara itu, Elisabeth Moss menjadi bintang utama yang memerankan sosok sang karakter titular. Selain Moss, film ini juga menampilkan Michael Stuhlbarg, Odessa Young, dan Logan Lerman.

 

Sinopsis

Shirley Jackson (Moss) adalah penulis wanita dengan spesialisasi dalam genre horor dan misteri. Shirley tinggal bersama suaminya, Stanley Hyman (Stuhlbarg), seorang profesor sastra di sebuah universitas. Suatu hari, Stanley memutuskan untuk merekrut Fred Nemser (Lerman), seorang profesor muda sebagai asistennya.

Shirley merasa kesal karena Stanley mengizinkan Fred dan istrinya, Rosie (Young), tinggal sementara di rumah mereka. Namun, seiring waktu berlalu, ia menyadari bahwa kehadiran pasangan muda itu, terutama Rosie, bisa menjadi sumber inspirasi utama bagi novel horor Shirley berikutnya.

 

Review

Saat menonton sebuah biopik, kita kerap kali akan dibuat bertanya-tanya tentang akurasi cerita dalam film tersebut. Sejauh mana kisah tersebut telah mengalami dramatisasi? Seperti apakah sosok tokoh yang diceritakan dalam kehidupan nyatanya?

Dalam film Shirley, pertanyaan-pertanyaan ini jauh lebih mengusik rasa keingintahuan saya dibanding saat menonton film biopik pada umumnya. Shirley adalah karakter yang kompleks dengan banyak lapisan yang membuat saya membayangkan apakah benar ada sosok semacam itu di kehidupan nyata?

Jika sekilas menyimak tentang basis inspirasi bagi kisah dalam film ini, kita akan memahami mengapa Gubbins dan Decker mengemas biopik mereka lewat cara berbeda dalam atmosfer horor dan misteri yang kental. Jackson yang asli memang bukan sosok biasa.

Semasa hidupnya, Shirley Jackson dikenal sebagai sosok penulis wanita yang misterius dan kontroversial. Karya besar pertama Jackson, sebuah cerita pendek horor berjudul The Lottery yang dipublikasikan di The New Yorker, membuat ratusan pembaca mengirim surat tanggapan pada redaksi untuk menyampaikan keresahan dan ketakjuban mereka.

Shirley mungkin tidak benar-benar bisa disebut sebagai biopik mengingat sebagian besar narasi dalam film ini, termasuk sosok Fred dan Rose Nemser, hanyalah rekaan Merrell. Namun, film ini menyajikan kisah fiktif yang mampu memberi insight penting tentang sosok Shirley Jackson.

Menariknya, sebagian besar adegan dalam film ini justru diceritakan dari karakter sekunder bernama Rose Nemser. Rose, seorang wanita muda yang polos dan mudah percaya, jelas adalah karakter yang jauh lebih inferior dibandingkan Shirley. Bagi Shirley, memanipulasi Rose dengan tipu dayanya adalah perkara yang mudah.

Ketika kedua wanita itu mengamati bahwa persoalan rumah tangga mereka sebenarnya tak jauh berbeda, mereka disatukan dalam pandangan yang sama. Di sisi lain, Shirley menyadari bahwa buku barunya bisa menjadi ruang yang ia butuhkan untuk menyampaikan bagaimana Rose dan dirinya hanyalah segelintir dari banyak wanita lain yang bernasib serupa.

Sebagai film semi-biografi yang bernuansa thriller, Shirley secara konstan memberi perasaan yang tidak nyaman bagi penonton. Kisah dalam film ini berhasil dijalin dengan sedemikian rupa hingga membuat kita kesulitan untuk membedakan antara realitas dan fantasi. Banyak bagiannya ditampilkan secara ganjil, membuat penonton merasa larut dalam keresahan.

Sementara itu, Elisabeth Moss memerankan karakternya seakan ia pernah benar-benar hidup dalam kepala Shirley Jackson. Shirley versi Moss bisa jadi jauh lebih neurotik dan dramatis dibanding sosok Shirley Jackson asli jika berpegang pada catatan biografi tentang sang penulis.

Namun, Moss membawa interpretasi yang dibutuhkan bagi film bergenre thriller ini. Setiap kali kamera menyorot secara dekat, tatapan tajam dan seringai Moss memberi kesan sesuatu yang gelap dalam karakternya. Di sisi lain, dari ekspresi Moss, kadang kita bisa menangkap sekilas kesedihan dan kerapuhan yang sebenarnya menghantui benak Shirley.

Stuhlberg dan Young memang mencuri perhatian melalui penampilan akting mereka yang tak kalah intens. Namun, sebagai bintang utama di film ini, Moss benar-benar tahu cara menguasai karakternya yang sinis dan dingin. Ia menampilkan lapisan demi lapisan persona Shirley yang kompleks dan tak mudah dipahami.

Hal yang luar biasa dari Shirley adalah bagaimana sisi thriller dalam film ini dengan halus berhasil mengusung wacana penting tentang feminimse. Dalam kehidupan rumah tangganya, Shirley memang membiarkan Stanley bersikap sesuka hati dan menjalin hubungan asmara secara terang-terangan dengan wanita lain. Tapi, penulis jenius itu menjadi jauh lebih defensif saat Stanley berusaha menyerang tulisannya.

Masih sangat berkesan bagi saya, adegan saat Stanley mengkritisi novel baru Shirley yang menceritakan tentang misteri menghilangnya seorang mahasiswi. Stanley mengatakan bahwa gadis itu hanya gadis biasa yang menghilang dan Shirley bahkan tak mengenalnya secara personal.

Shirley dengan nada meninggi lalu menyoroti banyaknya kasus serupa yang terjadi di seluruh penjuru negeri. Shirley menemukan penderitaan personalnya, kesendirian yang menyakitkan, dalam sosok gadis yang menghilang itu. Shirley yang jarang membela dirinya sendiri di depan Stanley, kali itu menantang suaminya untuk meragukan arti penting tokoh yang ia tulis.

Dengan gaya naratif yang diadopsi dari cerita-cerita horor karya Shirley Jackson sendiri, Shirley membawa penonton ke dalam dunia penuh misteri sang penulis. Bahkan hingga bagian akhir film, kita hanya memiliki gambaran kabur tentang sosok Shirley. Ambiguitas semacam inilah yang justru menjadikan Shirley istimewa.

 

Kesimpulan

Shirley, adalah film semi-biopik tentang penulis novel horor Shirley Jackson yang dikemas dalam nuansa thriller. Dengan didukung dengan penampilan gemilang dari Elisabeth Moss, film ini berhasil menggambarkan sosok Shirley Jackson lebih dari sekadar penulis aneh dengan gangguan mental.

Di balik kengeriannya, Shirley memuat pesan yang lebih subtil tentang seniman wanita yang mampu berdaya di bawah tekanan kehidupan domestik. Pada akhirnya, Shirley adalah simbol tentang seberapa jauh dan liar imajinasi seorang seniman bisa mengubah kenyataan bagi orang-orang yang teralienasi.

 

Note: Gulir/scroll ke bawah untuk melihat rating penilaian film.

Loading...

Review Film Shirley (2020), Penampilan Gemilang Elisabeth Moss dalam Biopik Misteri Tak Biasa
8Overall Score
Reader Rating 0 Votes
0.0