Perfilman Korea Selatan makin beragam dengan kehadiran film The Divine Fury karya sutradara Kim Joo-hwan yang film sebelumnya Midnight Runners meraih sukses dan juga tayang di Indonesia tahun 2017 lalu.

Film bergenre langka, yaitu horror thriller dengan sentuhan action yang dibintangi oleh Park Seo-joon, Ahn Sung-Ki, dan Woo Do-Hwan  ini tengah melalui serangkaian pertunjukan sneak preview di beberapa jaringan bioskop di Indonesia antara tanggal 10-13 Agustus 2019 dan direncanakan tayang reguler mulai tanggal 14 Agustus 2019 nanti.

film The Divine Fury

Loading...

Sinopsis

Setelah kehilangan ayahnya saat masih kecil, Yong-Hu (Park Seo-joon) memutuskan untuk membenci Tuhan dan tidak mempercayaiNya lagi. Di tengah karirnya yang cemerlang sebagai atlet Mixed Martial Arts (MMA) ternama di Korea Selatan, Yong-Hu ternyata selalu mengalami mimpi buruk saat tidur. Mimpi yang berhubungan dengan luka misterius di telapak tangan kanannya.

Saat tengah mencari jawaban akan mimpinya, Yong-hu bertemu dengan Pastur Ahn (Ahn Jung-Ki) di tengah prosesi pengusiran setan yang menimpa seseorang. Pengusiran setan yang membuat kapok Pastur Choi (Choi Woo-sik), pastur muda asisten Pastur Ahn yang takut melihat keganasan iblis yang harus ia usir.

Untungnya Yong-hu berhasil membantu Pastur Ahn yang sudah kewalahan dengan kemampuan khusus  yang Yong-hu tidak sadari sendiri. Sebuah talenta dari Tuhan yang membuat Pastur Ahn melihat potensi dalam diri Yong-hu dan membuat Ji-sin (Woo Do-Hwan), pemimpin sekte pemuja iblis sadar ada musuh berat yang harus ia hadapi dalam misinya memperluas kekuasaan iblis di bumi.

film The Divine Fury

Ulasan

Memulai film dengan membangun semestanya secara detail untuk meletakkan pondasi dasar motivasi dan latar belakang karakter Yong-hu, serta memperkenalkan sedikit soal keberadaan iblis di bumi membuat film bergerak sangat lambat di setengah jam awal. Konsentrasi lebih sangat dibutuhkan untuk menikmati babak pertama film yang bedurasi 129 menit ini.

Tensi film mulai bergerak naik saat film mulai memasuki pengusiran setan yang pertama. Gaya pengusiran a la gereja katolik dibuat berbeda dengan film-film horor Hollywood. Di sini karakter yang dirasuki iblis memiliki kekuatan dahsyat yang bisa menyakiti pastur yang tengah mengusirnya. Sling cable digunakan beberapa kali untuk adegan-adegan saat pemuda yang dirasuki menerjang pastur Ahn dan  pastur Choi yang terlempar jauh. Sebuah adegan exorcism yang bisa dibilang cukup brutal dan efektif menghilangkan kebosanan di setengah jam awal film.

Setelahnya film berjalan seru dengan beberapa kasus pengusiran setan yang ditangani  oleh keduanya. Selingan serangkaian pertanyaan yang diajukan Yong-hu perihal mimpi buruknya, luka di tangannya dan masa lalunya yang membuatnya membenci Tuhan dijadikan sebagai penyeimbang tensi film.

film The Divine Fury

Naskah yang ditulis oleh sang sutradara Kim Joo-hwan sendiri sangat baik dalam membahas eksistensi Tuhan, filosofi tentang iman dan juga apik saat menggambarkan prosesi pengusiran setan menggunakan bahasa latin oleh Pastur Ahn sebagai pastur utusan Vatikan. Beberapa momen exorcism digarap dengan menakutkan dan berkesan bahwa jagoan film benar-benar di ujung tanduk, terutamanya saat seorang anak di panti asuhan dirasuki satu legiun iblis.

Tidak hanya lihai dalam menulis, arahan dari Kim Joo-hwan sangat baik memberikan momen-momen mengerikan dalam film. Atmosfer saat pengusiran setan dibuat bereskalasi dari suasana tenang, ke kondisi mengkhawatirkan, sampai ke momen perlawanan iblis yang membuat para pengusir setan kewalahan. Joo-hwan terasa pintar menyeimbangkan tensi di dalam film ini. Secara teknis pun ia cukup baik mengakali keterbatasan CGI dengan memperbanyak adegan malam/gelap untuk meminimalisir visual dengan CGI yang berpotensi terlihat artifisial. Hebatnya meskipun gelap, namun masih terlihat meyakinkan di layar berkat kerjasama tata cahaya dengan sinemaografer yang apik.

film The Divine Fury

Penata suara dan musik pun mampu memberikan kontribusi baik dalam menyelaraskan gaya film yang berubah genre berkali-kali. Bolak-balik dari drama, ke horor, lalu ke drama ke action, dengan latar belakang karakter dan set juga, dari pastur ke pemilik klub malam. Satu momen tata musik di sebuah adegan saat Hong-Yu naik sepeda motor pun mengingatkan pada komposisi musik film The Dark Knight dengan adegan yang juga mirip film tersebut, yaitu saat Batman menaiki Batpod.

Untuk kualitas akting, aktor senior Ahn Jung-ki (The Tower, The Divine Move) memberi penampilan paling bagus dalam film. Aktor yang sudah berakting sejak usia 5 tahun dari tahun 1957 ini memberikan penampilan meyakinkan sebagai Pastur utusan dari Vatikan. Sebagai aktor yang lebih muda dan banyak penggemarnya, Park Seo-joon (Midnight Runners, Be With You) juga tampil mengesankan. Ia mampu mengimbangi akting Jung-ki dengan kualitas setara. Sementara di penampilannya yang singkat Choi Woo-Sik (Okja, Train To Busan, Parasite) cukup memberikan gambaran dasar karakternya, sedangkan Woo Do-Hwan yang baru pertama kali bermain layar lebar mampu memberikan karakter antagonis yang layak dibenci walaupun dimensi karakternya kurang digarap akibat screentime yang minim.

Kekurangan dari sisi dimensi villain dan awal film yang lambat ini sebenarnya tidak banyak mengganggu kualitas film secara keseluruhan. Hanya saja organisasi/sekte milik Ji-Sin si penjahat utama masih kurang digarap dan terkesan hanya dimunculkan sedikit demi sedikit untuk menyiapkan sekuel atau spin off-nya yang sudah direncanakan dengan judul The Green Exorcist dengan karakter utama Pastur Choi. Informasi soal sekuel atau spin off ini didapatkan dari akhir credit film.

film The Divine Fury

Kesimpulan Akhir

Memulai film dengan pelan dan detail untuk membangun universe-nya. Film The Divine Fury menggebrak di pertengahan film dengan genre horror thriller yang menampilkan pengusiran setan dengan menyelipkan adegan aksi manakala manusia yang dirasuki melawan karena iblis di dalam tubuhnya sukar untuk diusir.

Adegan horornya beberapa kali bikin bergidik ngeri walau film ini tidak memiliki gaya horor hantu. Sebagai perbandingan bayangkan saja adegan pengusiran setan dalam film The Conjuring dan Constantine ditambah bumbu action a la film Blade. Sebuah tontonan yang sayang untuk dilewatkan. Seru, menegangkan dan bikin gemas, dengan catatan, harus sabar setidaknya di 30 menit awal  untuk mengetahui latar belakang cerita para karakter utama film The Divine Fury.

Note: Scroll/gulir ke bawah untuk melihat rating penilaian film

Loading...

Review Film The Divine Fury (2019) - Horror Thriller Yang Mengerikan Dengan Action Yang Keren
8Overall Score
Reader Rating 34 Votes
6.5