The King of Staten Island dibuka dengan karakter utama Scott (Pete Davidson) sedang berkendara. Dia menutup matanya, dengan sengaja dan dalam waktu yang cukup lama, dan membukanya saat hampir menabrak antrian panjang kendaraan di depannya. Ia selamat, meski saja kendarannya menyenggol kendaraan lain dan menyebabkan kecelakaan kecil. Ia terlihat seperti memiliki keinginan untuk mati, namun terbangun dari keinginannya itu pada detik-detik terakhir.

Scott adalah seseorang yang sangat tidak memiliki motivasi untuk hidup. Dirinya menghabiskan kebanyakan waktunya di tempat temannya berkumpul, menghisap ganja, menjual obat terlarang dan bermain basket. Dirinya juga masih tinggal bersama ibunya, Margie (Marisa Tomei) dan adiknya, Claire (Maude Apatow) yang akan memasuki perkuliahan.

Saat melihat dirinya, saya berpikir apa yang bisa diberikan oleh karakter seperti ini? Keraguan saya semakin lama semakin lenyap seiring melihat film yang memang di atas kertas adalah sebuah film komedi, namun ternyata juga membawa banyak tema yang tidak saya duga akan menyentuh saya cukup dalam. Dan itu semua berkat karakter Scott dan sang pemeran Pete Davidson.

Loading...

Berdurasi lebih dari dua jam memanglah cukup lama untuk sebuah film komedi. Tetapi apa yang membuat film ini menonjol bukanlah durasinya, melainkan bagaimana The King of Staten Island juga menjadi semi-biopik dari sang pemeran utamanya sendiri. Di sini, cerita Scott memanglah terinspirasi dari kejadian nyata yang dialami Pete Davidson.

Salah satunya yang paling berpengaruh ke dalam cerita adalah kematian ayah Pete Davidson, yang menariknya bernama Scott Davidson, sama seperti karakter utama di film. Dan sama seperti Pete, Scott juga kehilangan ayahnya saat bertugas menjadi pemadam kebarakan. Selama film berjalan, Scott terlihat sulit untuk melupakan kematian ayahnya, meski kematiannya terjadi saat dirinya masih kecil dan kini ia sudah berusia 24 tahun.

Mengambil cerita yang sangat personal berpotensi membuat Scott terlihat kikuk karena pastinya karakter tersebut ingin berbeda dengan pemerannya, tetapi Pete Davidson dengan beraninya memainkan Scott dengan sangatlah baik, bahkan meski penampilannya memang sering terlihat sama saja selama seluruh film berjalan, ia masih dapat memberikan penampilan yang cukup untuk mengangkat tema film yang cukup berat.

Kematian ayahnya memang memberikan dampak yang sangat besar kepada Scott, bahkan hingga membuat dirinya enggan untuk berkomitmen seperti tidak percaya untuk memasuki hubungan yang lebih dengan temannya, Kelsey (Bel Powley) meski mereka sudah sering berhubungan intim. Dirinya yang takut berkomitmen juga mengakibatkan dirinya tidak pernah berpikir untuk memiliki tempat tinggal sendiri.

Tetapi ia tetap bersikeras kalau dirinya tidak masalah, bahkan saat teman-temannya membuat lelucon terhadap kematian ayahnya ia ikut tertawa dan mengatakan kalau dia tidak kangen sedikitpun. Semua itu berubah ketika adiknya pindah untuk berkuliah dan ibunya bertemu dengan seorang pemadam kebakaran yang juga sedang melajang karena cerai, Ray (Bill Burr). Ia pun, pada akhirnya, harus mencari tempat tinggal sendiri karena mereka menganggap Scott sudah dewasa.

Semua perubahan itu membuat Scott meledak, terutama karena Ray memiliki pekerjaan yang sama dengan ayahnya yang Scott anggap seperti menghina kematian ayahnya. “Apa yang coba kamu lakukan kepadaku? Apakah penderitaanku sudah cukup?” bentak Scott kepada ibunya. Dengan The King of Staten IslandPete Davidson mungkin saja tidak hanya berakting tetapi juga berkonfrontasi dengan diri dan masa lalunya dan itu yang membuat karakter Scott lebih hidup.

Jika dilihat dari film itu sendiri, The King of Staten Island mungkin saja lebih terasa seperti sebuah film slice of life mengenai seseorang yang hidupnya kacau. Struktur film yang sangat terbuka terkadang menyebabkan narasi film berjalan bebas dan lepas dari fokus sang tokoh utama, sehingga ada beberapa di mana adegan berlalu begitu saja tanpa ada penyelesaian yang benar-benar menutup.

Dan itu lumayan disayangkan, karena meski karakter Scott memang menggambarkan masa lalu sang pemeran utama, tetapi terkadang kita tidak benar-benar diberikan kesempatan untuk mengenal dirinya lebih dalam yang akhirnya membuat seluruh film berlalu begitu saja meski sudah membawa tema yang cukup berat dan durasi yang lebih dari cukup untuk menopang segalanya.

Namun bukan berarti The King of Staten Island adalah film yang kosong melompong. Pete Davidson dan karakternya lebih dari cukup untuk membawakan film ini tidak hanya lucu, tetapi juga menyentuh dan manis dalam caranya yang tidak terduga. Dengan karakternya, Scott, kita juga ikut untuk sama-sama mengetahui kapan seharusnya kita untuk beranjak dewasa dan move on.

Dan di film ini juga ada Steve Buscemi, jadi itu bisa menjadi bonus tersendiri.

Loading...

Review Film The King of Staten Island (2020) - Ketika Kita Harus Mengetahui Kapan untuk Dewasa
8Overall Score
Reader Rating 0 Votes
0.0