Kurang darah, kurang brutal dan yang pasti kurang membabi buta
5Overall Score
Reader Rating 2 Votes
5.3

Pernah melihat poster dan trailer yang jauh lebih bagus daripada filmnya? Tentu saja cukup sering terjadi. Begitupula dengan film Membabi Buta, yang parahnya lagi judulnya sama sekali tidak mencerminkan isi dari filmnya.

Membabi Buta 3

Mariatin (Prisia Nasution) adalah seorang asisten rumah tangga yang bekerja dirumah milik dua orang kakak beradik Sundari (Ivanka Suwandi) dan Sulasmi (Lenny Charlotte) yang sudah berumur sekitar 50-60 tahun. Sulasmi yang memiliki cacat dimatanya, selalu bersikap kasar kepada Mariatin, tidak jarang suka membentaknya. Begitu juga dengan Sundari yang terkadang bersikap dingin terhadapnya, namun jauh lebih baik daripada sikap Sulasmi, apalagi Sundari bersikap baik dan sering mengajak main anaknya Mariatin, Asti (Aureli). Keanehan-keanehan mulai terjadi saat Mariatin mendengar suara teriakan minta tolong di suatu ruangan rumah itu.

Loading...

Awalnya dibuka dengan cukup baik, tone film ini cukup gelap dan mampu memberikan kemisteriusan dan keseraman dalam setiap sudut rumah tersebut. Berbagai misteri makin membuat penasaran seperti suara-suara didalam suatu ruangan, peralatan jagal dan seorang bapak-bapak yang selalu memberikan makanan untuk istrinya. Tetapi itu hanya di awal-awal saja, menjelang pertengahan film ini terasa banyak sekali repetisi dan adegan-adegan yang kurang perlu dan dipanjang-panjangkan dengan pace yang cukup lambat. Seperti adegan Mariatin yang mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga, menyapu, membuat kopi, dll memakan durasi yang tidak sedikit.

Membabi Buta 2

Judul film Membabi Buta, poster yang penuh darah dan trailer yang cukup menarik tentu membuat orang berekspektasi adegan-adegan Prisia Nasution atau kedua kakak beradik itu untuk dapat memperlihatkan adegan-adegan kebrutalan yang membabi buta layaknya film-film Timo Bros (Rumah Dara, Headshot) maupun Gareth Evans (The Raid 1 dan 2). Namun itu hanya impian belaka, adegan slasher-nya sangat minim. Mungkin saja pembuatnya ingin memberikan sebuah sindiran terhadap perilaku “membabi-buta” dalam ketidaksopan santunan yang diperlihatkan Mariatin dalam masuk ke kamar tanpa ketok pintu atau saat makan mulutnya mengecap terlalu berisik (adegan ini cukup lucu). Kebanyakan durasi film ini dihabiskan dengan tatapan tajam dari Sundari dan bentakan-bentakan yang dapat mengagetkan penonton dari Sulasmi terhadap Mariatin.

Prisia Nasution yang sebelumnya berakting sangat baik di Sang Penari dan Sokola Rimba, terlihat kebingungan ingin berakting seperti apa. Alih-alih memasang muka ketakutan, dia lebih sering memperlihatkan muka yang penuh kebingungan layaknya melihat suatu yang aneh dan unik daripada melihat sebuah kengerian yang sangat. Bagaimana mungkin penonton bisa ketakutan jika pemeran utama di film saja tidak merasa terteror atas perilaku kedua aktris antagonis tersebut. Akting terbaik diperlihatkan dari Lenny Charlotte sebagai Sulasmi yang bentakan-bentakannya, raut muka menyeramkannya, tatapan yang seperti ingin membunuh dan muka kepuasan saat menyiksa korbannya begitu dengan baik diperlihatkannya.

Membabi Buta 1

Joel Fadly sebagai seorang sutradara dan para penulisnya nampaknya menggangap kebanyakan penonton sudah cukup pintar dalam menyimpulkan film ini dan tidak terlalu menjelaskan motif dari kedua antagonis tersebut. Secara tidak langsung Joel Fadly membuat motifnya disisipi dalam mimpi dari Mariatin tersebut, tapi bagi penonton yang kurang menangkap akan menggangap film ini tidak jelas, tentu hal ini menjadi suatu yang beresiko. Sang sutradara juga sedikit mengambil referensi dari kostum Jigsaw di franchise filmĀ Saw dengan jubah merahnya itu.

Hal yang paling fatal dalam Membabi Buta adalah korelasi antar adegan yang tidak nyambung, cukup banyak adegan tidak koheren. Bisa jadi karena editingnya yang kurang pas. Ada berbagai adegan yang sebenarnya tidak perlu dan tidak ada benang merah yang kuat, bahkan adapula adegan yang membuat penonton bingung, mengapa para tokohnya sudah berada di tempat tersebut, padahal sebelumnya masih berada ditempat yang berbeda. Para kreator film ini kurang mampu untuk membangun adegan yang benar-benar ada kaitannya.

Final Verdict:

Film horor thriller yang sama sekali tidak mencerminkan judul maupun posternya. Banyak ketidak-koherenan antar adegan yang menggangu. Diperparah akting dari Prisia Nasution yang lebih sering memperlihatkan muka kebingungan daripada ketakutan.

Loading...