Berdasarkan Novel yang berjudul sama dari Brian Selznick, Wonderstruck seperti halnya novel The Invention of Hugo Cabret yang dibuatkan filmnya oleh Martin Scorsese dengan cemerlang, masih mengangkat dunia fantasi anak-anak yang seringkali dibalut dengan kesepian, kebingungan dan penyesalan.

Wonderstruck dibagi menjadi dalam 2 cerita di dalam waktu yang berbeda. Cerita pertama menceritakan Rose (Millicent Simmonds) yang tidak bisa mendengar di tahun 1927, ayahnya menyembunyikan dia dalam rumah dan tidak bersimpati kepadanya walau dia memiliki kecacatan. Rose kabur ke kota New York berharap dia bertemu dengan aktris terkenal Lillian Mayhew. Cerita kedua di tahun 1977, seorang anak bernama Ben (Oakes Fegley) berkelana ke kota New York, dia mencari ayahnya yang telah lama hilang, Ben baru-baru ini juga mengalami gangguan di pendengaran, sehingga dia tidak bisa mendengar apapun, walau masih bisa berbicara.

1 2

Loading...

Cerita Rose pada tahun 1927 menggunakan gambar hitam dan putih dan tidak ada suara sama sekali. Film pada tahun sekitar 1890 an hingga 1927 tidak memiliki suara, hanya gerakan-gerakan gambar saja, sehingga filmaker harus memutar otak bagaimana penceritaannya sehingga penonton dapat memahaminya. Pada masa film bisu, aktor yang bisu dan tuli lebih dicari karena lebih ekspresif daripada manusia normal. Itulah Millicent Simmonds dipilih menjadi karakter Rose. Aktingnya cukup baik dan memang lebih ekspresif supaya penonton dapat memahami maksudnya. Sementara cerita Ben di tahun 1977 sudah berwarna dan memiliki style seperti film-film Indie di tahun 70 an.

3 4

Adegan-adegan Wonderstruck silih berganti dari cerita Rose dan Ben, terkadang terlalu sering berganti sehingga penonton bisa kehilangan fokus. Beberapa hal kebetulan dirangkai sedemikian rupa supaya cerita Ben dan Rose menyatu, namun penonton masih belum mengetahui benang merah ceritanya.

Dari segi penceritaan kurang dapat memikat penonton untuk berinvestasi secara emosional kepada kedua karakter ini. Kekuatan dari Wonderstruck jelas ada di visualnya yang inovatif dan imajinatif sebagai homage kepada silent film di mana hampir kebanyakan adegan di Wonderstruck tidak memiliki dialog.

5 6

Baru pada ending-nya penonton mengetahui maksud dari film ini, sayangnya itu sudah terlalu lambat. Penonton bosan menunggu saat-saat dramatisasinya bekerja. Ending yang sentimental itu kesannya jadi artifisial dan manipulatif.

Final verdict:

Inovatif, imajinatif, penghormatan kepada film-film bisu. Wonderstruck menampilkan sebuah visual yang membuat penonton merasa wonder (kagum), namun secara penceritaan tidak mampu membuat penonton terpikat sejak awal. Wonderstruck merupakan film yang bisa dikatakan “style over substance”.

Loading...

Style over substance
6Overall Score
Reader Rating 0 Votes
0.0