Ia tidak hanyalah tokoh penting dalam dunia perfilman Jepang, namun ia juga adalah salah satu pembuat film terbesar di dunia. Dari karyanya ia telah memiliki warisan yang hingga kini masih sering dianggap sebagai sebuah mahakarya. Dengan filmnya juga ia berhasil menyentuh banyak tema yang dengan sempurnanya tergambarkan oleh setiap karakter dan cerita miliknya.

Bukan hanya saya yang menjadi pengikut Akira Kurosawa. Dari George Lucas dan Francis Ford Coppola yang membantu pembuatan KagemushaMartin Scorsese yang bermain di Dreams, hingga Ingmar Bergman yang mengatakan kalau film buatannya, The Virgin Spring, terinspirasi dari RashomonAkira Kurosawa adalah seorang pelopor dan karya-karyanya sangatlah penting untuk perkembangan dunia perfilman.

Selama 50 tahun, ia telah membuat 30 film dari Sanshiro Sugata yang dirilis pada 1943 hingga Madadayo yang keluar pada 1993. Untuk mengurutkan 10 film terbaiknya memang tidaklah mudah, tetapi saya akan berusaha untuk menyajikannya sesuai pengalaman menonton saya dan menentukan film apa yang telah ia buat yang mengubah tidak hanya cara pandang saya terhadap film tetapi juga cara saya melihat hidup.

Loading...

Untuk 10 film terbaiknya, saya akan mengurutkan tidak berdasarkan dari terbaik hingga terburuk atau sebaliknya, melainkan saya akan mengurutkan secara alfabet. Berikut 10 film terbaik dari Akira Kurosawa:

High and Low (1963)

Akira Kurosawa mungkin dikenal dengan filmnya yang berlatar pada zaman Edo, maka dari itu saya cukup tertegun saat melihat kalau ia dengan ahlinya mampu membuat sebuah film thriller yang berlatar pada zaman modern Jepang.

Di atas kertas, High and Low adalah sebuah film mengenai kasus penculikan dan upaya polisi serta keluarga korban untuk menyelamatkannya, namun ini juga adalah film yang mengusung tema yang sangat gemar digunakan oleh Akira Kurosawa, yaitu kemanusiaan yang dapat dengan dijelas kita bedah pada setiap karakter dan tingkah lakunya. Ini adalah salah satu film thriller terbaik yang pernah saya tonton.

Ikiru (1952)

To Live, atau yang lebih dikenal dengan nama Jepangnya Ikiru, adalah salah satu film paling intim yang pernah dibuat oleh Akira Kurosawa. Mengambil tema utamanya mengenai kehidupan dan kematian, Ikiru adalah sebuah karya yang dengan sempurna menggambarkan bagaimana seseorang akan bereaksi mengetahui dirinya tidak akan hidup lebih lama lagi.

Takashi Shimura memerankan Kanji Watanabe, seseorang yang mengetahui kalau dirinya tidak akan bertahan lama lagi karena kanker yang menyerangnya. Dengan Kanji, Takashi Shimura telah memerankan salah satu karakter terbaik dalam dunia film yang mengingatkan kita kalau kematian tidak dapat dihindari, dan apa yang bisa kita lakukan selama kita masih hidup.

Kagemusha (1980)

Saya ingat saya menonton Kagemusha bukan karena Akira Kurosawa (saya belum mengenalnya) tetapi karena saya sangat menggemari dengan sejarah Jepang. Apa yang saya dapat adalah tidak hanya gambaran yang epik mengenai salah satu jenderal terkemuka di Jepang, namun sebuah kisah yang sangat intim di tengah besarnya perang.

Dengan KagemushaAkira Kurosawa telah membuat sebuah film penuh dengan visual yang sangat menakjubkan (salah satu film dengan visual terbaik yang pernah saya lihat), sebuah film dengan skala yang sangat besar dan sebuah film yang kisahnya yang sangat legendaris. Ini juga adalah film yang dengan suksesnya mengembalikan Akira Kurosawa ke dunia samurai.

Ran (1985)

Ran adalah contoh film yang menyerap ke dalam pikiran penonton dan para penonton akan terus memikirkan film ini jauh setelah selesai. Mengagumkan dari segi visual, menghipnotis dari segi cerita, menakjubkan dari segi teknis, dan mendebarkan dari segi musiknya. Dengan Ran, Akira Kurosawa telah menyatakan dirinya sebagai salah satu pembuat film terpenting dalam sejarah.

Dalam usianya yang sudah tidak muda lagi, yakni 75, Akira Kurosawa justru semakin lihai membuat film yang tidak hanya berskala sangat besar namun juga membuat setiap adegannya dipenuhi dengan warna yang dahsyat, pergerakan kamera yang sangat lihai dan alur cerita yang tidak pernah sekalipun terhambat meski durasinya yang hampur mencapai tiga jam.

Rashomon (1950)

Jauh sebelum Quentin Tarantino mencoba memainkan alur waktu, Akira Kurosawa sudah mencobanya dengan salah satu film terpentingnya, Rashomon. Di film ini, ia dengan piawainya memainkan ceritanya yang terus mengakibatkan saya selalu penasaran dan selalu terkejut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Seorang bandit, seorang wanita, seorang samurai dan seorang penebang pohon. Satu kasus, empat cerita. Kasusnya adalah mengenai pembunuhan dan pemerkosaan terhadap seorang wanita, namun setiap karakter memiliki ceritanya masing-masing sehingga saya tidak mengetahui yang mana yang memang betul terjadi dan inilah yang membuat Rashomon salah satu film terpintar dari Akira Kurosawa.

Red Beard (1965)

Terdapat kesedihan saat saya menonton Red Beard karena mengetahui kalau ini adalah kolaborasi terakhir antara Akira Kurosawa dengan aktor Toshiro Mifune di mana sebelumnya mereka telah bekerja sama selama 16 film. Film terakhirnya mereka, Red Beard, adalah salah satu film terbaik keduanya.

Berdurasi mencapai tiga jam, Red Beard adalah contoh sempurna mengenai sebuah film yang dengan tangan dinginnya menyentuh berbagai tema seperti kehidupan, kematian dan relasi antara guru dan murid. Karakter yang diperankan Toshiro Mifune, Kyojō Niide atau yang sering dipanggil Akahige (janggut merah), adalah salah satu karakter terbaik yang pernah diciptakan oleh Akira Kurosawa.

Seven Samurai (1954)

Film epik pertamanya Akira KurosawaSeven Samurai juga adalah salah satu film terpenting dalam sejarah. Tidak hanya film ini telah menginspirasi banyak sekali film-film setelahnya, namun ini juga adalah film yang lebih dulu memompulerkan cerita di mana seseorang mengumpulkan sebuah kelompok untuk menyelesaikan sebuah tugas atau misi.

Dalam Seven Samurai, kita mengikuti ketujuh samurai kita yang bertugas melindungi sebuah desa dari serangan bandit. Salah satu hal yang membuat ini adalah film ini sungguh menarik yang saya perhatikan adalah bagaimana Akira Kurosawa berhasil menghidupkan setiap pahlawan kita dengan beragam sifat yang eksentrik dan juga menarik untuk diikuti.

The Men Who Tread on the Tiger’s Tail (1945)

Di tahun Indonesia merdeka dari penjajahan Jepang, Akira Kurosawa merilis sebuah film yang hanya berdurasi sejam saja, namun meski sudah setua dengan kemerdekaan Indonesia, saya tetap sangat takjub dengan betapa bagusnya film ini.

Film ini mungkin memang lebih berat ke percakapan antara karakternya, namun setiap percakapan, setiap perilaku dan setiap gerak-gerik karakter di The Men Who Tread on the Tiger’s Tail sangatlah menarik untuk disimak dan tidak pernah sekalipun saya merasa bosan. Bahkan hanya dengan satu jam saja, saya bisa mengatakan ini adalah sebuah film yang sangat menawan.

Throne of Blood (1957)

Akira Kurosawa memang gemar mengadaptasi karya tulis William Shakespeare, seperti Ran yang terinspirasi dari “King Lear”. Throne of Blood juga terinspirasi dari karya tragedi “Macbeth” yang mengubah latar menjadi zaman kerajaan Jepang dan menambah elemen dari teater Noh.

Apa yang membuat saya sangat menggemari Throne of Blood adalah bagaimana beberapa elemen seperti: kerajaan; mitos; kepercayaan, dengan sempurna bergabung dan saling mendukung satu dengan lainnya, menghasilkan sebuah film yang sangat kuat tidak hanya dari segi cerita namun juga dari segi karakter.

Yojimbo (1961)

Yojimbo, sebuah film Jepang yang menceritakan seorang Jepang dan berlatar di Jepang, telah menjadi sebuah film yang sangat penting untuk perkembangan tidak hanya dunia film Jepang namun juga film western. Ceritanya menjadi inspirasi untuk salah satu film western terbaik, A Fistful of Dollars yang dirilis tiga tahun setelahnya.

Apa yang membuat Yojimbo sangat ikonik? Tokoh utamanya yang sangat keren (diperankan oleh Toshiro Mifune tentunya), ceritanya yang terkadang humoris dan juga sangat seru, hingga kumpulan karakter sampingan yang sangat eksentrik dan menonjol dari karakter lainnya membuat Yojimbo mungkin saja sebuah film pelopor di dunia genre western.

Loading...