Tidak fokus dan tanpa arah dalam bercerita mengenai kisah inspirasi, persahabatan ataupun percintaan
5Overall Score
Reader Rating 5 Votes
5.8

Dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun saja, telah 3 film yang terlah ditelurkan oleh Raditya Dika. Yaitu Koala Kumal yang merupakan film terbaiknya selama ini, Hangout film thriller komedi yang gagal dalam memberikan ketegangan dan dengan motif pembunuhnya yang terlalu mengada-ngada. Lalu 13 April 2017 rilisnya film The Guys. Promosi film ini termasuk yang cukup misterius dengan poster filmnya yang cukup membuat orang-orang yang melihatnya akan bertanya-tanya film jenis apakah ini dengan menampilkan wajah seram komedian Tarzan yang menatap ke Raditya Dika, Pevita Pearce dan kawan-kawannya itu.

the-guys_20170211_232048

Bercerita bagaimana Alif (Raditya Dika) seorang pegawai kantoran yang ingin bercita-cita menjadi seorang bos. Dia tidak ingin lagi menjadi seorang pegawai kantoran yang harus buru-buru masuk kantor di pagi harinya dan juga bergelut dengan Pak Jeremy, bosnya yang galak (Tarzan). Alif tinggal satu rumah dengan ketiga sahabatnya, Rene (Marthino Lio) yang putus nyambung dengan pacarnya, Aryo (Indra Jegel) yang terlalu sering menganalisa sekaligus yang paling kocak diantara mereka dan Sukun (Pongsiree Bunluewong) adalah seorang ekspartiat dari Thailand yang sering sekali salah ucap atau arti dalam berbahasa Indonesia sehingga menimbulkan segala kelucuan.

Loading...

Bisa dikatakan sinopsis diatas sebenarnya adalah plot utama dari The Guys, tapi selain itu ada cerita mengenai Alif yang sedang PDKT dengan gebetannya Amira (Pevita Pearce) yang ternyata adalah anak dari bosnya, ada juga cerita Bapak Jeremy yang menyukai Ibunya Alfi, Yana (Widyawati Sophiaan). Bisa dikatakan ada 4 plot cerita: Kisah Alif ingin meraih mimpinya menjadi bos, kisah persahabatan keempat rekan kerja tersebut yang mereka namakan sebagai perkumpulan The Guys, kisah percintaan Alif dan Amira, lalu yang terakhir kisah percintaan Bapak Jeremy dan Ibu Yana. Hal ini yang menyebabkan fokus cerita menjadi tidak jelas dan terlalu banyak unsur-unsur yang mau diceritakan.

C48i1HsVUAASY32

Kisah inspirasi dalam meraih mimpi diperlihatkan bagaimana di awal film dimulai adalah ketika Alif ingin menggapai mimpinya, tapi sepanjang film, kecuali di akhir tidak diceritakan bagaimana cara Alif menggapai mimpinya. Lalu tiba-tiba saja di akhir dengan mudahnya penulis naskahnya yaitu Raditya Dika memberikan konklusinya!

Percintaan Alif dan Amira menggunakan formula yang sering digunakan oleh film-film Dika lainnya. Cowok kutu buku, culun, baik hati dan sering gagal dalam kisah asmaranya mendekati sosok seorang cewek yang terkenal dan cantik. Awalnya sebenarnya cukup manis apalagi saat Alif dan Amira berjalan-jalan ke beberapa tempat dan disuatu adegan terasa semakin hangat berkat lagu berjudul Bila Bersamamu ciptaan Nidji. Tetapi jelas karena banyaknya cerita yang dijejalkan maka membuat cerita ini menjadi kurang pendalaman. Begitu juga dengan percintaan Bapak Jeremy dan Ibu Yana yang sebenarnya bisa dijelajahi dengan lebih mendalam, bagaimana hubungan mereka yang sama-sama sudah tidak bersama pasangannya masing-masing itu tidak nampak suatu drama yang kuat, yang ada hanyalah sisi humornya saja. Penampilan komedi dari Tarzan patut diacungi jempol, begitupula dengan akting artis gaek Widyawati Sophiaan yang begitu sempurna dalam memerankan seorang ibu dari Dika sekaligus memberikan chemistry yang hangat dan mengikat bersama dengan Tarzan. Sayangnya naskahnya lagi-lagi tidak mampu menyokong akting bagus keduanya tersebut.

Hal yang paling fatal adalah ketiga sahabat dari Alif yang sangat minim diberikan ruang untuk mengembangkan karakternya. Bisa dikatakan one-dimentional character. Praktis hanya Sukun saja yang karakternya cukup menarik. Raditya Dika sepertinya terlalu mementingkan egonya dengan menghiasi hampir di setiap adegan. Menyebabkan adegan di akhir antara mereka tersebut tidak mengena, karena hanya diucapkan saja tanpa diperlihatkan adegan-adegan yang membuat hal tersebut menjadi masuk akal. Seharusnya judul film ini menjadi Raditya Dika and The Guys.

Cuplikan-adegan-di-film-The-Guys-Instagram-@raditya_dika

Diluar hal-hal diatas penampilan yang baik dari Pevita Pearce, Tarzan, Widyawati Sophiaan dan Pongsiree Bunluewong menyelamatkan film ini. Ironisnya Raditya Dika berakting sekali lagi biasa saja. Dari sejak film pertamanya yaitu Kambing Jantan, aktingnya memang seperti itu, tidak jelek, tidak juga bagus. Beberapa komedinya sebenarnya cukup mengocok perut, walau tentu masih tergolong generik filmnya Raditya Dika yang masih slap stick dengan memperolok diri sendiri. Keputusannya untuk rehat sejenak dari dunia perfilman mungkin menjadi preseden yang baik mengingat 2 film terakhirnya kualitasnya kurang bagus, walau sebenarnya dalam 1-2 tahun terakhir ini, kualitas penyutradaraan dan penulisan skenarionya makin dewasa dan makin baik. Terlihat dari Koala Kumal yang sangat mengena tentang komedi patah hati. Semoga saja Raditya Dika kembali lagi membuat komedi tentang patah hati dan move on yang menjadi spesialisasinya. Dan tentu terus berkarya lewat stand up comedy dan menulis buku, karena bagi saya bakat utama dia ada pada kedua hal tersebut!

Final Verdict:

Kebingungan ingin fokus di kisah inspirasi, persahabatan atau cinta. Akhirnya menjadi tanpa arah dan lemah di berbagai sisi. Hal yang paling menggangu adalah ketiga teman kerja Raditya Dika yang karakternya sangat kurang pendalaman. Raditya Dika sekali lagi menjadi one man show sehingga seharusnya judul film ini menjadi Raditya Dika and The Guys. Tapi semuanya itu tertolong oleh kualitas akting Pevita Pearce, Tarzan, Widyawati Sophiaan dan Pongsiree Bunluewong dan beberapa humornya yang dapat mengocok perut penontonnya.

Trailer The Guys Raditya Dika:

Loading...