Maudy Ayunda dan Pemandangannya Sangat Cantik. Namun hanya itu saja, Esensi dari Bukunya Kurang Diperlihatkan dengan Baik
6Overall Score
Reader Rating 1 Vote
7.0

Trinity menjadi inspirasi saya untuk berpetualang ke tempat-tempat di seluruh dunia maupun Indonesia yang jarang dijamah oleh turis. Walaupun saat ini masih sedikit, tapi setiap tahunnya ada beberapa tempat baru yang saya kunjungi. Saya memang membaca semua buku dari Trinity dari yang Naked Traveler 1-7, sampai membaca komik Trinity dengan temannya Erastiany yang berjudul “Duo Hippo Dinamis” yang menceritakan perjalanan ke Turki. Begitu mengetahui film ini akan dibuat tentu senang karena bisa melihat secara visual bagaimana perjalanan seru, menyenangkan, inspiratif dan tentunya nekat. Tapi agak skeptis melihat sinopsis yang jauh berbeda dengan di buku dan tentunya Maudy Ayunda yang berbeda 180 derajat dengan karakter Trinity.

Trinity (Maudy Ayunda) adalah seorang wanita karir pada umumnya yang bekerja di kantor. Hobi Travelingnya menyebabkan dia sering mengambil cuti dan tentu berakibat juga pada performa di kantor dan disinisin oleh bosnya (Ayu Dewi).

MV5BZDQ4OTUwYjAtNjNhNi00ZDFiLTg3ODItNGY5OTBhZjFjNmVlL2ltYWdlXkEyXkFqcGdeQXVyMzMzNjk0NTc@._V1_

Loading...

Dapat dikatakan ada 2 plot utama cerita yang sebenarnya tidak saling berhubungan. Trinity berjalan-jalan ke Filipina bersama kedua temannya, Yasmin (Rachel Amanda), Nina (Anggika Bolsterli) dan sepupunya yang nyentrik sekaligus konyol dan kocak, Ezra (babe Cabita). Plot lainnya adalah kisah cintanya dengan fotografer yang memiliki hobi traveling juga bernama Paul (Hamish Daud). Ada masalah dari segi plot dan penceritaan. Plotnya terlalu lemah, sisi penceritaannya pun tidak mulus. Apa yang diberikan oleh Mr. X terkesan too good to be true. Apalagi yang menganggu saat Trinity dan Mr. X saling berbalas email dengan menggunakan Caps Lock. Memangnya tidak bisa dibesarkan saja tulisannya agar penonton bisa membacanya di layar bioskop, tanpa perlu Caps Lock semua?

Sebenarnya tidak ada yang salah jika sebuah film berdasarkan novel/komik tidak setia kepada sumber aslinya, karena memang adalah film dan buku adalah dua media yang berbeda sehingga representasinya harus disesuaikan. Tetapi celakanya film yang berjudul Trinity, The Nekad Traveler (Diubah menjadi Nekad, karena kata Naked terlalu vulgar) ini di beberapa adegan terkesan antipati. Pada adegan saat Trinity menggunakan Google untuk mencari tempat di Makassar misalnya saat dia ketinggalan pesawat, seharusnya menurut buku Trinity lebih nyaman dalam menggunakan buku Lonely Planet, bahkan salah satu penulis buku Lonely Planet pun juga pernah memberikan review kepada buku Trinity. Hal lain adalah saat suatu adegan film saat Trinity mengatakan “sekali-kali makan di fancy dining“, sebuah antipati karena mengingat Trinity sangat suka dengan hawker/street food, bukan dengan makanan fancy atau khas hotel yang biasanya rasanya sudah disesuaikan dengan lidah orang asing. Jadi citarasa aslinya sudah hilang. Terakhir saat ada adegan dimana Trinity memakai high heels yang tinggi, Trinity tidak menyukai menggunakan pakaian resmi apalagi memakai high heels yang kesannya girly dan wanita banget.

Pemilihan Maudy Ayunda jelas miscast, sosok Maudy begitu manis, kalem dan sangat cantik berbeda dengan Trinity yang cuek, ceplas-ceplos, nyablak, gokil, independen dan adventurous. Walau dalam beberapa adegan dia terlihat seperti Trinity, tapi beberapa adegan lain dia seperti Maudy Ayunda, apalagi saat beradu akting dan memperlihatkan kemesraan bersama Hamish Daud, ini tidak Trinity banget. Terkadang pula Maudy trying too hard untuk menjadi Trinity. Akting terbaik diperlihatkan Ayu Dewi sebagai bosnya Trinity, tatapan sinisnya dan celetukannya saat Trinity meminta cuti sungguh priceless dan menghadirkan tawa yang kencang. Hal yang terbaik dalam film ini adalah bagaimana sosok asli dari Trinity yang sempat muncul menjadi cameo yang tentu akan membuat fans dari bukunya menjadi sedikit terpuaskan.

Maudy-Ayunda-e1489135756479_11_201703171801097DNuX0

Jalan cerita yang ditambahkan sisi percintaan dan dipilihnya Maudy Ayunda memang beralasan untuk lebih menarik minat penonton yang tidak membaca bukunya. Tidak terbayang jika dipilih artis yang karakternya mirip dengan Trinity aslinya dan tentu film ini mungkin akan berubah menjadi film petualangan yang dibumbui lebih banyak komedinya dan pasti sama sekali tidak ada adegan percintaannya. Sisi percintaannya sendiri kurang dapat chemistrynya, walau sebenarnya visual yang dihadirkan saat di Maldives apalagi saat malamnya itu benar-benar cantik. Sehingga Hamish Daud hanya menjadi tempelan dan pemanis saja.

Diluar dari itu semua, beberapa esensi dari Trinity diucapkan dan diperlihatkan. Seperti “Traveler itu berbeda dengan turis, traveler adalah sosok seorang yang menikmati perjalanan itu dan sering mengeksplorasi tempat-tempat yang jarang dijamah oleh kebanyakan orang”. Beda halnya dengan turis yang sering foto-foto, Trinity tidak. Dia lebih sering merasakan, melihat dan menikmati perjalanan itu sendiri. Dan tentu cara cari tiket murah dan yang terpenting adalah “Ke mana pun kaki melangkah tetap saja Indonesia akan menjadi rumah”. Ya, Trinity sangat mencintai Indonesia berkat keindahan alam yang tiada tara dan saya pun memang sangat setuju. Apalagi pada film ini diperlihatkan keindahan alam yang spektakuler di Rammang-Rammang (Makassar), Way Kambas dan Pantai Karang Gigi Hiu (Lampung), Labuan Bajo (NTT) dengan bantuan teknologi drone.

Final Verdict:

Lumayan menghibur dan lucu. Maudy Ayunda dan pemandangannya sangat cantik. Tapi itu saja, plotnya lemah, penceritaannya tidak mulus dan cerita film ini tidak setia dengan bukunya, celakanya malah beberapa adegan terkesan antipati dengan esensi dari bukunya. Memang beralasan pemilihan Maudy Ayunda yang miscast dan menambahkan drama percintaan supaya filmnya dapat diterima oleh penonton luas. Seharusnya film ini cukup diberikan judul “The Traveler” saja. Walau begitu, esensi tentang “Traveling dan perbedaannya dengan turis” dan yang terpenting adalah “Ke mana pun kaki melangkah tetap saja Indonesia akan menjadi rumah”, terasa cukup mengena. Memang benar sekali keindahan alam Indonesia tiada taranya dan terlihat jelas diperlihatkan melalui keindahan nan spektakuler di Rammang-Rammang (Makassar), Way Kambas dan Pantai Karang Gigi Hiu (Lampung), Labuan Baju (NTT).

Sumber Foto: 7 Bintang Sinema

Loading...