Sebuah horror di dalam kehidupan bersosial, sayangnya horror astralnya hanya sebentar
7Overall Score

Perfilman Iran sempat menyeruak ke permukaan di tahun 2011 dengan film A Separation yang mendapatkan Piala Golden Globe dan Nominasi Oscar. Bagi sebagian orang mengira Under The Shadow adalah film dari Iran. Walaupun disutradarai oleh Babak Anvari yang seorang kelahiran Iran, tetapi karena didanai oleh Britania Raya, Yordania dan Qatar, sehingga tidak bisa dikatakan film dari negara tersebut.

Berlatar Revolusi Iran 1979 dan perang Iran – Irak di Tahun 1980 an. Under The Shadow mengisahkan tentang Shideh (Narges Rashidi), Ibu dengan 1 anak perempuan Dorsa (Avin Manshadi) yang masih kecil di usia pertumbuhan. Shideh ditolak untuk meneruskan karir kedokteran dia karena masa lalunya yang pernah menentang pemerintah. Suaminya seorang dokter dikirim ke medan. Sehingga tingal Shideh dan Dorsa yang masih menetap di Tehran, walaupun Shideh sudah diminta oleh suaminya untuk mengungsi.

Shideh digambarkan seorang wanita yang independen, berpendirian teguh dan berusaha menjalani kehidupan dengan gayanya di tengah kekangan dari pemerintah yang mengharuskan seorang wanita patuh pada peraturan-peraturannya. Berbusana seperti layaknya perempuan Eropa dan menonton aerobik dari Jane Fonda inilah yang kerap menjadi permasalahan dan menjadi horror yang menurut dia membuat ia terkekang. Ditambah dengan hilangnya boneka Dorsa yang katanya diambil oleh Jin yang datang dikala ada ketakutan dan kecemasan. Semakin menambah kengerian dari perang yang berkecamuk.

Loading...

Akting dari Narges Rashidi cukup baik dalam memperlihatkan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, layaknya seperti di film The Babadook yang tentang seorang ibu dan anak. Avin Manshadi sebagai seorang anak yang cemas dalam mencari bonekanya dan sering melihat dan berkomunikasi dengan makhluk Astral tersebut juga berakting bagus.

Film ini tidak banyak menampilkan adegan-adegan setan/hantu, namun cukup dengan kain yang terbang dan penampakan yang minimalis dapat membuat bulu kuduk merinding. Namun sayangnya kengerian baru terasa di 20-30 menit akhir. Selebihnya lebih diberikan kengerian perang, kekangan dari pemerintah dan lingkungannya yang mengharuskan bagaimana seorang wanita/ibu bersikap. Apa yang diperlihatkan oleh Babak Anvari sebenarnya cukup berbeda dengan menampilkan horror yang bukan lagi tentang hantu/setan, tetapi horror di kehidupan sosial, apalagi penonton juga menjadi bertanya-tanya apakah Jin tersebut nyata atau hanya dalam pikiran Shideh saja, tapi sekali lagi kurang dari durasi untuk menakut-nakutinya dan kurang klimaks dalam memberikan suatu kengerian.

Loading...