Satu hal yang tidak dapat terlupakan setelah menonton Aruna dan Lidahnya adalah makanan khas Indonesia. Sepanjang film, penonton bakal disuguhkan dengan kuliner dari berbagai kota mulai dari Pamekasan hingga Singkawang. Lalu, makanan apa saja sih yang hadir dalam Aruna dan Lidahnya? Simak di bawah ini!

Nasi Goreng

makanan di aruna dan lidahnya

Courtesy of framboise/Flickr

Dalam film Aruna dan Lidahnya, demi mencari resep nasi goreng kesukaan buatan mboknya, Aruna (Dian Sastrowardoyo) rela mencoba nasi goreng dari berbagai kota yang disinggahinya. Bagaimana tidak, makanan yang satu ini bisa dibilang hampir menjadi favorit semua orang dan dapat ditemukan hampir di setiap tempat. Paduan nasi dan kecap yang digoreng ini selalu hadir dengan berbagai pilihan topping seperti telur, daging, seafood, dan kerupuk. Tak heran, Nasi Goreng pun menempati posisi kedua makanan terenak di dunia versi CNN pada tahun 2017 lalu.

Loading...

Sop Buntut

makanan di aruna dan lidahnya

Courtesy of Ratih Qashrina/Flickr

Membuka film Aruna dan Lidahnya, Aruna terlihat menyampaikan filosofinya tentang makanan dan memasak adalah sebuah proses sambil mengaduk Sop Buntut! Adapun hidangan tersebut terdiri dari potongan ekor sapi yang telah dibumbui dan dibakar/digoreng dimasukkan ke dalam kuah kaldu sapi. Kata Aruna, kalau masaknya benar, dagingnya pun akan lepas dengan sempurna!

Supaya semakin lengkap, sop tersebut pun direbus dengan irisan kentang, wortel, tomat, daun bawang, seledri. Tak lupa, cita rasa tersebut pun diperkuat dengan bawang merah, bawang putih, dan rempah-rempah lokal, seperti merica, pala, dan cengkeh.

Rawon

makanan di aruna dan lidahnya

Courtesy of mat_gebu/Flickr

Sesampainya di destinasi pertama, makanan pertama yang dicicipi oleh Aruna dan Bono (Nicholas Saputra) adalah Rawon. Adegan ini pun menandai kali pertama empat karakter utama termasuk Nadezhda (Hannah Al Rashid) dan Farish (Oka Antara) dalam satu meja makan.

Adapun, Rawon merupakan sup daging sapi berkuah hitam dengan campuran bumbu seperti bawang merah, bawang putih, lengkuas, ketumbar, serai, kunir, lombo, kluwek, garam dan minyak nabati. Disajikan dengan tauge kecil, daun bawang, kerupuk udang, empal dan sambal, Rawon sangat cocok dimakan bersama dengan nasi. 

Soto Lamongan

makanan khas indonesia aruna dan lidahnya

Courtesy of William Chen/Flickr

Usai mendengar tuturan salah satu pasien terduga Flu Burung mengenai Soto Lamongan buatan istrinya, Aruna yang tak kuasa menahan godaan tersebut langsung menyantap hidangan khas dari kota Lamongan tersebut.

Yang membuat Soto Lamongan berbeda dengan soto lainnya adalah taburan koya dan potongan daging ayam yang menyamping. Tidak memakai santan atau susu, Soto Lamongan menggunakan rempah kunyit untuk memberikan warna kuning pada kuahnya. Tak lupa, kuah tersebut dilengkapi dengan potongan kol dan daun bawang.

Rujak Soto

Courtesy of rizky dwiandra/Flickr

Makan soto atau rujak sayur saja bisa dibilang merupakan hal yang sudah biasa. Namun, uniknya di Jawa Timur tepatnya di Banyuwangi terdapat makanan khas yang merupakan paduan unik dari kedua makanan tersebut yaitu Rujak Soto.

Sesuai dengan namanya, rujak sayur ini dihidangkan berbagai pilihan soto mulai dari soto daging, soto babat hingga soto ceker. Tentunya, paduan keduanya menghasilkan rasa khas antara soto dengan aroma terasi dari rujak.

Dalam Aruna dan Lidahnya, Aruna yang merasa ada satu hal yang hilang dari lidahnya pun mengomentari Rujak Soto sebagai hidangan yang dipaksa untuk menyatu sembari membandingkan hubungannya dengan Farish.

Kacang Kowa

makanan di aruna dan lidahnya

Courtesy of amazingindonesiafood/Instagram

Melanjutkan dinasnya di Surabaya, Aruna dan Farish tidak lupa mencoba salah satu makanan khasnya yaitu Kacang Kowa. Paduan kacang kedelai dengan kuah jahe bersantan ini pun dinikmati dengan mantap oleh Aruna dengan cakwe.

Campor Lorjuk

makanan di aruna dan lidahnya

Courtesy of Mulyati Asih/Blog

Kalau kamu berkunjung ke Pamekasan, kuliner wajib yang harus dicoba adalah Campor Lorjuk. Hal ini pun dikarenakan kerang lorjuk cukup langka dan hanya dapat ditemukan di daerah tersebut. Tentunya, Aruna dan kedua sahabatnya langsung mencicipi Campor Lorjuk bergitu tiba di Pamekasan, Madura.

Mirip dengan kerang bambu, Lorjuk disajikan dengan lontong, soun, remahan keripik khas Madura dengan siraman kuah merah dan kecambah dalam hidangan Campor Lorjuk. Supaya rasanya lebih nendang, Campor Lorjuk bisa dimakan dengan sambal cabe giling dan kecap.

Bakmie Kepiting

makanan di aruna dan lidahnya

Courtesy of majalah forbes/Flickr

Setelah kuliner khas Pulau Jawa, kali ini makanan yang satu ini datang dari Pulau Kalimantan tepatnya di Pontianak. Tidak tanggung-tanggung, sesuai dengan namanya seporsi mie ini disajikan dengan capit kepiting. Sajian ini pun semakin menggugah selera dengan pelengkap seperti bakso ikan, udang dan kerupuk pangsit! Gak heran, begitu mencicipinya senyum bahagia pun langsung terlihat di keempat karakter utama Aruna dan Lidahnya.

Buat kamu yang mau mencicipinya, sebaiknya bertanya terlebih dahulu tentang halal tidaknya karena beberapa di antaranya ada yang menggunakan daging Bak sebagai toppingnya.

Pengkang

makanan di aruna dan lidahnya

Courtesy of listia_19/Flickr

Selain Bakmie Kepiting, kuliner khas yang harus kamu coba ketika berkunjung ke Pontianak adalah Pengkang. Yang membedakan hidangan ini dari lemper adalah isinya yang menggunakan ebi dan lobak asin dan dibuat dengan bentuk segitiga. Disebut sebagai perpaduan yang brilian oleh Bono, makanan yang dibakar di atas bara api ini terasa makin lezat jika disantap dengan sambal kepah.

Choi Pan

makanan di aruna dan lidahnya

Courtesy of Viacheslav Dalecourt/Flickr

Jika Pontianak punya Pengkang, maka Singkawang memiliki Choi Pan sebagai makanan andalannya. Tentu, sebagai pecinta makanan kesempatan untuk mencicipi Choi Pan pun tidak dilewatkan oleh Aruna ketika berkunjung ke Singkawang.

Dimasak dengan cara kukus, paduan kulit tepung beras ini dapat dinikmati dengan tiga jenis isi sesuai selera yaitu bengkuang, kucai dan talas. Disajikan dengan bawang putih goreng di atasnya, kelezatan dan kelembutan Choi Pan akan semakin terasa jika dimakan dalam keadaan hangat!

Loading...