26-29 November 2008 di Mumbai, India menjadi salah satu hari-hari terkelam dalam sejarah India. Terjadi serangan teroris yang terkoordinasi sedemikian rupa yang menyerang tempat-tempat penting seperti stasiun kereta api, 2 hotel bintang lima, kafe, rumah sakit, gedung komunitas Yahudi dan kantor polisi yang menewaskan 174 orang, termasuk 9 teroris dan lebih dari 300 orang cedera. Dari itu semua serangan di hotel bintang 5 di Taj Mahal Palace yang menyita perhatian publik di seluruh dunia.

Sinopsis:

Diangkat dari kisah nyata, Hotel Mumbai menceritakan peristiwa yang terjadi pada tanggal 26 November 2008 yaitu serangan membabi buta dari teroris Pakistan di Hotel Taj Mahal Palace. Arjun (Dev Patel) yang sedang bertugas di salah satu restoran hotel berupaya menyelamatkan para tamu restorannya dengan mengajak mereka untuk masuk ke ruangan Chambers Lounge. Ruangan tersebut merupakan tempat teraman di hotel dan sulit ditembus, bahkan oleh peluru sekalipun. Para tamu-tamu itu terdiri dari David (Armie Hammer) yang berasal dari Amerika Serikat yang mempunyai istri Zahra (Nazanin Boniadi) yang berdarah Inggris – Iran, Vasilli (Jason Issacs) yang kaya raya, playboy, memiliki tubuh atletis dan merupakan orang penting dari Rusia. David dan Zahra sendiri meninggalkan bayinya dengan pengasuhnya bernama Sally (Tilda Cobham-Hervey) di kamar hotel.

Loading...

Sementara itu selagi menunggu pasukan khusus untuk menyelamatkan para sandera yang berada jauh di New Delhi yang berjarak lebih dari 1000 killometer, seorang inspektur polisi dan beberapa anak buahnya dengan senjata seadanya memberanikan diri untuk masuk ke dalam hotel untuk menyelamatkan para tawanan dan melawan para teroris yang menggunakan senjata otomatis AK-47 dan granatnya.

Baca Juga: Menegangkan, Ini 10 Film Tentang Teroris Terbaik yang Tidak Boleh Dilewatkan!

Review:

Hotel Mumbai membuat jantung penonton berdegap kencang sejak awal-awal film. Tanpa basa-basi, penonton disuguhkan suasana genting dan kacau yang terjadi di pusat kota Mumbai saat berbagai tempat penting diserang dan dibom sehingga menimbulkan kebingungan dan kepanikan masa. Puncaknya adalah serangan di Hotel Taj Mahal Palace yang sungguh membabi buta, tidak ada belas kasihan dan tidak berkeprimanusiaan.

Penonton dibuat cemas bagaimana para penghuni dan para staf hotel harus menghindari para teroris seperti ibaratnya kucing dan tikus untuk dapat masuk ke dalam Chambers Lounge yang dikatakan tempat teraman di hotel Taj Mahal Palace. Jika sudah di Chambers Lounge-pun penonton kembali dibuat jantungan, jika ada seseorang yang ingin masuk ke dalam Chambers Lounge, apakah dia penghuni hotel atau teroris.

Kekuatan utama dari Hotel Mumbai adalah sisi humanisme dan heroismenya dan ditampilkan secara realistis, apa adanya dan berdarah-darah dengan beberapa gaya shaky-cam-nya Paul Greengrass oleh sutradara debutan Anthony Maras. Tercatat setengah lebih dari korban tewas merupakan staf hotel yang berusaha melindungi para tamu dan lebih banyak memilih mati daripada membuat tamu hotel celaka. Para staf hotel memang diajari slogan di Hotel Taj Mahal yaitu “Tamu adalah dewa”. Berbagai perilaku heroik para staf hotel ini mampu membuat penontonnya menjadi kagum, sebegitu tanggung jawabnya kepada tamunya sendiri yang bukan merupakan keluarga mereka, padahal keluarga mereka sudah menunggu di rumah. Mereka yang banyak sudah mengabdi selama puluhan tahun, menganggap Hotel Mumbai sudah merupakan rumah kedua bagi mereka.

Biasanya para teroris digambarkan dengan one-dimensional sebagai sosok yang kejam, bengis, radikal dan tidak kenal ampun. Dalam Hotel Mumbai diperlihatkan juga sisi humanisme dari mereka. Para teroris dari Pakistan ini masih remaja, kebanyakan masih lugu dan miskin, sehingga dengan mudah terpapar radikalisme. Walau begitu mereka masih mempunyai akal sehat dan nurani, tidak seperti bos mereka yang terus memintanya melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran. Momen-momen menyentuh hati lainnya saat salah satu teroris menelepon keluarganya, apakah uang upah melakukan kejahatan teroris sudah diterima oleh keluarganya atau tidak. Hal ini memberikan statement, selain karena ajaran yang menyimpang, terdapat pula masalah ekonomi yang melahirkan bibit-bibit radikal.

Tidak sedikit film-film tentang teroris maupun penyanderaan yang hanya berfokus pada adegan aksi saja sehingga tidak ada investasi emosi penonton terhadap setiap karakter korban. Belum lagi, biasanya ada satu sosok jagoan yang menyelesaikan masalah ini, sehingga kesannya one-man show. Hotel Mumbai mampu membuat penontonnya peduli dengan semua karakter tamu hotel, para staf hotel maupun polisi-polisi pemberani yang diperkenalkan di film Hotel Mumbai. Terlebih kepada 3 sosok pekerja di hotel yaitu manager hotel, kepala chef bernama Hemant Oberoi dan staf dari kepala chef yaitu Arjun. Manager hotel masih tetap melayani para tamunya dengan pelayanan bintang lima, dia juga turut menenangkan para tamunya itu di Chambers Lounge. Kepala chef, Hemant Oberoi bertindak sebagai pemimpin untuk menyelamatkan tiap-tiap tamu dan Arjun dengan ketulusan hatinya menyelamatkan para tamu walau taruhannya adalah nyawa.

Investasi karakter lainnya selain dari ketiga pekerja di hotel tersebut ada di sosok pasangan suami istri David dan Zahra sekaligus pengasuh bayi mereka yang harus berjibaku melawan teroris untuk dapat menyelamatkan bayi yang tidak berdosa itu. Terlihat bagaimana kasih sayang dan rasa ketakutan dan kekhawatiran yang sangat kalau-kalau bayi mereka tidak selamat dan selayaknya orang tua, rela mengorbankan nyawa mereka demi bayinya. Tidak disangka juga sosok seorang yang terkesan sangar dan sombong yaitu Vasilli pun mampu membuat penontonnya terikat secara emosi akan dia. Investasi penonton terhadap tiap para karakternya tidak hanya penyutradaraan dan naskah yang baik, tetapi kualitas akting dari para pemainnya khususnya Dev Patel sebagai Arjun, Armie Hammer sebagai David, Nazadin Bonaida sebagai Zahra, Jason Isaacs sebagai Vasilli dan Anupam Kher sebagai Hemant Oberoi sang kepala chef.

Ada sebuah statement yang sangat powerful yang ingin disampaikan sutradara Anthony Maras tentang agama atau kepercayaan. Dalam suatu adegan diperlihatkan seseorang yang rela menanggalkan pakaian keagamaannya untuk menolong orang demi alasan kemanusiaan. Ini sebuah hal yang sungguh sulit dilakukan bagi orang-orang konservatif, fanatik dan radikal dilakukan. Statement lainnya adalah prasangka, seseorang berprasangka buruk terhadap penampilan seseorang dikarenakan suku, agama dan atribut-atribut yang dikenakan mereka dan mencap mereka sebagai teroris.

Kesimpulan Akhir:

Tidak hanya sangat-sangat menegangkan, intens dan menyayat hati, film Hotel Mumbai turut menyuguhkan sebuah humanisme dan heroisme dalam sebuah hari-hari terburuk dalam sejarah India. Hotel Mumbai dengan hebatnya juga mampu untuk membuat penontonnya berinvestasi secara emosi terhadap para korban dan bahkan kepada para terorisnya, sehingga peduli dengan setiap karakter-karakter yang diperkenalkan di dalam film.

Hotel Mumbai merupakan sebuah penghormatan kepada para staf-staf hotel yang dengan heroiknya mampu menyelamatkan banyak nyawa para tamunya.

Loading...

Review Film Hotel Mumbai (2019) - Heroisme dan Humanisme dalam Serangan Teror di Hotel Taj Mahal Palace
9Overall Score
Reader Rating 3 Votes
7.2