X-Men: Dark Phoenix merupakan film X-Men terakhir dan menjadi penutup dari perjalanan franchise film X-Men yang dimulai dari tahun 2000. X-Men: Dark Phoenix disutradarai oleh sutradara debutan Simon Kinberg yang sebelumnya lebih sering menjadi seorang produser atau penulis naskah. X-Men: Dark Phoenix mulai tayang reguler sejak hari ini, 14 Juni 2019.

Sinopsis:

Pada tahun 1975, Jean Grey yang berusia 8 tahun secara tidak sengaja menggunakan kekuatan telekinesisnya di dalam mobil yang dikendarai oleh orang tuanya, sehingga menyebabkan kecelakaan yang merenggut nyawa orang tuanya itu. Tidak lama setelah kejadian itu, Professor Charles Xavier (James McAvoy) membawanya ke Xavier’s School for Gifted Youngsters / Sekolah Para Mutan, di mana dia memblokir ingatan masa lalu Jean Grey dan membantunya mengontrol kekuatannya yang sungguh besar itu.

Loading...

Pada tahun 1992, suatu kecelakaan pada proyek angkasa luar yang disebabkan energi seperti matahari itu membuat presiden Amerika Serikat meminta bantuan X-Men untuk dapat menyelamatkan para astronot yang terjebak di luar angkasa. Kejadian itu menyebabkan Jean Grey (Sophie Turner) terkena energi tersebut supaya dapat bekorban untuk menyelamatkan para astronot. Jean Grey tidak meninggal pada peristiwa itu, tetapi malah menjadi semakin kuat. Karena kejadian itu pula Professor Charles Xavier tidak lagi bisa memblokir ingatan masa lalu Jean Grey, sehingga Jean Grey mencoba kembali ke masa lalunya yang muram itu. Kejadian ini dimanfaatkan oleh suku alien D’Bari yang dipimpin oleh Vuk (Jessica Chastain) untuk dapat mengambil kekuatan Jean Grey yang sungguh besar itu.

Review:

Karena film X-Men: Dark Phoenix ini merupakan film terakhir dan menjadi perpisahan untuk para fans X-Men yang telah menemani sejak tahun 2000 itu, tentu ekspektasi penonton menjadi lebih besar. Namun film X-Men: Dark Phoenix ini tidak ubahnya menjadi film standalone atau seperti film yang berdiri sendiri dengan ceritanya sendiri tanpa benang merah yang cukup ke film-film sebelumnya, tidak terlihat seperti sebuah film pamungkas. Film ini terlalu berfokus pada karakter tokoh Jean Grey / Dark Phoenix tanpa mempedulikan nasib tokoh lainnya. Bahkan kematian salah satu tokoh terpenting dalam franchise X-Men hasilnya menjadi hambar.

Naskahnya jelas menjadi salah satu kelemahan terbesar dalam film ini. Naskahnya tidak mampu membuat penontonnya peduli dengan setiap karakter yang terdapat di dalam film, naskahnya tidak mampu membuat dialog-dialog yang menarik dan masuk akal, naskahnya tidak mampu membuat cerita yang berbobot, naskahnya pun tidak mampu untuk membangun motivasi karakter yang masuk akal. Diperburuk dengan penyutradaraan dari Simon Kinberg yang kualitasnya lebih buruk dari naskahnya. Walau begitu, naskahnya masih cukup mengena dalam menyampaikan pesan mengenai orang-orang terbuang atau terpinggirkan yang selama ini menjadi tema utama dari film X-Men.

Ada sempilan tentang feminisme atau women empowerment yang tidak pas dalam X-Men: Dark Phoenix, saat itu Raven mengatakan kepada Professor Charles Xavier “You might want to consider changing the name to the X-Women.”. Namun sayangnya penonton tidak melihat aksi nyatanya, hanya berupa kata-kata saja.

Tidak banyak homagehomage yang mengingatkan penonton akan film-film sebelumnya, hanya ada 1 adegan di akhir film sehingga kesannya antiklimaks. Begitu juga dengan adegan aksinya yang serba tanggung, hanya adegan penyelamatan astronot dan adegan pamungkasnya yang cukup lumayan menghibur. Sutradara Simon Kinberg tidak mampu memanfaatkan budget ratusan juta dollar itu, malah membuatnya seperti film kelas B atau sebuah episode di serial tv. Diperburuk lagi Simon Kinberg tidak mampu bertutur dengan baik, sehingga guliran cerita menjadi tersendat-sendat, hambar dan membosankan.

Untungnya akting dari James McAvoy dan Michael Fassbender masih menarik untuk disimak, masih menarik melihat interaksi keduanya yang sebenarnya memiliki tujuan sama, namun dengan cara yang berbeda.

Jessica Chastain disia-siakan di sini, karakternya yang seperti biasa dalam film-film lainnya cukup ruthless dan keras itu, tapi karakternya dalam film X-Men: Dark Phoenix terasa one-dimensional. Sophie Turner yang berperan sebagai Jean Grey pun seperti itu, sepanjang film penonton hanya dapat melihat kesakitan dan beban dia dalam mengemban kekuatan besar yang mematikan itu, tetapi tidak pernah bisa menyelami lebih dalam mengapa dia bisa menjadi sebagai sosok yang sedemikian tragis itu.

Harapan kedepannya, Disney yang telah membeli sepenuhnya rumah produksi Fox dapat membangkitkan kembali franchise X-Men ini dan seharusnya juga mampu untuk menggabungkannya masuk dalam Marvel Cinematic Universe dan berharap akan adanya penggabungan antara The Avengers, X-Men dan juga Fantastic Four.

Kesimpulan Akhir:

Sebuah penutup franchise X-Men yang kurang memuaskan, naskahnya lemah, penyutradaraannya buruk, bahkan unsur-unsur hiburannya pun cukup minim. Menonton X-Men: Dark Phoenix terasa hambar, membosankan dan antiklimaks dan menjadi film dari franchise X-Men yang paling mengecewakan.

Namun untungnya akting dari James McAvoy dan Michael Fassbender masih cukup baik dan masih cukup menarik juga melihat interaksi mereka berdua. Pesan mengenai orang-orang outsider atau terbuang juga masih cukup mengena. Dan lagi setidaknya ada 2 adegan yang sebenarnya cukup menghibur.

Loading...

Review Film X-Men: Dark Phoenix - Kisah Penutup dari Franchise X-Men yang Antiklimaks
5Overall Score
Reader Rating 0 Votes
0.0