Denny TjiputraPembuatan Solo: A Star Wars Story banyak menemui kendala dalam masa produksinya. Pemecatan sutradara Phil Lord dan Christopher Miller yang mendadak karena mereka ingin membuat film Solo: A Star Wars Story dengan visi yang lebih unik dan tidak konvensional sehingga membuat produser tidak menyukai tone film yang mereka buat. Setelah pemecatan itu, dipilihlah sutradara gaek Ron Howard yang akhirnya melakukan re-shoot sampai dengan 70% adegan dari seluruh film yang telah ada sehingga biaya yang dikeluarkan mencapai $250 juta dollar, ini merupakan hal yang besar karena Solo: A Star Wars Story hanya merupakan sebuah film spin-off, bukan film Star Wars yang utama. Pemilihan Alden Ehrenreich juga menimbulkan kontroversi pula karena dia tidak mirip dengan Han Solo-nya Harrison Ford, puncaknya adalah disewanya acting coach oleh pihak produser karena akting dari Alden Ehrenreich yang kabarnya mengecewakan.
Han Solo (Alden Ehrenreich) seorang pencuri muda yang hidup di planet Corellia yang miskin. Dia melakukan aksinya dengan kekasihnya, Qi’ra (Emilia Clarke). Malangnya, pada sebuah aksi pencurian, Qi’ra tertangkap, sehingga mereka harus berpisah. Solo berjanji untuk menyelamatkan Qi’ra dengan masuk ke Empire untuk menjadi seorang pilot. Merasa apa yang diperbuat Empire tidak sesuai dengan pemikirannya, Solo kemudian bergabung dengan sekelompok pencuri yang dipimpin oleh Tobias Beckett (Woidy Harrelson). Dari situlah dia bertemu dengan sahabat-sahabatnya wookie Chewbacca (Joonas Suotamo) dan seorang penjudi Lando Calrissian (Donald Glover) yang sudah kita kenal pada film-film Star Wars sebelumnya.
Ron Howard membuat Solo: A Star Wars Story menjadi sajian heist movie dari awal hingga akhir dibalut dengan sebuah origin story dan cerita tentang pencarian jati diri. Aksi-aksi yang dipimpin oleh Tobias Beckett (Woidy Harrelson) dibantu Solo, Chewbacca, Val (Thandie Newton) dan Rio (Jon Favreau) memacu aderenalin penonton dan memberikan suasanya yang sangat fun. Suasana menyenangkan ini agak jarang penonton dapatkan di film Star Wars VII – VIII atau pun Rogue One yang gritty itu.
Han Solo yang kemunculannya pertama kali pada Star Wars IV, memberikan warna seorang jagoan khas film Hollywood. Sosok Han Solo ini sangat pas diperankan oleh Harrison Ford, tentu membuat beban di pundak Alden Ehrenreich semakin berat. Alden Ehrenreich memberikan energi, semangat dan gaya santainya dengan tidak terjebak untuk mereplikasi atau mengimitasi dari sosok Han Solo-nya Harrison Ford. Tapi hal ini menimbulkan kekecewaan tersendiri bagi penonton yang sudah kadung akan sosok Han Solo-nya Harrison Ford. Kemudian yang kurang adalah punchline dari one-liner humor khas dari Harrison Ford, bahkan secara keseluruhan Solo: A Star Wars Story terasa cukup kering akan humor yang baik. Hanya dari sosok droid milik Lando, L3-37 (Phoebe Waller-Bridge) yang cukup mencuri perhatian dengan gaya lemah gemulainya itu.
Tidak lengkap rasanya jika sosok Han Solo tidak dikaitkan kepada sosok Chewbacca yang sudah menjadi teman terbaiknya pada film Star Wars IV – VII dan sosok Lando yang menghianatinya di Star Wars V. Tapi agak disayangkan hubungan antara Han Solo dan Chewbacca maupun Han Solo dan Lando kurang ditulis dengan baik, sehingga menjadi cukup hambar. Hubungan mereka lebih sering berkaitan saat melakukan segala aksi menantang yang memang cukup menghibur dan terdapat momen-momen seru dan menggelitik lainnya saat Han Solo dan Lando memperebutkan pesawat ikonis Millenium Falcon di meja judi permainan yang dinamakan sabacc.
Final Verdict:
Solo: A Star Wars Story menjadi salah satu film paling menyenangkan dari antara film-film di franchise Star Wars lainnya berkat sajian sekuen aksi yang sungguh menghibur, walau memang masih terdapat beberapa kekurangan khususnya dari segi cerita dan karakter. Sosok Alden Ehrenreich yang sebenarnya tampil energik, bisa jadi kurang memuaskan para fans yang cenderung sudah jatuh hati pada sosok Han Solo-nya Harrison Ford.