Sepak terjang salah satu bos gangster paling terkenal dalam sejarah Amerika Serikat, Al Capone, telah banyak diangkat dalam berbagai film biografi. Mulai dari yang paling klasik, Scarface (1932), hingga sejumlah judul yang dirilis setelah kematian Al Capone, seperti The Untouchables (1987) dan The St. Valentine’s Day Massacre (1967).

Di tahun 2020 ini, sutradara Josh Trank berusaha menawarkan perspektif baru tentang kisah hidup Al Capone dalam film Capone (2020). Alih-alih menyoroti kekejian Al Capone pada masa kejayaannya, film kontemporer ini menampilkan hari-hari terakhir dalam kehidupan sang bos mafia.

Josh Trank, yang namanya pernah melambung lewat film arahannya, Chronicle (2012), menjadi sutradara sekaligus penulis naskah dalam film Capone. Film yang awalnya direncanakan untuk rilis perdana di bioskop ini pada akhirnya diluncurkan secara on demand pada 12 Mei 2020 karena pandemi COVID-19.

Loading...

Tom Hardy memerankan karakter titular Al Capone. Selain Hardy, Capone juga dibintangi oleh Linda Cardellini, Jack Lowden, Noel Fisher, Kyle MacLachlan, serta Matt Dillon.

 

Sinopsis

Capone berfokus pada tahun terahir kehidupan sang bos mafia. Sepak terjang Al Capone sebagai ketua kelompok gangster Chicago Outfit usai setelah ia mendapat hukuman 11 tahun penjara atas dakwaan menghindari pajak. Di usia 40 tahun, ia dibebaskan dengan pengawasan federal karena kondisi kesehatannya yang merosot tajam.

Al Capone menghabiskan masa pensiunnya bersama istri dan keluarga di rumah mewahnya di Florida. Di tahun terakhir kehidupannya, Al Capone yang dulu pernah menjadi sosok mafia keji itu perlahan menderita komplikasi masalah kesehatan yang menjadikan akhir hidupnya sebuah kisah yang cukup tragis.

 

Review

Tom Hardy kembali mengambil peran menantang dan mengerahkan kompetensinya sebagai aktor secara totalitas dalam Capone. Saat akan menonton film ini, buang jauh-jauh bayangan angker Hardy di film Mad Max: Fury Road (2015). Memerankan Capone di usia senja tokoh itu, Tom Hardy tampil sebagai sosok yang sama sekali berbeda.

Al Capone, di usianya yang ke 47, terdegradasi dari sosok mafia keji menjadi seorang pria yang dengan menyedihkan berada di ambang akhir kehidupannya. Penyakit neurosifilis yang tidak tertangani dengan baik sejak ia remaja menjadi sumber penderitaan terbesar Al Capone. Setelah kehilangan fungsi kontrol motorik tubuhnya, Al Capone kembali jadi anak balita yang buang air di sembarang tempat tanpa ia sadari.

Masalah kesehatannya diperparah dengan penyakit demensia yang membuat Al Capone sering mengalami halusinasi mengerikan tentang masa lalunya. Kewarasan Al Capone semakin merosot setelah ia berulang kali dihantui dosa yang pernah ia lakukan di hari-hari mudanya sebagai gangster.

Sesekali, kilasan dari masa lalu ini membuat Al Capone tergerak melakukan kekerasan pada keluarganya sendiri. Menariknya, hubungan pernikahan harmonis antara Al Capone dan istrinya, Mae, juga disisipkan dalam film ini. Ketabahan Mae dalam merawat Al Capone adalah fakta historis yang coba ditampilkan secara akurat oleh film Capone.

Film ini menampilkan banyak close up pada wajah kosong Al Capone yang menerawang jauh, seakan berusaha menggapai memori yang mulai pudar. Saat tidak sedang melamun, Al Capone adalah pria gampang curiga yang sering marah dan mengomel pada para pekerja di rumahnya.

Untuk memerankan Al Capone di film ini, Hardy mengenakan riasan wajah tebal dan kostum yang menggelikan. Al Capone versi Hardy ini berkeliaran di rumah mewahnya dengan jubah mandi sutra yang tak pernah diikat serta popok dewasa.

Adegan Al Capone yang mengisap wortel sebagai ganti cerutu merupakan gimmick yang tidak disertakan dalam trailer film tersebut. Gambaran menggelikan ini seakan dibuat dengan sengaja untuk mengingatkan kita pada karakter kartun Bugs Bunny.

Al Capone yang asli, tentu saja, tak pernah harus mengganti cerutu dengan potongan wortel untuk menghentikan kebiasaan merokoknya. Gimmick ini adalah murni kreativitas Trank. Elemen ironi tersebut pada akhirnya memang berhasil memberikan efek komikal bernuansa gelap brilian yang diinginkan oleh Trank.

Tetapi, Capone bukanlah film yang bisa menjadi favorit segala kalangan penonton. Film ini punya pergerakan alur sangat lambat yang mungkin akan terasa membosankan dan menyiksa bagi sebagian orang.

Meski mengusung genre crime, kita tak akan banyak menemukan adegan sarat aksi, baku tembak, dan ledakan di Capone. Banyak bagian dari film ini yang justru membuatnya lebih menyerupai film bergenre thriller psikologis.

Trank membangun alur cerita yang sangat lepas tanpa kerangka naratif jelas yang mengikat berbagai babak. Satu-satunya pusat cerita dari Capone adalah misteri harta karun sepuluh juta dolar Al Capone yang lokasi persembunyiannya tak lagi diingat oleh sang bos mafia.

Film ini mengajak kita masuk ke dalam jendela pikiran Capone setelah ia pensiun dari bisnis kotornya sebagai mafia lewat cara yang intim dan realistis. Film ini memuat tragedi tentang akhir kehidupan seorang sosok kontroversial.  Walaupun konsep cerita menarik ini serupa dengan Citizen Kane (1941), daya pikat yang sama tak dapat kita temukan dalam film Capone.

Hal ini tentu sangat disayangkan. Sebab terdapat beberapa momen di film Capone benar-benar istimewa dan sulit untuk dilupakan. Momen favorit saya adalah ketika Capone, dengan masih mengenakan jubah mandi, secara membabi buta menembakkan senapan tommy gun emas miliknya ke segala arah.

Kegetiran Al Capone pada kondisi yang ia alami juga sempat digambarkan lewat sebuah momen yang penuh makna simbolik. Ia dengan geram menembak mati seekor buaya yang mencuri ikan tangkapannya. Sedetik kemudian, ia lalu mengalami emotional breakdown karena telah melakukan hal tersebut.

Momen-momen semacam inilah yang membuat Capone sayang untuk dilewatkan, meski film ini tak punya cukup substansi untuk menjadikannya signifikan.

 

Kesimpulan

Capone menjadi versi interpretasi kontemporer terhadap kehidupan Al Capone menggunakan sudut pandang yang berbeda. Film ini memberikan pendekatan yang sedikit lebih intim dan realistis dibandingkan dengan film bergenre crime pada umumnya.

Sayangnya, pilihan Trank untuk membuat alurnya begitu lepas dan minim kerangka naratif justru berpotensi membuat penonton mudah kehilangan fokus dan empati terhadap sang tokoh utama. Secara umum, Capone adalah sebuah film yang berkilau jika dipandang dari luar, namun kekurangan substansi di baliknya.

 

Note: Gulir/scroll ke bawah untuk melihat rating penilaian film.

Loading...

Review Film Capone (2020) – Kisah Tragis Hari-hari Terakhir Bos Mafia Al Capone
7.5Overall Score
Reader Rating 3 Votes
8.1