Setelah besarnya sambutan hangat yang diterima oleh Klaus pada 2019 lalu, Netflix kembali memantapkan langkah mereka dalam menjajaki ranah film animasi melalui The Willoughbys. The Willoughbys merupakan film animasi yang diproduksi melalui kerjasama Bron Animation dan Creative Wealth Media.

Dirilis pada 22 April lalu, The Willoughbys menjadi film animasi orisinal Netflix terbaru yang tayang di layanan streaming tersebut. Film ini disutradarai oleh Kris Pearn yang terinspirasi dari buku berjudul sama karya Louis Lowry. Bersama Mark Stanleigh, Pearn juga menulis naskah adaptasi untuk film ini.

Loading...

Para aktor pengisi suara karakter dalam The Willoughbys meliputi Will Forte, Maya Rudolph, Alessia Cara, Terry Crews, Seán Cullen, dan Ricky Gervais.

Di antara jajaran pemeran The Willoughbys, nama Alessia Cara mungkin akan menarik perhatian tersendiri karena latar belakangnya sebagai penyanyi muda bertalenta. Nah, kabar baiknya, selain mengisi suara karakter, kita akan bisa menikmati suara merdu Cara yang juga membawakan soundtrack utama dalam film ini.

 

Sinopsis

Empat bersaudara Willoughbys—Tim, Jane, dan si Kembar Barnaby—hidup menderita bersama kedua orangtua mereka. Sebab, Mr. dan Mrs. Willoughbys yang terobsesi pada satu sama lain, adalah orangtua yang egois dan sama sekali tidak peduli pada anak-anak mereka.

Willoughbys bersaudara pun berusaha menyingkirkan orangtua mereka dengan mengirim keduanya dalam perjalanan keliling dunia. Tetapi, setelah kedatangan Linda, pengasuh mereka yang eksentrik, semua rencana awal mereka berubah. Willoughbys bersaudara justru terlibat dalam rangkaian petualangan seru untuk mencari keluarga yang sempurna.

 

Review

Saat menonton The Willoughbys, saya merasa seperti menemukan ragam easter eggs yang berbasis pada inspirasi dari sejumlah hal lain. Mulai dari tema besarnya, para karakter, hingga desain visual The Willoughbys seakan mengingatkan pada beberapa film dan ikon budaya populer. Hasil akhirnya justru menjadi perpaduan elemen familiar yang berhasil menyajikan orisinalitas-nya sendiri.

The Willoughbys terasa seperti versi animasi yang jauh lebih ceria dan “ramah anak-anak” dari film Lemony Snicket’s A Series of Unfortunate Events (2004) atau Matilda (1996). Meski Willoughbys bersaudara bukanlah yatim piatu, sebagaimana Matilda maupun Baudelaire bersaudara, ketidakpedulian orangtua mereka telah membuat keempatnya menjadi anak-anak yang mandiri dan kreatif sejak mereka kecil.

Film ini dibuka dengan sebuah peringatan bahwa kisah yang akan diceritakan bukanlah kisah yang “menyenangkan”. Beberapa saat kemudian, kita akan mengetahui bahwa Narator kita adalah seekor kucing jalanan, dengan karakter nakal nan menggemaskan ala Cheshire Cat di Alice in Wonderland (2010).

Apa yang dikatakan oleh si kucing ada benarnya. Meski diberi tempat tinggal dan (terkadang) makanan, Mr. dan Mrs. Willoughbys seakan menganggap bahwa Tim dan saudara-saudaranya tak ada di rumah itu. Mr. Willoughby adalah jenis ayah yang tega menempatkan Tim di ruang pemanas, sementara Mrs. Willoughby selalu menggerutu marah jika Jane menyanyikan lagu.

Oleh karena itu, tak heran apabila Willoughbys bersaudara lebih mendambakan menjadi anak yatim piatu. Mereka mengirim orangtua mereka berkeliling dunia supaya mereka bisa merasakan kebebasan, meski hanya untuk sementara.

Rencana mereka berjalan sempurna hingga kehadiran Linda sang pengasuh. Tak ubahnya Mary Poppins, Linda pun juga membawa payung serupa karakter pengasuh “ajaib” di film Mary Poppins Returns (2018) tersebut.

Kepedulian Linda yang tulus pada anak-anak Willoughbys membuat mereka tergerak untuk mencari keluarga idaman. Tetapi, nyatanya itu bukanlah hal yang mudah. Mereka menjumpai berbagai hambatan yang membuat angan mereka untuk memiliki keluarga sempurna terasa kian sulit dicapai.

Terdengar menyedihkan? The Willoughbys pada dasarnya memang mengusung sebuah tema yang suram tentang keluarga disfungsional. Willoughbys bersaudara menghabiskan seluruh masa kecil tanpa perhatian dan kasih sayang dari orangtua mereka.

Menariknya, sepanjang 92 menit durasi film, kita mungkin nyaris tak akan menyadari hal ini. Sinematografi garapan Sebastian Brodin dipenuhi oleh rona warna-warni yang mencolok dan ceria. Film ini bahkan benar-benar menampilkan pelangi di beberapa bagiannya.

Secara visual, animasi The Willoughbys dibuat dengan detail shading dan tekstur yang cermat. Palet warna yang digunakan, seperti pada rambut para The Willoughbys misalnya, pun tampil menawan dengan rona yang unik dan realistis.

Craig Kellman, desainer karakter dalam film ini, membawa sentuhan khasnya dari Hotel Transylvania (2012) dan The Addams Family (2019) pada para karakter dan latar di The Willoughbys. Di sisi lain, pabrik permen Melanoff juga seperti pengingat yang menyenangkan akan dunia “Sugar Rush” di Wreck-It Ralph (2012), atau bahkan desain game Candy Crush Saga.

Sayang, keunggulan The Willoughbys dari sisi tematik dan visual tak mampu sepenuhnya menutupi plot yang amat datar dan linear dalam film ini. Di awal film, saya merasa bisa berekspektasi akan menemukan sejumlah twists menarik, terutama dari karakter Linda. Beberapa humor visual—seperti tabrakan mobil karena salah satu karakter menyeberang dengan acuh—yang sering dipakai pada film-film lain, digunakan sedikit terlalu repetitif.

The Willoughbys pun melanggar komitmen yang ia buat sendiri di awal untuk tidak menjadi “menyenangkan”. Pada akhirnya, film ini lebih memilih berakhir sebagai film feel-good yang memberi penonton kesan manis dan menyentuh seperti pada film animasi tipikal.

Jika bukan karena kelihaian film ini dalam memadukan tema naratif gelap dengan nuansa yang secara ironis menunjukkan kontras dalam visualnya, tak banyak hal yang benar-benar spesial dalam film The Willoughbys.

 

Kesimpulan

The Willoughbys menjadi salah satu dari segelintir film animasi yang mampu mengusung tema cerita suram, dan berhasil mengemasnya dalam tata visual yang secara kontras berkebalikan. Di sepanjang film, terdapat beragam easter eggs yang akan membuat kita teringat pada berbagai kisah dan karakter menarik dari budaya populer yang familiar. Meski kisah dan gaya animasinya cukup orisinal, plot film ini terasa datar dan linear. Hal ini menjadikannya mudah untuk dinikmati, tetapi tidak cukup untuk membuatnya istimewa.

 

Note: Gulir/scroll ke bawah untuk melihat rating penilaian film.

Loading...

Review Film The Willoughbys (Netflix, 2020) – Petualangan Berliku Mencari Keluarga yang Sempurna
7Overall Score
Reader Rating 0 Votes
0.0