Mendengar kata Uka-Uka tentu akan banyak mengingatkan banyak orang, terutama yang berusia 20 tahun ke atas akan sebuah program televisi yang sempat menjadi fenomena kala tayang di layar kaca di pertengahan tahun 2000-an. Acara TV yang dipandu oleh Torro Margens dan memiliki premis liputan sebuah tim kru televisi ke berbagai lokasi angker di malam hari dan mengadakan uji keberanian kepada peserta yang mengajukan diri untuk berdiam di lokasi tersebut selama beberapa jam.

Program TV yang menarik minat banyak penonton tersebut kini diangkat ke layar lebar oleh Max Pictures dengan sutradara Ubay Fox dan dibintangi oleh aktor-aktor muda seperti Steffi Zamora, Yoriko Angeline, Zulfa Maharani, Gusti Rayhan, Debo Andryos, dan Reza Aditya, serta penampilan khusus dari Alm. Torro Margens dan Alm. Saphira Indah yang telah berpulang ke Rahmatullah sebelum film ini selesai diproduksi.

Film yang mengambil judul Uka-Uka: The Movie – Nini Tulang ini direncanakan akan tayang mulai tanggal 25 Juli 2019 di seluruh bioskop Indonesia.

Loading...

film Uka-Uka The Movie - Nini Tulang

Sinopsis

Film dibuka dengan sebuah peristiwa di ruang operasi saat tim dokter hendak mengamputasi kaki seorang nenek yang meronta-ronta tidak ingin kakinya dipotong. Setelah kejadian dramatis itu penonton diperkenalkan pada program Uka-Uka yang sedang melakukan siaran langsung di sebuah lokasi bekas penjara yang angker. Yuda (Yudha Keling) sang peserta uji keberanian terpaksa melambaikan tangan tanda menyerah karena gangguan makhluk halus yang makin intens mengganggunya.

Di sebuah rumah kos, sekelompok anak kuliah yang sedang menonton acara Uka-Uka tersebut saling berdebat mengenai keaslian acara Uka-Uka tersebut. Shelly (Steffi Zamora) jadi satu-satunya yang meyakini kalau program tersebut adalah rekayasa demi meraih rating dan uang dari iklan. Sementara Karin (Yoriko Angeline), Rama (Gusti Rayhan), Doni (Debo Andryos) dan Eja (Reza Aditya) percaya kalau acara tersebut asli.

Perdebatan mereka berujung pada taruhan antara Karin dengan Shelly. Shelly pun menantang Kru Uka-Uka dan Ki Geblek (Torro Margens), cenayang bawaan dari TV, yang hendak syuting di Hutan Alas Moyang, tempat gentayangan hantu Nini Tulang yang kerap menculik orang yang sembarangan menyebut kata ‘tulang’ di hutan tersebut. Shelly pun ikut uji keberanian dan menantang Nini Tulang. Alhasil kejadian buruk pun dialami Shelly yang menyebabkan teman-teman dan para kru kebingungan untuk menyelamatkan Shelly. Beruntung ada Sandra (Saphira Indah), paranormal yang akrab dengan situasi di Alas Moyang dan mau membantu menyelamatkan Shelly.

film Uka-Uka The Movie - Nini Tulang

Ulasan

Dibuka dengan adegan asal mula hantu Nini Tulang, film Uka-Uka: The Movie Nini Tulang ini tancap gas memberi adegan horor yang sebenarnya potensial memberikan intensitas yang baik untuk sebuah film horor. Sayangnya eksekusi keseluruhan film terasa template, standar dan tidak memiliki tenaga untuk memberikan rasa ngeri dan meneror penontonnya.

Naskah yang ditulis oleh Daniel Tito dan Evelyn Afnilia berdasarkan cerita Harris Cinnamon sang kreator program TV Uka-Uka malah lebih bekerja maksimal ke arah horor komedi dari pada horor murni. Agaknya keputusan para pembuat film untuk memakai genre horor komedi sangat tepat. Film tidak berusaha terlalu serius dan tahu porsinya sendiri dalam memberikan hiburan pada penonton dengan bumbu-bumbu horor.

Sayangnya, banyak logika yang diabaikan di dalam film ini. Dari adegan awal saat prosedur operasi, soal Ki Geblek yang ‘gelisah’ di hutan, faktor keluarga yang tidak panik saat ada karakter yang hilang di tengah siaran TV Nasional, dan banyak adegan lain membuat naskah film punya banyak lubang plot yang menganga. Meskipun memang film tidak berusaha terlalu serius agaknya faktor logika tetap harus dikedepankan.

film Uka-Uka The Movie - Nini Tulang

Dari sisi jumpscare yang umumnya jadi senjata dan trademark film horor dengan subgenrenya, film ini memiliki gaya yang murahan dan kurang kreatif dalam mengagetkan penontonnya. Karakter hantu Nini Tulang sangat eksis hampir muncul di akhir adegan yang menegangkan, entah itu sedang ngesot, di atas pohon, hanya cakarnya yang terlihat, dan lain-lain. Gaya film horor yang sudah ketinggalan zaman ini banyak dipakai dalam film horor ketiga sutradara Ubay Fox (Rasuk, Roh Fasik) ini.

Angkat nama dari film yang diangkat dari komik, Valentine, nama Ubay Fox belakangan memang terkenal di ranah film horor. Sayangnya di film Uka-Uka: The Movie – Nini Tulang ini Ubay kembali tidak menawarkan horor yang berkesan. Tone film keseluruhan terasa gelap bahkan di adegan siang hari. Seperti warna mendung di sepanjang durasi film. Meskipun sudah gelap sinematografi film juga tidak dapat menangkap gambar atmosfer kelam dan angker di lokasi syuting para kru TV. Pengubahan tone dengan menambahkan kabut di sepanjang adegan dunia lain cukup membantu mengubah warna film, namun sayangnya tidak terlalu panjang durasinya.

Departemen lain seperti tata suara, musik, editing, artistik, make up dan wardrobe tidak ada yang menonjol. Semua berperan sesuai porsinya, meskipun sisi make up hantu bisa dimaksimalkan lagi dalam memberikan sosok hantu yang lebih menyeramkan.

film Uka-Uka The Movie - Nini Tulang

Sisi akting juga menjadi catatan yang sangat penting. Film terasa terlalu mengandalkan karakter Eja yang diperankan Reza Aditya (Hit N Run). Reza memikul beban berat untuk membawa tone komedi di dalam film lewat karakternya yang konyol, celetukannya, serta beberapa adegan komedi fisik yang cukup ekstrim dan lucu. Beruntung kontribusinya mampu diimbangi oleh pemain lain terutama Yoriko Angeline dan Debo Andryos yang sudah berpengalaman bermain bersama dalam film Dilan 1990.

Zulfa Maharani yang juga pernah bermain dalam film Dilan 1990 cukup believeable sebagai kru TV dengan dukungan Ricky Perdana sebagai produser dan Volland Hummonggio sebagai presenter. Sementara Alm. Saphira Indah dan Alm. Torro Margens memberikan penampilan terakhir yang cukup baik dalam mendukung film. Kekurangan paling nyata terlihat pada karakter Shelly dan Rama.

Steffi Zamora (Dilan 1990, Koboy Kampus) tidak memberikan dimensi pada karakter Shelly yang hampir di sepanjang film terasa mengesalkan. Saat dia hilang sama sekali tidak ada simpati dari saya untuk Shelly, karakternya. Walaupun sepertinya ada potensi karena resiko penulisan karakter pada naskah. Sedangkan Gusti Rayhan terlihat seperti baru pertama kali berakting. Sering raut wajah dan pengucapan dialognya tidak tidak sesuai dengan emosinya. Gusti masih perlu belajar lebih banyak untuk meningkatkan kariernya di dunia film.

film Uka-Uka The Movie - Nini Tulang

Kesimpulan Akhir

Film Uka-Uka: The Movie – Nini Tulang mungkin tidak akan menakut-nakuti dan membuat ngeri penontonnya, tapi berpotensi memberikan hiburan bagi penggemar film horor berbalut komedi. Esensi program TV Uka-Uka yang pernah fenomenal di pertengahan tahun 2000-an mampu ditangkap dengan mumpuni meskipun tidak diproduksi dengan kualitas terbaik akibat naskah yang sering abai pada logika. Untungnya film tidak mencoba terlalu serius dan terasa membumi dan dekat dengan penonton, sehingga potensi meraih penonton cukup terbuka di tengah persaingan dengan film Indonesia lain yang rilis di hari yang sama.

Note: Scroll / gulir ke bawah untuk melihat rating penilaian film.

Loading...

Review Film Uka-Uka: The Movie - Nini Tulang - Horor Komedi Yang Lebih Terasa Lucu Daripada Mengerikan
5Overall Score
Reader Rating 8 Votes
5.5