Saya memang membutuhkan beberapa saat untuk benar-benar memahami apa yang terjadi di The Call, film terbaru Netflix asal Korea Selatan. Bahkan bisa dikatakan saya sempat bingung atas apa yang telah dan sedang terjadi. Tetapi saat saya sudah mengerti barulah saya merasakan bagaimana film ini mampu membawakan sebuah cerita yang seru dan penuh dengan hal-hal yang tidak terduga.

Elemen-elemen yang tidak terduga itulah yang membuat saya cukup sulit rasanya untuk membahas film arahan Lee Chung-hyun ini tanpa memberikan beberapa kejutan yang dimilikinya, karena kejutannya itulah yang membuat The Call cukup menonjol dari film-film thriller atau horror yang keluar dalam waktu yang berdekatan ini.

Mari kita mulai dari awal film. Seorang wanita bernama Kim Seo-yeon (diperankan oleh Park Shin-hye yang juga muncul di film Netflix lainnya, #Alive) kembali ke tempat tinggal masa kecilnya, sebuah rumah besar yang terletak dekat dengan perkebunan stroberi. Sesampai di rumahnya yang besar dan kosong itu, ia menyadari smartphone miliknya tertinggal di tengah perjalanan.

Loading...

Menggunakan telepon rumah, ia mencoba menghubungi nomor miliknya namun gagal setelah pria yang mengangkatnya memutuskan pembicaraan mereka. Kemudian telepon rumah itu berbunyi, dan saat dijawabnya, Seo-yeon menyadari kalau yang sedang bersambung bersamanya bukanlah pria sebelumnya tetapi seorang wanita misterius yang mengatakan “Kau benar. Ibu sudah gila. Aku benar-benar terkunci di dalam rumah.”

Menyeramkan, bukan? Bayangkan untuk kembali ke rumah lama hanya untuk kehilangan smartphone dan mendapati telepon dengan pesan suram seperti itu. Namun itu bukanlah bagian yang memukul saya, tetapi apa yang benar-benar membuat saya mengatakan “Oooohhh” adalah saat menyadari kalau wanita yang menelponnya itu berasal dari masa lalu, dari tahun 1999. Dengan kata lain, telepon rumah itu adalah penghubung antar waktu, masa kini dengan masa lalu.

Konsep itu mungkin terdengar sangat asing bagi kita. Telepon rumah sebagai mesin waktu? Dan konsep seperti itu juga memiliki potensi dan juga kemungkinan yang sangat luas, karena konsep tersebut bisa dijadikan sebagai film komedi, atau film romansa, atau juga film drama. Dengan memilih film thriller dan horror sebagai fondasinya, konsep itu tidak lagi terdengar liar. Justru konsep itu menjadi sesuatu yang terasa sangat segar dan juga tidak mudah untuk diprediksi.

Konsep itu akhirnya juga membuat banyak adegan yang cukup membuat saya terpukau, tidak hanya dari segi teknis tetapi juga dari bagaimana sebuah momen dapat memukul saya secara emosional, sesuatu yang tidak sering saya dapatkan dari film thriller. Seperti salah satunya adalah bagaimana penelpon masa lalu, Oh Young-sook (Jeon Jong-seo), dapat mengubah masa depan, sehingga keadaan Seo-yeon secara ajaib langsung berubah dalam sekejap.

Sesuatu yang membuat saya terkagum lainnya adalah bagaimana Lee Chung-hyun dapat merangkai sebuah film yang dapat dengan lentur dan leluasanya mengubah nada film, dari yang ringan dan terlihat menyenangkan hingga suram dan menegangkan dengan cukup cepat dan efisien. Biasanya saya merasakan kejanggalan atau kekikukan saat sebuah film mengubah nuansa film dengan cepat, tetapi tidak dengan The Call. Ini adalah sebuah pengalaman layaknya sebuah roller coaster.

Penampilan Park Shin-hye dan Jeon Jong-seo sebagai dua wanita dengan masalah, kepribadian dan waktu yang berbeda namun terikat dalam satu peristiwa juga sesuatu yang membuat film ini menjadi lebih intens dan juga lebih seru, untuk melihat dua wanita yang sangat berbeda saling berkomunikasi dan akhirnya saling mengejar layaknya kucing dan tikus.

Park Shin-hye memainkan seorang tipikal karakter yang terkejut kalau dirinya terlibat di sebuah kejadian yang luar biasa tidak mungkinnya, dengan ia dari yang awalnya terlihat bingung hingga akhirnya merasa semangat dengan kejadian yang menimpanya. Ia memang mampu membawakan intensitas ke dalam karakternya, tetapi karakter yang diperaninya bisa saya katakan sudah cukup luas beredar di film-film thriller ataupun horror lainnya.

Tetapi adalah Jeon Jong-seo yang bagaimana membawa film ini menjadi sesuatu yang sangat tidak terduga-terduga, di mana ia memainkan Oh Young-sook, seorang wanita misterius yang penuh dengan masa lalu yang kelam. Ia memerankan karakter miliknya dengan cukup hebat, mampu mengubah energi yang dimiliki Young-sook dari yang awalnya terlihat lemas menjadi liar dan heboh. Dan juga tertawa yang dimilikinya juga sungguhlah menyeramkan, entah apakah itu memang tertawa miliknya atau hanya buatan untuk karakternya.

Namun dari sekian banyaknya hal yang saya sukai dari The Call, ada satu hal yang mengganjal, yang merubah perasaan saya menonton keseluruhan film ini. Bukan mengenai segi teknis ataupun plot hole yang dimiliki konsep yang terlihat-sederhana-namun-rumit ini, tetapi adalah ending yang dimilikinya.

Saya tidak ingin terjun terlalu dalam ke ending miliknya, tetapi saya tidak menyukai bagaimana adegan akhir — adegan yang benar, benar akhir dan berada di tengah saat credit sudah berjalan — film ini terlihat seperti terlalu ambisius, terlalu ingin menggapai sesuatu yang tidak ada, ingin mencoba kembali mengusik sebuah cerita yang sudah tertutup dengan sempurna. Penutupnya terlihat seperti mengatakan kepada penontonnya untuk “Lupakan apa yang terjadi karena saya akan kembali membongkar cerita ini”.

Dan sungguh disayangkan rasanya. Karena cerita yang dimiliki The Call sudah sangatlah baik dan berjalan dengan sempurna. Semua emosinya tercampur-aduk namun menghasilkan sebuah pengalaman menonton yang memuaskan. Hanya saja jika bukan karena ending-nya yang mengganjal, maka saya bisa dengan yakin mengatakan ini adalah salah satu film Korea Selatan terbaik di Netflix pada tahun ini.

Loading...

Review Film The Call (Korea, Netflix, 2020) - Perjalanan Lintas Waktu dengan Sebuah Telepon
8Overall Score
Reader Rating 1 Vote
8.0