Kisah cinta terlarang Romeo dan Juliet karya Shakespeare telah berulang kali jadi inspirasi bagi film romansa. Di tahun 1983, cerita romansa dua insan yang berasal dari latar belakang berbeda itu diadaptasi secara lepas dalam sebuah film berjudul Valley Girl.

Valley Girl (1983) menjadi box office hit yang berhasil minat penonton bioskop pada masa itu, terutama para remaja di Amerika Serikat. Berkaca pada kesuksesan film romansa klasik tersebut, maka tak heran apabila tiga puluh tujuh tahun kemudian, versi remake-nya pun dibuat.

Loading...

Orion Classics bersama dengan Metro-Goldwyn-Mayer dan Sneak Preview Productions merilis Valley Girl versi modern ini pada 8 Mei 2020. Film ini berusaha tetap mewakili nuansa film pendahulunya dengan mengemas ceritanya dalam latar era 80-an.

Film berdurasi 102 menit ini disutradarai oleh Rachel Lee Goldenberg, berdasarkan naskah yang ditulis oleh Amy Talkington. Termasuk dalam para pemeran film ini adalah Jessica Rothe, Alicia Silverstone, Josh Whitehouse, Mae Whitman, Jessie Ennis, Chloe Bennet, Ashleigh Murray, serta Logan Paul.

 

Sinopsis

Julie Richman menceritakan kisah masa mudanya pada sang anak, Ruby, yang sedang merasa bimbang tentang fase hidupnya. Julie muda adalah seorang  gadis “The Valley”, julukan untuk orang-orang mapan yang tinggal di daerah lembah Los Angeles. Gadis itu punya segalanya dalam hidup, keluarga dan teman-teman yang peduli, serta pacar atlet yang terkenal.

Julie lalu bertemu dengan Randy, anak punk dari daerah Hollywood dengan latar belakang yang jauh berbeda dengannya. Meski hubungan mereka mendapat penolakan dari lingkungan sekitar, Julie justru ingin melihat lebih banyak lagi sisi lain dunia yang tak pernah ia tahu bersama Randy.

 

Review

Meski masih mengambil latar 80-an seperti film orisinalnya, Valley Girl menawarkan sejumlah perubahan besar dari banyak aspek. Perbedaan paling menonjol di antara versi remake ini dari Valley Girl (1983) adalah format musikal yang diusungnya.

Namun, jangan bayangkan Valley Girl akan membawa kesan sama seperti yang ditinggalkan La La Land (2016). Jika La La Land diisi berbagai lagu orisinal catchy dan dibawakan secara otentik, Valley Girl adalah jukebox yang mengandalkan kekuatan dari lagu-lagu populer di tahun 80-an sebagai bagian dari penampilan musikalnya.

Di awal film, kontras latar belakang antara Julie dan Randy ditekankan lewat dua pertunjukan musikal berkelompok dengan nuansa yang saling berlainan. Jessica Rothe diperkenalkan sebagai Julie Richman, cewek populer yang gemar nongkrong di mal, lewat lagu “We Got the Beat”. Sementara, Josh Whitehouse sebagai Randy, si bad boy dengan semangat memberontak, membawakan lagu “Bad Reputation” bersama teman-teman punk-nya.

Valley Girl mengeksekusi aspek musikalnya dengan gaya lama yang akan mengingatkan kita pada film-film Disney Channel (yang kini para bintangnya saja sudah beranjak dewasa). Setiap kali Julie dan geng cewek-nya “beraksi” dalam sebuah scene musikal, saya merasa dibawa kembali ke sejumlah adegan di film Camp Rock (2008). Tetapi, Camp Rock sekalipun berhasil mempopulerkan sejumlah lagu orisinalnya sendiri yang mewarnai penghujung tahun 2000-an generasi muda.

Saya menyadari bahwa di balik pilihan Valley Girl mengusung genre jukebox musical, film ini mencoba memberikan sensasi nostalgia. Para penonton yang sebelumnya telah menonton versi orisinal dari film ini mungkin akan terkesan saat “I Melt With You” kembali diperdengarkan.

Secara personal, saya memang tak begitu familiar dengan sebagian soundtrack film ini. Tetapi, siapa sih yang tak akan bergerak mengikuti irama musik dari lagu yang selegendaris “Take On Me” milik A-ha atau “Under Pressure” milik Queen. Valley Girl tahu betul soal hal ini dan memilih kompilasi lagu yang paling tepat untuk menjadi kerangka bagi pertunjukan musikalnya.

Perubahan besar lain yang bisa kita temukan adalah dari segi karakterisasi dalam film ini. Randy versi Josh Whitehouse nampaknya adalah anak punk yang relatif jauh lebih “kalem” dibanding saat karakter itu diperankan oleh Nicolas Cage. Sayangnya, sebagian besar pesona dari Valley Girl (1983) justru berasal dari penampilan debut Cage sebagai bintang utama di film itu.

Di Valley Girl versi modern ini, sosok Randy memegang kontrol yang jauh lebih minim pada pergerakan alur cerita dalam film. Rupanya, baik Talkington maupun Goldenberg, sepakat  bahwa tema tentang emansipasi wanita akan lebih relevan untuk digunakan dalam interpretasi baru dari Valley Girl.

Di satu sisi, ini jadi satu hal yang membuat Valley Girl tak sepenuhnya jatuh dalam trope romansa ala Romeo dan Juliet yang klise. Dalam suatu adegan, Julie berkesempatan untuk berbicara dari hati ke hati dengan ayahnya. Melihat penerbangan astronot wanita pertama asal Amerika Serikat, Sally Ride, ayah Julie mendorong putrinya itu agar lebih berani mengikuti impian.

Saat telah berkeluarga, Julie yang kemudian telah dewasa itu berusaha kembali menularkan semangat ini pada putrinya, Ruby. Sesi curhat antara Julie dewasa dan Ruby ini menjadi alat penceritaan yang menurut saya sangat menarik. Cara ini memungkinkan Valley Girl mempertahankan atmosfer tahun 80-an dari film lamanya.

Apalagi, Alicia Silverstone, sang “ratu” dalam film remaja klasik Clueless (1995) sendiri yang memerankan tokoh Julie dewasa.

Nostalgia mungkin memang jadi satu-satunya kunci untuk bisa menikmati Valley Girl. Tak hanya soundtrack, desain produksi dan kostum khas era 80-an di film ini juga menarik untuk dicermati. Warna pastel cerah mendominasi sebagian besar film.

Hal paling menghibur dalam Valley Girl adalah penggunaan dialog khas anak-anak Amerika Serikat tahun 80-an. Meski stereotipikal, dialog semacam ini berhasil menjadi unsur komedi yang menggelitik. Kata-kata ikonik seperti “as if”, “like”, “for sure”, yang bertebaran di sepanjang film menjadi detail humor yang cerdas.

Namun nampaknya, tak peduli sebaik apapun Valley Girl tampil, film ini tak memiliki peruntungan yang begitu baik sejak awal produksinya. Di antara jajaran aktor yang terlibat, nama Logan Paul akan segera menyita perhatian kita.

Logan Paul adalah selebriti internet yang namanya melambung lewat berbagai vlogs yang ia unggah di akun Youtube-nya. Pada akhir 2017, ia tersangkut sebuah skandal yang membuat sosoknya menjadi kontroversial. Skandal Logan Paul ini membuat film Valley Girl harus menderita penundaan rilis hingga hampir dua tahun lamanya.

Di Valley Girl sendiri, Logan Paul memainkan peran minor sebagai sang bintang olahraga sekolah sekaligus kekasih Julie, Mickey. Sepanjang film, Mickey terlihat nyaris selalu mengenakan pakaian atlet berupa kaus polo dengan kerah yang dinaikkan. Penampilan ini kurang lebih menggambarkan karakter yang ia perankan sebagai sosok pemuda yang kaya, sombong, dan narsis.

Bahkan meski kemampuan akting Logan Paul tak secemerlang para aktor lain di Valley Girl, setidaknya ia cukup berhasil memerankan karakter Mickey, yang ironisnya mengingatkan kita pada sosok asli Logan Paul dalam vlog kontroversialnya beberapa tahun lalu.

 

Kesimpulan

Valley Girl adalah romansa komedi musikal yang merupakan remake dari film berjudul sama yang dirilis pada 1983. Sedikit berbeda dengan film orisinalnya, versi modern kisah cinta terlarang ala Romeo dan Juliet ini menjadikan penampilan musikal sebagai aspek utama dalam cerita. Meski tak berhasil melampaui standar yang telah dicapai oleh pendahulunya, Valley Girl memuat beragam elemen nostalgia pada era 80-an yang cukup menghibur untuk dinikmati.

 

Note: Gulir/scroll ke bawah untuk melihat rating penilaian film.

Loading...

Review Film Valley Girl (2020) – Romansa Ala Romeo dan Juliet Bertema Era 80-an
7Overall Score
Reader Rating 0 Votes
0.0